Menuju konten utama

Pemerintah Tarik Utang Baru Rp224,3 Triliun Hingga Februari 2025

Thomas menyebut pembiayaan utang mayoritas berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Rp238,8 triliun.

Pemerintah Tarik Utang Baru Rp224,3 Triliun Hingga Februari 2025
Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono, saat menyampaikan pidatonya dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2025, yang diselenggarakan oleh Katadata, Selasa (18/2/2025). Tirto.id/Auliya Umayna

tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan hingga akhir Februari 2025 pihaknya menarik utang baru senilai Rp224,3 triliun atau setara dengan 28,9 persen dari target penarikan utang tahun ini.

“Hingga 28 Februari hingga 2025 realisasi pembiayaan anggaran telah mencapai Rp220,1 triliun atau 35,7 persen dari target APBN,” ucap Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Thomas Djiwandono, dalam konferensi pers APBN KiTA di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Thomas menyebut pembiayaan utang mayoritas berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Rp238,8 triliun. Sedangkan untuk realisasi pembiayaan utang dari pinjaman minus Rp14,4 triliun.

Kemudian, untuk pembiayaan non utang terealisasi minus Rp4,3 triliun. Dengan begitu, Thomas mengatakan hingga 28 Februari 2025, realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp220,1 triliun atau sekitar 35,7 persen dari total APBN.

“Sebagaimana capaian realisasi tadi target pembiayaan berjualan sesuai rencana dengan tetap menjaga dengan biaya yang efisien dan risiko yang terkendali,” ungkapnya.

Dia pun kemudian membandingkan total pembiayaan dengan periode yang sama pada tahun lalu, yang mana realisasinya Rp185 triliun atau 35,4 persen dari target APBN 2024.

“Pembiayaan APBN akan terus dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan terukur, dengan mempertimbangkan efisiensi anggaran serta dinamika pasar keuangan,” ucap Thomas.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, mengakui pembiayaan utang di awal tahun 2025 ini cukup besar.

“Ini artinya dua bulan pertama kita telah merealisir pembiayaan cukup besar, 35,7 persen. Implisit, ini berarti ada perencanaan dari pembiayaan yang cukup front loading. Artinya, issuance-nya di awal cukup besar,” ungkap Sri Mulyani.

Baca juga artikel terkait APBN KITA atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Bayu Septianto