Menuju konten utama

Memetakan Kunjungan Kerja Prabowo dan Gibran Setahun Terakhir

Setahun memimpin, Prabowo fokus di panggung dunia, Gibran aktif di daerah. Pola kerja mereka mencerminkan citra yang komplementer namun potensial bersaing.

Memetakan Kunjungan Kerja Prabowo dan Gibran Setahun Terakhir
Header Decode Bagi Citra dana Peran Prabowo. tirto.id/Fuad

tirto.id - Setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka semakin memperlihatkan ciri pembagian atau porsi kerja yang khas antara dua pucuk pimpinan RI itu. Sebagai orang nomor satu Indonesia, Prabowo rajin melawat ke luar negeri sejak memimpin negeri. Lawatannya di tahun pertama bahkan melampaui debut kunjungan kenegaraan presiden-presiden di rezim sebelumnya.

Gibran sendiri tampaknya mendapat porsi tugas untuk getol berkeliling ke berbagai daerah. Kunjungan daerah putra sulung presiden RI ke-7 Joko Widodo itu bahkan melampaui jumlah kehadiran Prabowo di tengah-tengah masyarakat. Tidak cuma memoles citra lewat kegiatan seremonial, Gibran melakukan agenda-agenda sosial dan mengawal program pemerintahan seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga Cek Kesehatan Gratis (CKG).

Pola kerja itu jelas terbaca lewat riset mandiri Tirto yang menelusuri jejak kunjungan daerah dan luar negeri Prabowo dan Gibran selama setahun memimpin. Metode riset menggunakan media monitoring untuk melacak kunjungan kerja dan kegiatan presiden dan wapres selama periode 20 Oktober 2024 hingga 20 Oktober 2025.

Tirto memanfaatkan sumber terbuka (open source) dari pemberitaan media, rilis resmi situs pemerintah, serta bantuan platform media monitoring dalam mengonfirmasi kunjungan kerja dan agenda Prabowo-Gibran selama setahun ke belakang. Kami melakukan konfirmasi dua hingga tiga kali lewat pengecekan silang ke beberapa situs pemberitaan sebelum mencatat sebuah kunjungan atau agenda dari presiden dan wapres ke dalam basis data riset ini.



Data kunjungan kerja dan agenda Prabowo-Gibran yang terkumpul terbatas pada kegiatan yang terbuka publik. Dengan begitu, ada potensi kunjungan dan agenda yang tidak tercatat dalam riset ini.

Temuan Tirto, setahun menjabat posisi Wapres, Gibran sudah melaksanakan agenda kerja dan kunjungan daerah dengan total 183 kegiatan. Sejak dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu, Gibran langsung tancap gas melakukan kunjungan di 8 titik pada bulan pertama menjabat.



Beberapa daerah yang menjadi sasaran debut Gibran sebagai Wapres meliputi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Gerak cepat Gibran langsung terlihat, pada 21 Oktober 2024 atau sehari usai dilantik, ia langsung melakukan peninjauan kelanjutan proyek pembangunan stasiun MRT Jakarta.



Sementara kunjungan kerja pertamanya di luar Jakarta yakni kunjungan ke Kabupaten Magelang. Selain mendampingi Presiden Prabowo, ia dipercaya memimpin makan siang bersama para pejabat Kabinet Merah Putih di kawasan Akademi Militer (Akmil) Magelang, akhir Oktober 2024.

Jika dilihat, aktivitas kunjungan kerja Gibran ke berbagai daerah memang sudah meningkat sejak resmi dilantik. Gibran menutup dua bulan terakhir tahun 2024 dengan total mencapai 47 titik kunjungan dan agenda kerja. Intensitas kunjungan kerja Gibran ke daerah meningkat lagi di bulan Februari dan Maret 2025 seiring dengan telah dimulainya program prioritas dari pemerintah seperti MBG.

Di sisi lain, jumlah kunjungan daerah dan agenda domestik Prabowo pada tahun pertama ini mencapai total 86 kegiatan. Dari polanya, debut Prabowo sebagai presiden memang banyak difokuskan untuk agenda kenegaraan dan diplomatik ke luar negeri. Kendati demikian, awal menjabat sebagai Presiden, Prabowo langsung melangsungkan kunjungan kerja ke Papua Selatan pada awal November 2024.

Dalam kegiatan itu, Prabowo meninjau proyek swasembada pangan di Merauke didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Menariknya, di hari yang sama yakni 3 November 2024, Prabowo langsung bertandang ke Jawa Tengah, untuk bersamuh ke kediaman Jokowi di Solo. Ini mengisyaratkan kunjungan kerja awal Prabowo di dalam negeri diwarnai nuansa politik transisi berkelanjutan untuk menghimpun konsolidasi pemerintahan yang solid.

Puncak mobilitas Prabowo ke daerah tercatat selama periode Februari-Juni 2025, dengan 10 hingga 11 kunjungan per bulan. Ini bertepatan dengan fase awal implementasi program prioritas pemerintah yang meliputi pengentasan gizi buruk, ketahanan pangan, energi, serta pertahanan.

Secara temporal, Prabowo memperlihatkan ritme kunjungan kerja yang stabil dan terukur. Aktivitasnya rendah di awal masa jabatan, tetapi cenderung meningkat ketika peluncuran berbagai program strategis. Setelah pertengahan tahun, frekuensi kunjungan domestiknya menurun, menunjukkan fokus kembali pada urusan kenegaraan di pusat dan diplomasi luar negeri.

Pola ini menggambarkan Prabowo sebagai figur strategis dan institusional, berperan dalam pengambilan keputusan makro dan penguatan simbol kenegaraan di gelanggang dunia.



Sementara itu, Gibran tampil jauh lebih aktif di lapangan. Frekuensi tinggi ini menunjukkan Gibran sebagai wajah publik pemerintah yang mengemban fungsi mobilisasi dan komunikasi langsung dengan masyarakat. Meskipun kegiatan kerjanya cenderung bersifat populis dan seremonial.

Gibran Rajin Melakukan Kunjungan dengan Maksud Sosial

Tirto juga menganalisis kategori kunjungan kerja dan agenda domestik Presiden Prabowo dan Wapres Gibran selama setahun memimpin. Kami membaginya menjadi kategori sosial yang melingkupi kegiatan seperti penanganan bencana, pembagian bantuan sosial, hingga kegiatan memberikan alat penunjang kerja dan kegiatan bersama anak-anak yatim.

Selain itu, kategori seremonial meliputi kegiatan memimpin rapat, membuka agenda acara, kunjungan menyapa warga, peresmian kegiatan hingga pantauan langsung proyek daerah. Adapun kategori program meliputi kegiatan yang berhubungan langsung dengan sejumlah program prioritas pemerintah Prabowo-Gibran seperti MBG, CKG, pelaksanaan kurikulum kecerdasan buatan (AI), hingga ketahanan pangan.



Khusus Wapres, kami menambahkan kategori mendampingi presiden dimana Gibran hadir menemani Prabowo dalam suatu kegiatan kenegaraan, agenda pemerintahan, serta acara partai politik yang mengundang presiden dan wakil presiden.

Grafik kategori kunjungan menunjukkan pola fungsi yang jelas. Kategori agenda seremonial mendominasi kedua figur, tapi intensitas seremonial Gibran lebih tinggi secara signifikan. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar kehadiran publik keduanya diformat sebagai ritual legitimasi pemerintahan.

Pola ini juga menunjukkan wapres lebih sering difungsikan sebagai wajah eksekusi kegiatan publik. Perbedaan angka ini tak hanya menunjukkan frekuensi, namun merefleksikan pilihan strategis komunikasi pemerintah, yakni presiden Prabowo sebagai penjaga otoritas simbolik sementara wapres mengambil peran mobilisator di lapangan.



Analis politik dari Populi Center, Usep S. Ahyar, menilai dominasi kegiatan Gibran di daerah tak hanya sekadar simbolisme pembagian kerja dengan presiden, tetapi juga menunjukkan strategi politik yang terukur. Sebagai pendatang baru di arena politik nasional, Gibran butuh legitimasi sosial yang tinggi sehingga sosoknya di tengah masyarakat akan membantu untuk mencapai tujuan tersebut.

“Di masyarakat kehadiran fisik itu sangat dihargai dan sangat dekat, sangat intim. Dengan kehadiran fisik itu menjadi menguntungkan, jadi ada makna politik simbolik dan strategisnya, pertama membangun legitimasi personal,” ungkap Usep kepada wartawan Tirto, Selasa (11/11/2025).

Perbedaan paling tajam tampak pada kategori sosial dan program. Prabowo tercatat hanya melakoni 3 kegiatan sosial dan 9 kegiatan terkait program. Sedangkan Gibran melakukan 30 kunjungan kategori sosial dan 17 program. Ini memperkuat kesan bahwa Gibran diarahkan untuk melakukan interaksi langsung dengan warga.

Menurut Usep, Prabowo lebih sedikit muncul dalam agenda sosial menandakan preferensi peran yang lebih struktural dan kebijakan makro daripada kerja relasional harian. Prabowo sendiri sudah begitu dikenal masyarakat luas. Tak mengherankan ia berfokus menata muka Indonesia di panggung dunia.

Namun diakui Usep pembagian porsi kerja ini berpotensi membangun citra yang kontras di tengah masyarakat. Gibran berperan sebagai representasi masyarakat, sementara Prabowo punya peranan sebagai negarawan kawakan. Jika keduanya dapat akur, kata Usep, peranan kerja ini akan menimbulkan persepsi pucuk pemerintahan yang komplementer dan sinergis.

Sebaliknya, jika riak-riak politik mengeruh di antara keduanya, tidak menutup kemungkinan justru terjadi kompetisi elektoral yang tidak sehat antara Prabowo dan Gibran. Pasalnya, dominasi Gibran di daerah sangat memungkinkan membantunya meraih efek elektoral yang tinggi dari masyarakat.

Pihak yang tidak ingin Gibran bersanding dengan Prabowo akan memainkan narasi bahwa presiden bukan sosok yang dekat dengan masyarakat. Sebaliknya, kata Usep, pihak yang tidak suka Gibran akur dengan Prabowo akan menampilkan narasi bahwa ia cuma ‘dibuang’ dan menjadi sekadar ‘stempel’ pemerintah pusat di daerah-daerah.

“Secara politis memang setiap aktivitas publik pejabat selalu punya dimensi elektoral. Mau ditampik atau tidak, kalau dibaca dalam konteks politik tentu ini membangun jaringan politik memperluas jaringan yang sudah mereka punya,” ujar Usep.

Prabowo Kunjungi 11 Provinsi, Gibran 25 Provinsi

Jika dilihat berdasar sasaran daerah kunjungan kerja serta agenda keduanya, DKI Jakarta dan Pulau Jawa mendominasi dibandingkan daerah lain. Gibran misal, melakukan sebanyak 86 kali kunjungan di DKI Jakarta dan 21 kali kunjungan di Jawa Tengah. Di luar Pulau Jawa, ia paling banyak mengunjungi wilayah Pulau Sumatera.

Sementara Prabowo, selain paling banyak melakukan agenda kunjungan di DKI Jakarta (48) dan Pulau Jawa (28), wilayah Bali dan Sumatera Selatan juga menjadi lokasi tersering dari Prabowo dengan dua kali total kehadiran selama tahun pertama pemerintahan.

Sekilas, kunjungan yang dilakukan Gibran berada di wilayah basis suara pemilih Jokowi dan Prabowo-Gibran. Selain melakukan tugas sebagai wapres, kehadiran Gibran di basis daerah pemilih juga dapat dimanfaatkan sebagai upaya menjaga pengaruh elektoral. Tidak heran di beberapa kesempatan, Gibran melakukan kegiatan bagi-bagi bansos dan kegiatan bersama warga tempatan.



Analis sosio-politik dari Helios Strategic Institute, Musfi Romdoni, menilai pembagian tugas antara presiden dan wapres dimanfaatkan betul oleh Gibran. Meskipun tidak tersorot media pemberitaan secara massif, kehadiran Gibran di tengah masyarakat secara jangka panjang menjadi modal menggenjot elektabilitasnya.

Dominasi kunjungan ke daerah memberikan kesempatan untuknya menjadi top of mind dari masyarakat. Kendati begitu, kata Musfi, popularitas tokoh publik yang merakyat mulai goyah imbas Jokowi. Resistensi publik muncul terhadap pemimpin yang rajin blusukan, karena tak menjamin dapat menjadi sosok yang membawa Indonesia lebih demokratis.

“Ada satu fenomena menarik yang ditinggalkan oleh Pak Jokowi, dia meninggalkan trauma psikologi politik. Jadi, jika ada sosok yang ingin mengulangi fenomena Jokowi, fenomena persepsi pemimpin yang sangat rakyat, akan ada semacam resistensi dari publik karena ada trauma politik yang ditinggalkan,” ucap Musfi kepada wartawan Tirto, Rabu (12/11/2025).

Peran Prabowo di Panggung Dunia

Dilihat aspek kerja diplomatik dan peranan di panggung dunia, harus diakui Gibran tertinggal jauh dari Prabowo. Lawatan Gibran ke luar negeri setahun pertama menjabat tercatat cuma satu kali, yakni ketika mengunjungi Papua Nugini pada 15-16 September 2025. Sementara Prabowo pada tahun pertamanya memang mengambil peranan sebagai seorang statesman, dengan kunjungan luar negeri mencapai 36 kali meliputi 24 negara.

Prabowo bahkan mengalahkan kunjungan kenegaraan dari presiden RI sebelumnya dalam melakoni debut masa jabatan. Jokowi di tahun pertamanya ketika menjabat periode pertama pada 2014, hanya melakukan lawatan keluar negeri sebanyak 16 kali. Di periode yang sama Susilo Bambang Yudhoyono juga hanya melakukan lawatan luar negeri sebanyak 10 kali.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Ignasius Loyola Adhi Bhaskara atau biasa dipanggil Aska, menilai arah kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo menunjukkan pergeseran signifikan dibanding era Jokowi. Ia melihat aktivitas tersebut mencerminkan ambisi Prabowo untuk menegaskan kembali posisi Indonesia dalam peta politik global, terutama di tengah rivalitas antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Kalau Jokowi dulu sangat inward looking dengan fokus pembangunan internal, Prabowo justru outward looking. Ia ingin memastikan posisi Indonesia terlihat jelas di mata dunia,” ungkap Aska kepada wartawan Tirto, Rabu (12/11).

Prabowo, ungkap Aska, memulai langkah diplomatiknya dengan kunjungan ke Beijing, Cina, menegaskan hubungan strategis dengan kekuatan besar geopolitik Asia. Di sisi lain, ia juga membuka ruang kedekatan dengan Presiden AS, Donald Trump, sebagai upaya menjaga keseimbangan di antara dua poros kekuatan besar global.

Langkah signifikan di panggung global juga terjadi pada 6 Januari 2025, saat Indonesia resmi bergabung dengan Brazil, Russia, India, Cina, serta Afrika Selatan dalam BRICS. Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama anggota blok ekonomi ini.

Decode Kunjungan Luar Negeri Prabowo

Decode Kunjungan Luar Negeri Prabowo. tirto.id/Prabowo


Keputusan tersebut menandai upaya strategis pemerintah memperluas pengaruh ekonomi global sekaligus mendiversifikasi kemitraan strategis di luar lingkar tradisional Barat.

“Prabowo selain lebih aktif, dia juga lebih ke diplomasi pertahanan, dan investasi sifatnya strategis. Serta bagaimana kemudian Indonesia diharapkan Prabowo menjadi aktor yang dapat membangun jembatan antara rivalitas AS dan Cina yang saat ini meningkat. Meskipun kita juga masih perlu awas terhadap sejauh mana kapabilitas Indonesia untuk menjadi aktor tersebut,” ucap Aska.

Sementara itu, peranan diplomatik Gibran dinilai cenderung simbolik. Setahun pertama ini, aktivitasnya lebih banyak bersifat seremonial dan kunjungan ke daerah. Meski sempat diberi mandat untuk mengawal isu Papua, kata Aska, belum terlihat peran substantif Gibran dalam perumusan kebijakan nasional maupun diplomatik.

Dengan dominasi Prabowo di ranah internasional dan peran Gibran yang masih terbatas di dalam negeri, pembagian kerja ini mencerminkan pola baru dalam kepemimpinan nasional. Presiden sebagai wajah global Indonesia, dan wakil presiden sebagai representasi domestik yang menjaga kesinambungan politik.

“Kalau dibandingkan dengan wapres sebelumnya seperti Jusuf Kalla atau Boediono, peran Gibran belum menonjol. Ia lebih mirip Ma’ruf Amin dalam fungsi simbolik, hanya saja kali ini simbolnya generasi muda,” ujar Aska.

Baca juga artikel terkait PRABOWO GIBRAN atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Decode
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Alfons Yoshio Hartanto