tirto.id - Pemerintah secara resmi menetapkan tujuh lokasi untuk pembangunan fasilitas Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Proyek percepatan energi terbarukan ini menargetkan groundbreaking pada akhir Maret 2026.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyatakan tujuh wilayah tersebut dinyatakan siap dari berbagai aspek.
"Kita putuskan hari ini nanti Kementerian Lingkungan Hidup akan bersurat mungkin Senin untuk saya teken untuk ditetapkan, sehingga nanti Danantara untuk mengumumkan pelaksanaan pembangunannya atau groundbreaking 7 lokasi," kata Zulkifli usai Rakortas PSEL di Kemenko Pangan, Jumat (24/10/2025)
Ketujuh lokasi yang ditetapkan adalah provinsi Bali, DI Yogyakarta serta sekitarnya, Bogor Raya, Tangerang Raya, Kota Semarang, Bekasi Raya, dan Medan Raya atau Kota Medan dan Kabupaten sekitarnya.
Zulhas mengungkapkan, pembangunan PSEL merupakan bagian dari implementasi Inpres No. 109/2025 untuk menangani persoalan sampah yang berkepanjangan.
"Inpres itu sekarang Insyaallah akan berubah menjadi energy listrik, akan menjadi lapangan kerja dan akan menjadi sumber Energy yang terbarukan," tegasnya.
Di tempat yang sama, CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengungkapkan antusiasme investor terhadap proyek strategis nasional ini. Hingga saat ini, ratusan perusahaan dari dalam dan luar negeri telah mendaftar.
"Yang masuk (tender) sebenarnya lebih dari 204 saya disampaikan. 204 investor dari dalam maupun luar negeri," kata Rosan.
Proses seleksi investor saat ini masih berlangsung. Rosan menargetkan proses bidding dapat dimulai pada pertengahan November 2025 hingga awal tahun 2026, dengan target groundbreaking Maret 2026.
"Prosesnya kurang lebih sampai, ya sampai awal tahun depan lah ya, awal tahun depan," ujarnya.
Teknologi yang akan digunakan dalam proyek PSEL ini adalah teknologi incinerator terkini yang telah terbukti di banyak negara. Keunggulannya, teknologi ini dapat mengolah sampah baru maupun timbunan sampah lama tanpa perlu pemilahan.
"Dan harapannya kayak TPA-TPA nanti ya menjadi lebih bersih, misalnya kayak contohnya nanti di Bantar Gebang, kan ada 55 juta ton pada saat ini. Nanti itu pun kita akan olah," jelas Rosan.
Rosan menegaskan komitmen Danantara untuk memastikan proyek-proyek PSEL ini benar-benar terwujud. Danantara pun akan menjadi pemegang saham di setiap proyek PSEL.
"Danantera akan menjadi pemegang saham di semua proyek itu ya, untuk memastikan bahwa proyek itu jalan, jalan dengan baik dan benar," ucapnya.
Meski demikian, skema kepemilikan sahamnya terbuka untuk melibatkan investor. Prinsipnya, Danantara ingin memastikan program yang tertunda belasan tahun ini segera direalisasikan.
"Kita terbuka ya, kita terbuka. Tapi pada intinya kita hanya ingin memastikan bahwa program ini memang akan jalan di bawah Danantara," tegasnya.
Adapun, setiap PSEL nantinya akan mengelola sampah minimal 1.000 ton per hari dengan keluaran listrik berkisar 15-25 MW.
Tujuh lokasi yang telah ditetapkan untuk pembangunan PSEL ini adalah yang paling siap secara administrasi, mulai dari ketersediaan lahan, jumlah sampah harian, air, dan jaringan distribusi dengan PLN sebagai pembeli listrik hasil olahan sampah tersebut.
“Jadi itu juga, jadi secara komprehensif memang sudah siap untuk dilaksanakan. Jadi sekarang proses tendernya ini kami jalankan, tentunya koordinasi dengan Pak Menko, dan juga Kementerian LH, Kementerian Dalam Negeri, dan juga kementerian terkait lainnya,” ucapnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































