tirto.id - Raut wajah tiga elite Partai Golkar tampak tersenyum saat menghadiri Apel Siaga Perubahan Partai Nasdem yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (16/7/2023). Ketiga sosok itu ialah Ketua DPP Partai Golkar Rizal Mallarangeng, Christina Aryani, dan Supriansa. Mereka kompak mengenakan batik berkelir kuning.
Selepas acara, langkah kaki mereka tergesa-gesa berjalan menuruni tangga pintu keluar VIP. Ketiganya irit bicara ketika dikerubungi wartawan saat disinggung peluang untuk mendukung Anies Baswedan yang notabene bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Menurut Supriansa, kehadiran mereka di acara Nasdem hari ini hanya memenuhi undangan.
Ia mengaku kehadiran mereka untuk menyambung tali silaturahmi. Ia ogah menjawab spekulasi peluang koalisi dengan Nasdem.
Sementara itu, Rizal Mallarangeng mengaku kedatangannya hanya untuk merayakan ulang tahun ke-72 Ketum Nasdem Surya Paloh yang jatuh pada Minggu kemarin. Ia memastikan kehadiran dirinya bersama dua rekannya itu tidak ada kaitannya dengan koalisi.
“Ini merayakan ulang tahun seorang sahabat Pak Surya Paloh. Tidak ada. Ini kan kita ikut senang ulang tahun," kata Rizal.
Christina Aryani hingga artikel ini dirilis belum membalas pertanyaan reporter Tirto perihal kedatangannya ke acara tersebut murni inisiatif sendiri atau penugasan partai. Pesan yang dikirimkan Tirto telah bercentang biru, pertanda sudah dibaca Christina yang juga anggota Komisi I DPR RI.
Manuver tiga elite Golkar itu terjadi di tengah desakan Dewan Pakar kepada Airlangga Hartarto selaku ketum partai berlambang pohon beringin itu lekas menentukan calon presiden yang akan didaulat pada Pilpres 2024. Bahkan, mereka yang menamakan diri Pemrakarsa Penggerak Kebangkitan Partai Golkar mengeluarkan sejumlah rekomendasi nama untuk menggantikan Airlangga.
Nasdem sendiri mengaku mengundang Golkar secara resmi untuk menghadiri acara tersebut. Waketum DPP Partai Nasdem, Ahmad Ali mengatakan, Golkar merupakan sahabat Nasdem. Ia mengatakan kehadiran Golkar tidak mesti harus dimaknai bahwa partai yang dinakhodai Airlangga itu segera bergabung dengan Koalisi Perubahan.
Namun, Ali berharap Golkar bergabung dengan Koalisi Perubahan. “Ya tentu kita berdoa kalau dia [Golkar] bergabung, ya, alhamdulillah," tukas Ali.
Salah satu anggota Dewan Pakar Partai Golkar, Ridwan Hisjam hanya mengirimkan stiker 'Selamatkan Indonesia! beserta sosok yang memegang bendera Merah Putih’ ketika ditanya arah politik Golkar ke depan usai tiga elite partai berlambang pohon beringin itu menghadiri acara Nasdem.
Ridwan sebelumnya menceritakan suasana rapat sejumlah pimpinan dan anggota Dewan Pakar Partai Golkar bertemu di rumah Agung Laksono pada Minggu (9/7/2023). Ia menyebut suasana rapat tersebut diwarnai sejumlah dinamika dan dialektika. Di antara wacana yang berkembang di antara jajaran dewan pakar adalah upaya melaksanakan musyawarah nasional luar biasa (Munaslub).
Akan tetapi usulan itu terpental, sebab khawatir Munaslub menjadi ajang untuk melengserkan Airlangga dari posisinya sebagai ketua umum. Padahal, menurut Ridwan, usulan Munaslub dilakukan agar Golkar senantiasa leluasa memilih nama capres lain dan mencabut hasil munas sebelumnya yang menetapkan Airlangga sebagai capres tunggal.
Golkar sendiri sebelumnya tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PPP dan PAN. Koalisi ini merekomendasikan Airlangga sebagai bakal capres. Terkini, koalisi ini bak ditelan angin, tak jelas eksistensinya. Musababnya, salah satu anggota koalisi, yakni PPP telah memutuskan bekerja sama politik dengan PDIP yang mendaulat Ganjar Pranowo sebagai bakal capres pada pilpres mendatang.
Hingga kini, Golkar belum menentukan sikap perihal capres yang akan didukung pada Pilpres 2024. Sejumlah partai politik memang tampak mengincar Golkar yang notabene memiliki konstituen besar.
Partai Golkar Bermain Dua Kaki?
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo mengatakan, setelah orde baru, Golkar kini menjelma menjadi partainya pengusaha. Dahulu memang juga diisi oleh kader berlatarbelakang ABRI dan birokrat.
"Setelah orde baru gak ada yang birokrat dan pengusaha. Akhirnya, tinggal pengusaha yang tersisa," kata Kunto saat dihubungi reporter Tirto, Senin (17/7/2023).
Kunto menyebut watak pengusaha dalam politik selalu bermain dua kaki. Ia menyinggung kader Golkar pada 2014. Kala itu, sebagian kader Golkar mendukung Prabowo, sebagian lainnya mendukung Jokowi. Padahal, kala itu Jusuf Kalla yang merupakan kader Golkar berpasangan dengan Jokowi.
“Ini, kan, menunjukkan dari sananya Golkar punya bakat pengusaha main beberapa kaki. Sehingga tidak heran ketika di 2014, Golkar akan merapat ke pemenang. Setelah Jokowi memang, Golkar merapat ke pemenang karena di situ ada Jusuf Kalla, Luhut Pandjaitan, selesai urusannya," ucap Kunto.
Atas dasar itu, Kunto memprediksi Golkar akan melakoni hal serupa pada Pilpres 2024. Menurutnya, kehadiran tiga elite Golkar di Apel Siaga Perubahan Nasdem tidak menjamin adanya sinyal untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan.
"Jadi, menurut saya, itu yang mungkin terjadi dengan Golkar di 2024 ini akan sama ceritanya. Golkar akan ada di mana-mana. Jadi, saya tidak melihat bahwa adanya tiga kader atau pimpinan teras Golkar yang hadir di acara Nasdem kemarin sesuatu sinyal yang luar biasa, enggak," tutur Kunto.
Ia mengatakan sesuatu yang wajar dilakukan oleh tiga elite Golkar menghadiri acara Nasdem pada Minggu kemarin. Ia meyakini Golkar akan merapat ke kubu pemenang pada Pilpres 2024, siapapun pemenangnya.
Saat ini, Golkar masih menjual sang ketum Airlangga untuk menjadi cawapres. Sebab, Golkar memiliki kursi banyak di DPR RI. Menurut Kunto, Golkar memiliki modal politik yang kuat, sehingga tidak heran enggan lekas mendeklarasikan dukungan capres.
"Salah satu, keunggulan Golkar, kan, politisinya mumpuni, mereka jam terbangnya tinggi. Jadi, menurut saya sampai sekarang yang sedang diusahakan adalah gak deklarasi mungkin deal dengan koalisi yang lain. Di internal pasti ada yang ke Prabowo, Anies, itu pasti. Gak mungkin enggak," tutup Kunto.
Disebut Bentuk Rasa Perkawanan
Sementara itu, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai, kehadiran tiga elite Golkar di acara Nasdem sebatas pertemanan. Sebab, Surya Paloh itu orang yang juga sempat besar, tumbuh, dan ikut memperjuangkan Golkar sebelum mendirikan Nasdem.
“Kehadiran Golkar di acara Apel Siaga itu sebagai salah satu bentuk rasa perkawanan yang ditunjukkan oleh Golkar. Jadi, itu tidak bisa disimplifikasi atau disederhanakan bahwa Golkar akan bergabung dengan poros perubahan," kata Adi kepada reporter Tirto.
Ia mengatakan dua elite parpol itu sering mengatakan keduanya memang bersahabat dan berkawan lama, tapi soal Pilpres 2024 memang beda pilihan politik.
“Jadi, dalam konteks itu saya kira memang kalau kita lihat panggung depannya, kehadiran Golkar dalam acara Nasdem kemarin hanya sebatas menghormati undangan atau menghargai perkawanan," ucap Adi.
Ia tak menampik Golkar tidak menutup kemungkinan akan berlabuh ke poros perubahan. Namun, kata dia, sulit Golkar bergabung dan mendukung Anies Baswedan saat ini.
"Iman politik Golkar itu rasanya masih pro terhadap Jokowi, tegak lurus terhadap perintah Jokowi yang memang gestur tubuh Jokowi itu sangat kelihatan, sangat tidak menginginkan Anies bisa maju, apalagi menang," tutup Adi Prayitno.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz