Menuju konten utama
Mozaik

Muasal Popularitas Es Lilin: Dari Minuman, Lagu, hingga Kutang

Es lilin di Indonesia setidaknya muncul pada 1928 dalam warta yang tersiar dari Surabaya. Lalu jadi judul lagu dalam bahasa Sunda, merembet ke dunia mode.

Muasal Popularitas Es Lilin: Dari Minuman, Lagu, hingga Kutang
Header Mozaik Es Lilin. tirto.id/Tino

tirto.id - Barangkali kiwari sebuah lagu Sunda yang pernah begitu populer di masa lalu sehingga memengaruhi aspek-aspek kebudayaan lainnya telah terlupakan. Lagu itu adalah "Es Lilin", yang kerap dinisbatkan kepada penyanyinya, Nji Moersih.

Bagaimana mulanya lagu tersebut populer, kapan, dan apa yang melatarbelakanginya? Untuk menjawabnya, saya berusaha menjejaki koran-koran lama terutama yang berbahasa Sunda.

Saya menemukan fakta paling lama mengenai lagu "Es Lilin" dari berita koran Sipatahoenan edisi 27 September 1937. Di situ ada berita berjudul "Simpenan PASI Bandoeng 5 Taoen", dan terkait es lilin ada pada kutipan berikut:

"Sanggeus kitoe mah teroes bae ngawajang kalawan kagoembiraan anoe loear biasa, toeg nepi ka isoek Takrim djeung Si Gagak nembongkeun kabinangkitananana. Lalakon matak pikagoembiraeun pisan, nja kitoe deui Si Gagak dina ngawihanana lagoe Ijs Lilin atwa Singkajo, koe anoe laladjo henteu weleh ditarima koe keprok anoe lain loemajan nandakeun kasoegemaanana.

(Setelah demikian, terus disambung dengan pagelaran wayang disertai kegembiraan luar biasa, sampai pagi Dalang Takrim dan Si Gagak menunjukkan kreativitasnya. Kisahnya sangat meriah, demikian pula Si Gagak yang saat menyanyikan lagu 'Es Lilin' dan 'Singkayo', oleh penonton selalu diterima dengan tempik sorak yang seru sebagai penanda kepuasan mereka).

Dari kutipan tersebut, setidaknya pada September 1937, lagu "Es Lilin" sudah dijadikan sebagai salah satu jagoan yang biasa ditampilkan seorang pesinden kala pertunjukan wayang golek.

Warsa 1937 agaknya adalah masanya lagu "Es Lilin" menjadi viral di tengah para pendengarnya. Hal ini terbukti lagi dari Sipatahoenan edisi 2 Oktober 1937 yang menyajikan tulisan berjudul "Persib djeung Lagoe Ijs Lilin”.

Di situ dikatakan, "Sakoemaha anoe kanjahoan koe sarerea, ajeuna lagoe anoe kaseboet di loehoer teh keur meudjeuhna kasohor (popular) boh anoe ngaheot, boh anoe ngahariring, nja kitoe deui anoe bari ngalangeu di panto baru ngadagoan beubeureuhna datang, koedoe bae ngalagoekeun Ijs Lilin.

(Sebagaimana pengetahuan umum, sekarang lagu "Es Lilin" sedang populer baik oleh orang yang bersiul, yang bersenandung, begitu pula oleh orang yang termenung di pintu seraya menunggu kekasihnya datang, terus saja melagukan "Es Lilin").

Lomba, Piringan Hitam, dan Radio

Popularitas lagu "Es Lilin" kian bergema saat diangkat menjadi materi perlombaan menyanyi. Dalam berita "Concours tembang Es Lilin" (Berita Priangan, 29 April 1938) dikatakan, "Atas oesahajanya Roemah Obat Karoehoen, besok hari Saptoe tg. 7 Mei 1938 akan diadakan concours tembang Ys Lilin, bertempat di Pendopo Kaboepaten Bandoeng."

Lebih jauh dalam berita "Tenaga Publiek oentoek Semboehkan Publiek" (Berita Priangan, 5 Mei 1938) tersaji kutipan ini, "Dengan ringkas bisa ditoetoerkan sebagai berikoet: Roemah Obat terseboet bikin satoe sairan jang bisa dinjanjikan dengan lagoe 'Es Lilin', soeatoe lagoe jang tjoekoep terkenal sekali di Priangan.”

Sementara dalam koran Berita Priangan edisi 16 Mei 1938 ("Concours Es Lilin di NIROM"), dikatakan, "Tadi malam dengan mendapat koendjoengan jang besar sekali, Concours 'Es Lilin' jang tempo hari telah didadakan voor Concoursnja di Kaboepaten Bandoeng, telah dilangsoengkan dengan kesoedahannja menggembirakan sekali."

Dalam waktu yang bersamaan, Sipatahoenan edisi 14 Mei 1938 menurunkan iklan piringan hitam gramofon musik Sunda terbitan Columbia. Di antara yang diiklankannya adalah "Lj 132 Iys Lilin sareng Extra Geboj" oleh Nji Moersih, “Lj 133 Extra Gado-gado (Singkajo)” oleh Nji Toetie, "Lj 128 Oedan Mas Renggong Angle sareng Sekar Tiba", "Li 129 Bandjarsinom Temanggoengan sareng Renggong Pamoearadan" oleh Neng Ito, dan "Lj 141 Bodoran Boeah Kawoeng Tjelementre sareng Bodoran Pantoenan" oleh Menir Soekaboemi.

Es Lilin

Iklan “Lj 132 Iys Lilin sareng Extra Geboj” yang dinyanyikan oleh Nji Moersih. (Sumber: Sipatahoenan, 14 Mei 1938)

Saya mendengarkan rekaman piringan hitam lagu "Es Lilin" oleh Nji Moersih dalam blog yang dikelola Henk Madrotter. Dengan suara yang terdengar agak cempreng, Nji Moersih menyanyikan awal lagu "Es Lilin" berdurasi 3.20 menit:

"Es lilin mah geuning kalapa muda, dibantun mah geuning disurung-surung, mun kieu mah ayeuna samar kaduga, gamparan sok ngabibingung/Es Lilin mah agan sok ditiiran, dibantun mah agan dijingjing-jingjing, abdi gaduh ayeuna duh pipikiran, ka gamparan seja ngiring."

(Es Lilin ternyata dari kelapa muda, dibawa ternyata dengan didorong-dorong, bila demikian keadaannya samar terlaksana, tuan suka membuat bingung/Es Lilin bisa ditusuk tali, dibawa dan dijinjing-jinjing, sekarang aku punya pikiran, ke mana pun tuan pergi aku akan turut).

Dengan demikian, bila melihat berita-berita ini, bisa jadi Nji Moersih adalah orang kesekian yang menyanyikan lagu "Es Lilin", bukan orang pertama atau bahkan orang yang menciptakan lagu tersebut sebelumnya. Namun, yang pasti, popularitas lagu ini tampak tak terbendung. Karena orang-orang terus mendengarkan lagu tersebut, di antaranya melalui siaran radio yang dipancarkan dari Bandung.

Misalnya, sebagaimana yang direkam dalam Sin Tit Po edisi 15 Mei 1938. Di dalam koran tersebut terpampang Programma Archipel radio PMH Batavia II Bandoeng II untuk edisi Minggoe 15 Mei 1938. Untuk tanggal tersebut salah satu mata acaranya adalah "Concours dari lagoe Ijs Lilin" pada pukul 19.00 hingga 20.00. Barangkali acara tersebut adalah siaran langsung dari Pendopo Kabupaten Bandung sebagaimana yang diwartakan dalam koran-koran sebelumnya.

Model Baju dan Kutang

Hingga tahun 1939, lagu "Es Lilin" sangat dikenal oleh orang Sunda. Salah satu buktinya kita bisa lihat dari rubrik "Panganggoeran" bertajuk "Ijs-Lilin" (Sipatahoenan, 31 Mei 1939). Pada awal tulisannya, penulis mengatakan, "Sakali ieu Entjep rek ngahantja noe amis-amis, es-lilin, boh noe sok dikenjotanana, boh noe sok dihariringkeunana atawa noe sok dipake ngolear ka djalan."

(Sekali ini Entjep hendak menyantap yang manis-manis, es lilin, baik yang suka diisap maupun yang kerap disenandungkan atau yang kerap digunakan untuk melancong ke luar).

Salah satu gambaran betapa populer lagu "Es Lilin", penulis menyatakan "Boedak angon moending lagoe es lilin ngahariringna teh. Les Entjep ka sawah, ngadenge haleuang noe ngagaroe teh lagoe es lilin, noe milang djengkol es lilin, noe ngaratoes hoeripan lagoe es lilin…"

(Anak gembala kerbau menyenandungkan lagu 'Es Lilin'. Entjep pergi ke sawah terdengar yang membajak tengah menyanyikan lagu 'Es Lilin', yang sedang menghitung jengkol menyanyikan 'Es Lilin', yang sedang menghitung anak ikan menyanyikan 'Es Lilin'…).

Kalimat "noe sok dipake ngolear ka djalan” (yang kerap digunakan untuk melancong ke luar) maksudnya adalah baju. Ternyata pada 1939, Es Lilin juga menjadi nama salah satu model baju di antara baju "Matjan Ketawa", "Goela-goela Donggala", dan "Ijs Lilin" yang antara lain dijual di Toko Taman Batik HALIM di Wester Passar Straat No. 14-16, Bandung (Sinar Pasoendan, 21 Februari 1939).

Infografik Mozaik Es Lilin

Infografik Mozaik Es Lilin. tirto.id/Tino

Sementara dalam "Nama Barang dan Nama Perboeatan" (Pemandangan, 14 April 1938) dikatakan, "Sekarang ada konde-Tjijoda, ada badjoe Ijs Lilin. Ada lagi jang kotjak, jaitoe lenggang Vorking, bang Bedjat nggak taoe asal-oesoelnja, tapi boleh djadi dari nama satoe toko modeu." Bahkan Es Lilin berubah pula menjadi model kutang sebagaimana diiklankan oleh Mevr. The Kiem Sia di Wotgandoel Dalem 178 Semarang (Poesaka, 29 Maret 1941).

Setelah Indonesia merdeka, lagu "Es Lilin" mendapatkan gaung kembali setelah digubah ulang dengan gaya baru pada tahun 1961. Hal ini antara lain mengemuka dalam tulisan "Lagu Populer, Pentjipta dan Penjanjinja" (Selecta No. 53, 1961) karya Sjaiful Nawas.

Dalam majalah itu dikatakan, "Sebuah lagu lama tapi digubah dalam gaja baru 'Es Lilin' sangat popular pula. Bing Slamet sebagai pembawa lagu ini mendapat sambutan hangat."

Mula-mula Diusahakan Orang Jepang

Mengenai latar belakang keberadaan lagu "Es Lilin" tentu saja terkait dengan sejarah keberadaan es lilin sebagai minuman di Indonesia. Menurut Parada Harahap dalam Indonesia Sekarang (1952: 75), "Seorang daripada pemoeda Indonesia itu umpamanja A. Djalil jang rupajanja tertarik hatinja dengan kemadjuan ijs-lilin jang mula2 diusahakan oleh orang Djepang."

Sementara dari koran-koran lama diketahui bahwa kehadiran es lilin di Indonesia mulai muncul paling tidak sejak 1928. Seperti yang mengemuka dari berita-berita yang tersiar dari Surabaya mengenai ketidaksehatan air yang digunakan oleh pabrik-pabrik pembuat es lilin (De Nieuwe Vorstenlanden, 28 Juni 1928; Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 2 Juli 1928).

Dari warta tersebut, diperkirakan paling tidak terpaut sekitar sembilan tahun sebelum es lilin sebagai minuman diangkat oleh seniman Sunda menjadi lagu "Es Lilin" yang mulai mendapatkan popularitasnya sejak tahun 1937.

Betapapun, kini, saya akan kembali seperti tokoh Soelastri dan Soedarmo dalam novel Buiten het Gareel (1940) karya Soewarsih Djojopoespito. Keduanya mendengarkan lamat-lamat lagu "Es Lilin" dari rumah tetangganya yang menyetel radio. Agaknya yang mereka dengarkan adalah lagu yang dinyanyikan oleh Nji Moersih melalui piringan hitam “Lj 132 Iys Lilin sareng Extra Geboj” (1938).

Katanya, "Vanuit het huis van de buren klonk door de radio een enerverend liedje, navrant en schel, de stemming verstorend, waarin zij verkeerden. Es lilin mah, agan, kalapa moeda, dibantoenna, agan, didorong-dorong...”

(Dari rumah tetangga terdengar lagu menarik melalui radio, tajam dan melengking, mengganggu suasana hati mereka. Es lilin mah, agan, kalapa moeda, dibantoenna, agan, didorong-dorong…).

Baca juga artikel terkait LAGU DAERAH atau tulisan lainnya dari Atep Kurnia

tirto.id - Musik
Kontributor: Atep Kurnia
Penulis: Atep Kurnia
Editor: Irfan Teguh Pribadi