Menuju konten utama

Pernyataan Kontroversial Rabi Israel soal Anak-Anak di Gaza

Seorang rabi Israel, Ronen Shaulov, memuat seruan kontroversial soal bencana kelaparan dan anak-anak Gaza. Simak pernyataannya dan Pantau update Gaza.

Pernyataan Kontroversial Rabi Israel soal Anak-Anak di Gaza
Rabbi Ronen Shaulov. FOTO/x.com/trtworld

tirto.id - Rabi asal Israel bernama Ronen Shaulov, mengeluarkan seruan kontroversial. Ronen Shaulov mengatakan bahwa anak-anak di Gaza harus mati kelaparan. Ia juga menyebut tak akan mengampuni warga Gaza, meskipun mereka anak-anak dan tersiksa kelaparan.

Melansir Middle East Eye, pernyataan tersebut disampaikan Ronen Shaulov pada Senin (28/7/2025) di hadapan khalayak. Videonya tersebar luas di media sosial.

"Seluruh Gaza dan setiap anak di Gaza harus mati kelaparan karena apa yang dilakukan warga Gaza sekarang terhadap para sandera," katanya di depan khalayak.

Ronen Shaulov mengatakan, Israel hanya menjadi korban serangan pada Oktober 2023 dan menuding Hamas sebagai penyebabnya.

"Saya tidak punya sedikit pun belas kasihan bagi mereka yang menumpahkan darah orang Yahudi, yang tidak bersalah kepada mereka," tuturnya.

Ia juga menyebut bahwa dukungan terhadap penduduk Gaza sebagai "bodoh" dan dilontarkan oleh "pembenci Israel". Ronen Shaulov juga mengutuk suara-suara pro-Palestina yang mulai bergema di dalam Israel sendiri dalam beberapa waktu terakhir.

"Memalukan dan memalukan bahwa di negara kita, orang-orang [Israel] bahkan membicarakan anak-anak kelaparan di Gaza," katanya.

Pernyataan Ronen Shaulov terkait Gaza ini menuai banyak kecaman. Terlebih, Gaza saat ini sedang diterpa bencana kelaparan akibat konflik dengan Israel sejak Oktober 2023.

Update Situasi Gaza & Bencana Kelaparan

Hingga kini, Gaza masih dilanda kelaparan ekstrem sebagai dampak dari penutupan akses oleh militer Israel. Tanpa gencatan senjata dan penghentian konflik, Gaza tengah menghadapi tragedi kemanusiaan lebih lanjut.

Melansir Aljazeera, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 21 orang meninggal karena dampak kelaparan di Gaza pada Senin (4/8).

Hal ini menambah daftar korban jiwa akibat dampak kelaparan sepanjang konflik bersenjata berlangsung, yakni menjadi 181 orang, termasuk di antaranya 94 anak-anak.

Kondisi tersebut terus terjadi meskipun Israel telah melonggarkan blokade bantuan ke wilayah Gaza sejak 27 Juli 2025. Pemerintahan Gaza menyatakan bahwa kini terdapat lebih dari 22 ribu truk bantuan kemanusiaan yang tertahan di wilayah perbatasan, menunggu izin masuk ke wilayah Gaza.

Antrean panjang truk bantuan terjadi lantaran pelonggaran blokade yang diterapkan militer Israel disebut hanya memungkinkan sekitar 84 truk melintas perhari. Padahal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, kondisi di Gaza memerlukan setidaknya 600 truk bantuan per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar warga terdampak.

Seturut laporan lembaga Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) PBB, satu dari tiga orang di Gaza kini menjalani situasi tidak makan lebih dari sehari 24 jam.

Rumah sakit di Gaza juga dilaporkan kewalahan dengan jumlah pasien dengan penyakit yang berkorelasi dengan kelaparan. Sejak April, sebanyak 20 ribu pasien anak-anak telah dirawat akibat malnutrisi akut dan 16 balita meninggal tak tertolong sejak Juli.

Situasi di Gaza telah memantik kecaman terhadap Israel. Termasuk dari sebagian warga Israel sendiri. Sebelumnya, pada Senin (28/7), dua organisasi LSM di Israel menerbitkan laporan yang menyebut pemerintah negaranya tengah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Menurut laporan B'Tselem dan Physicians for Human Rights Israel tersebut, pemerintah Israel dan kekuatan politik sayap kanan telah menggunakan insiden 7 Oktober 2023 sebagai alat promosi agenda genosida.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan