tirto.id - “Insya Allah target kita 100 kursi DPR RI, target kita memegang kepemimpinan nasional menjadi Presiden Republik Indonesia terwujud karena kerja keras, pengabdian, dan energi tulus yang diberikan oleh para pengurus dari Aceh sampai Papua, dari Sabang sampai Merauke.”
Begitu pernyataan Ketua Umum DPP PKB, Abdul Muhaimin Iskandar dalam pidatonya di acara peringatan HUT PKB ke-24 secara daring, Sabtu (24/7/2022). Pria yang akrab disapa Cak Imin optimistis PKB bisa meraih suara hingga 100 kursi dengan 3 strategi yang digagasnya.
Pertama, ia ingin para kader merapatkan barisan diikuti militansi dalam menggaet publik. “Mari kita semua rapikan dan rapatkan barisan karena pengorganisasian ini bisa diawali dengan menguatkan seluruh barisan kader-kader kita, tentu diiringi dengan semakin menguatnya militansi kegairahan perjuangan kader kita,” kata dia.
Strategi kedua, kata Cak Imin, pengurus dan kader PKB perlu mengerjakan seluruh tahapan menuju 2024 mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dengan analisa data dengan kalkulasi yang tepat.
“Kita harus punya desain yang tepat menuju 2024. Beberapa DPW sudah menyiapkan itu, bahkan caleg-caleg sudah dibagi berdasarkan analisis data yang ada. Data-data pemilih harus fix, konkret, terbagi. Sehingga nanti caleg itu nggak peduli nomor berapapun, jelas zona garapannya. Tidak boleh ada tumpang tindih," kata Muhaimin.
Strategi yang ketiga menurut Cak Imin adalah perlunya membuka rekrutmen secara masif di berbagai ruang publik. Hal ini menurutnya penting untuk mendapatkan sumber daya yang besar demi memenangkan PKB pada kontestasi pilpres dan pileg 2024 mendatang.
Pasang Surut Perolehan Suara & Kursi PKB di DPR RI
Target Cak Imin dalam memperoleh 100 kursi DPR RI pada Pemilu 2024 tergolong ambisius. Namun angka itu bukan berarti tidak mungkin tercapai di masa depan, kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. Hal ini tidak terlepas dari kenaikan suara pemilih PKB di masa kepemimpinan Muhaimin.
“Ambisi Muhaimin Iskandar untuk memperoleh 100 kursi di parlemen itu rasional sebetulnya. Kenapa? Karena sepanjang periode pemilihan, PKB itu memang mengalami peningkatan secara stabil dari misalnya 2004, kemudian 2009, lalu 2014, kemudian 2019,” kata Dedi kepada reporter Tirto, Senin (25/7/2022).
Berdasarkan catatan, suara PKB memang konsisten naik. Sewaktu partai ini berdiri dan berpartisipasi dalam Pemilu 1999, PKB berhasil meraup 11,3 juta suara atau 12,61 persen suara nasional. Mereka memperoleh 51 kursi atau 11,03 persen total kursi di parlemen.
Sementara pada Pemilu 2004, yaitu saat masih di bawah kendali KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), PKB berhasil meraup suara sebanyak 11,9 juta suara atau 10,57 persen suara nasional. Mereka memperoleh 52 kursi atau 9,45 persen total kursi parlemen.
Namun perolehan suara PKB turun drastis di Pemilu 2009 atau di era kepemimpinan pertama Muhaimin. Kala itu, PKB mengalami konflik internal antara kubu Gus Dur versus Cak Imin. Akibatnya, PKB hanya mampu meraup 5,1 juta suara atau 4,94 persen suara nasional. PKB hanya memperoleh 28 kursi atau 5 persen total kursi parlemen.
Pada Pemilu 2014 dan 2019 kembali naik. Pada 2014 misal, PKB meraup 11,2 juta suara atau 9,04 persen suara nasional. Mereka memperoleh 47 kursi atau 8,4 persen total kursi parlemen. Sedangkan di Pemilu 2019, PKB meraup 13,5 juta suara atau 9,69 persen suara nasional. Mereka memperoleh 58 kursi atau 10,08 persen total kursi parlemen.
Dedi mengakui kenaikan suara memang membawa hal positif bagi PKB. Ia pun menilai 3 strategi yang disampaikan Cak Imin bisa mendorong kader bersemangat. Akan tetapi, target 100 kursi sulit untuk dipegang PKB di Pemilu 2024.
“Statemen itu jelas propaganda, bagian dari motivasi kader, sama halnya dengan statemen pencapresan, untuk meningkatkan daya juang kader. Tetapi mengejar target 100 kursi belum rasional saat ini, PKB mungkin bisa lebih rasional berada di angka sekira 60 - 70 kursi," kata Dedi.
Sebab, kata Dedi, PKB menghadapi partai-partai yang basis massanya sudah menguat seperti PDIP atau Gerindra yang notabene berada di dua poros pada pemilu lalu.
“Kalau agenda itu ditargetkan sebagai capaian 2024, saya kira masih cukup jauh. Artinya dengan posisi sekarang saja, di mana PDIP dengan Gerindra cukup solid di tingkat bawah sampai di tingkat elite, maka besar kemungkinan untuk menggeser ratusan kursi menjadi milik PKB itu, saya kira masih sangat-sangat sulit sekali," kata Dedi.
Sebagai catatan, PDIP adalah partai dengan angka di atas 100 kursi DPR RI pada Pemilu 2019. Mereka mengantongi 27,05 juta suara (19,33 persen suara nasional) dengan total 128 kursi parlemen. Sementara posisi kedua dipegang Partai Gerindra dengan total suara 17,5 juta (12,5 persen suara nasional) dengan 78 kursi.
Tantangan Berat PKB
Di sisi lain, PKB juga memiliki tantangan besar dengan kondisi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini. Dedi beralasan, PBNU saat ini belum tentu bisa sejalan dengan PKB seperti periode sebelumnya.
Meski tidak ada korelasi antara pengurus struktural PBNU di bawah nakhoda Gus Yahya dengan PKB, kata Dedi, tapi ada potensi konflik yang berdampak kepada elektabilitas PKB apabila tokoh elite PBNU itu mempengaruhi basis massa kultural untuk menolak partai yang dipimpin Cak Imin.
“Sebenarnya pemilih PKB dengan pemilih NU tidak selalu sama. Artinya tidak secara otomatis bahwa Nahdlatul Ulama, nahdliyin otomatis PKB. Batasannya cukup jelas. Misalnya nahdliyin di Jawa Timur tentu akan didominasi oleh PKB, tetapi mereka yang berada di Jawa Tengah masih mungkin untuk memilih PPP,” kata Dedi.
Dedi juga memandang konflik faksi Gus Dur dengan kubu Muhaimin di masa lalu masih ada dampak, tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi perolehan suara PKB saat ini. Ia menilai, Cak Imin sebagai ketua umum partai mampu membangun kesadaran politik menghadapi masalah tersebut.
“Muhaimin saya kira secara personal cukup piawai dalam mengelola konflik, termasuk juga bagaimana membangun kesadaran internal untuk terus solid, terutama dalam mengusung dirinya sebagai tokoh utama di PKB dan situasi itu mau tidak mau punya dampak terhadap konsolidasi publik dan itu mungkin yang menjadi salah satu faktor kenapa PKB cukup kuat bertahan," kata Dedi.
Hal senada diungkapkan peneliti PRP-BRIN, Wasisto Raharjo Jati. Ia mengakui bahwa PKB mengalami kenaikan suara secara signifikan. Ia tidak memungkiri PKB bisa memenuhi target tersebut, tapi harus ada aksi ekstra karena masalah relasi PBNU dengan PKB.
“Dengan melihat prosentase kenaikan ini (hasil Pemilu 2014 dan 2019), tentu potensial bagi PKB merebut 100 kursi. Hanya saja perlu usaha ekstra yang dilakukan mengingat dalam dua edisi pemilu sebelumnya masih terjalin relasi harmonis antara PKB dan NU,” kata Wasisto kepada Tirto.
Wasisto pun memandang strategi Cak Imin bisa menjadi nyata bila PKB berani mengelola kembali orientasi segmentasi politik serta narasi politik yang dibangun. Namun, ia menilai pemenuhan target Cak Imin masih sulit.
“Kalau melihat tren kenaikan suara PKB untuk kursi DPR dari 2014 ke 2019 hanya 0,50 persen, rasanya perlu ada evaluasi kembali karena target 100 kursi itu bisa dicapai kalau ada kenaikan suara minimal 1 - 1,5 persen prosentase suara," kata Wasisto.
Bagi Wasisto, dukungan nahdliyin penting karena PKB tanpa nahdliyin sulit dalam memperoleh suara. Ia menilai, 'rebranding' PKB akan membuat partai yang dipimpin Cak Imin itu bisa membuat PKB memenuhi target tersebut.
Ia pun yakin, masalah seperti PKB lepas dari bayang konflik masa lalu (PKB Gus Dur dan PKB Muhaimin) akan hilang apabila Muhaimin mampu menentukan warna transformasi PKB secara tepat.
“Tergantung dari seberapa kuat komitmen Cak Imin dalam mentransformasi PKB dalam citra barunya. Sebelumnya PKB pernah mendeklarasikan diri sebagai ‘partai hijau’ yang pro lingkungan hidup, namun belum begitu signifikan karena masih tergantung pada suara nahdliyin,” kata dia.
Wasisto menambahkan “Citra baru macam partai hijau bisa jadi opsi untuk mengurangi ketergantungan suara nahdliyin dengan menyuarakan narasi pro lingkungan hidup. Tentu bisa menarik minat anak muda yang agaknya mulai sadar dengan perubahan iklim.”
Respons Petinggi PKB
Sekjen DPP PKB, Hasanuddin Wahid tidak menjawab banyak soal pandangan pesimistis PKB memenuhi target Muhaimin dapat 100 kursi DPR RI. Ia hanya memastikan PKB optimistis memperoleh target tersebut karena peningkatan suara secara signifikan dalam pemilu.
“Selalu optimis karena tren kursi selalu naik dari pemilu ke pemilu,” tegas Hasanuddin saat dikonfirmasi reporter Tirto, Senin (25/7/2022).
Wakil Ketua Umum DPP PKB, Jazilul Fawaid juga optimistis target mereka bisa tercapai. Ia pun mengaku kader harus bekerja keras demi memenuhi target Muhaimin.
“Kami sudah menghitung target 100 kursi secara rasional dan realistik meskipun kami harus kerja ekstra keras. Kami akan kawal intruksi Ketum PKB," kata Jazilul kepada reporter Tirto.
Selaku wakil ketua umum bidang pemenangan pemilu, Jazilul memastikan kader akan menjalankan target yang sudah diarahkan oleh Cak Imin selaku nakhoda PKB. Ia menerangkan, para kader PKB mulai bekerja melakukan penataan struktur partai sejak akhir 2020 dan mereka memulai coaching clinic dan rekrutmen caleg PKB di setiap tingkatan pada 2021.
“Kami sudah menyusun stategi yang jitu, Insya Allah target tersebut akan tercapai," tegas Jazilul.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz