tirto.id - "Saya ingin memesan pizza," seru seorang perempuan kepada Tim Teneyck, operator 911 yang tengah bertugas.
Teneyck awalnya mengira penelepon itu menghubungi nomor yang salah, namun setelah beberapa kali bolak-balik, dia memahami situasinya.
"Tidak, tidak, tidak, tidak… kamu tidak mengerti," ujar perempuan itu.
Teneyck mengenali kesusahan perempuan tersebut, "Aku menangkapmu sekarang, oke…Pria itu masih di sana?"
Perempuan itu mengiyakan dan Teneyck langsung mengirim petugas ke alamat si penelepon. Pelaku berhasil ditangkap dan didakwa melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
Insiden yang terjadi pada 13 November 2019 di Oregon, Ohio, tersebut merupakan salah satu praktik yang langka. Menelepon 911 dengan memesan pizza sebagai sinyal bahaya mulanya dianggap palsu oleh Departemen Kepolisian Los Angeles.
Di berbagai negara, terdapat sejumlah cara untuk meminta bantuan saat seseorang mengalami pelecehan atau tindak kekerasan. Selain menggunakan panggilan telepon, bisa juga memakai komunikasi non-verbal, seperti menggunakan empat jari, terutama saat berada di ruang publik.
Pada 2021, seorang gadis 16 tahun yang disandera berhasil diselamatkan usai memberikan sinyal bahaya dengan menggunakan empat jari kepada pengemudi yang berada di belakangnya.
Remaja itu dilaporkan hilang oleh orang tuanya beberapa hari sebelumnya di North Carolina. Sementara pengemudi yang mengikutinya terus melaporkan insiden itu ke 911 setelah mengenal sinyal bahaya yang sempat viral di TikTok.
Pria yang membawanya, James Herbert Brick, membawa gadis itu melalui North Carolina, Tennessee, Kentucky dan ke Ohio, korban lalu mulai berusaha menarik perhatian pengendara lain untuk menelepon 911.
Menurut laporan Deputi Sheriff yang menangani kasus ini, Brick didakwa hukuman penjara setelah melanggar hukum tingkat pertama.
Signal for Help
Sinyal bahaya empat jari merupakan isyarat satu tangan sederhana yang dapat digunakan untuk mengomunikasikan secara diam-diam perlunya bantuan ketika terjadi kasus kekerasan berbasis gender.
Gerakan ini kemudian dikenal Signal for Help, diinisiasi oleh Women's Funding Network (WFN) dan Canadian Women's Foundation (CWF) untuk membantu mengatasi peningkatan kekerasan dalam rumah tangga selama lockdown pandemi Covid-19 pada April 2020.
Kekerasan dalam rumah tangga mencakup berbagai bentuk, termasuk finansial, emosional, dan psikologis.
Kampanye ini dianggap sangat penting untuk mewaspadai tanda-tanda bahayanya.
Di Kanada, tingkat kekerasan berbasis gender sangat tinggi, bahkan sebelum pandemi: rata-rata, setiap enam hari, seorang wanita dibunuh oleh pasangan intimnya.
Berkat viralnya Signal for Help di berbagai ranah media sosial, 41 persen orang di Kanada akhirnya mengetahui tentang sinyal tersebut dan 9 persen telah menggunakan atau melihat penggunaannya.
Signal for Help cukup mudah dipraktikkan, yakni dengan menyelipkan ibu jari ke telapak tangan, mengangkat empat jari ke atas dengan telapak tangan menghadap ke depan, lalu melipat jari ke bawah untuk membentuk kepalan.
Sinyal ini dapat digunakan dalam berbagai situasi, seperti saat melakukan panggilan video atau saat membukakan pintu, sebagai upaya diam-diam menunjukkan adanya kesulitan.
Yang perlu diperhatikan, sinyal ini tidak dikenali secara universal dan mungkin tidak efektif di semua situasi.
Menurut Canadian Women's Foundation dalam laman resminya, saat sinyal bahaya dibagikan korban dan diketahui oleh publik, ada risiko pelaku akan mengetahuinya. Menurut mereka, para korban yang berada dalam situasi kekerasan juga sering kali diawasi secara ketat oleh orang yang menyakitinya, sehingga kesempatan mereka kecil untuk menggunakan sinyal tersebut.
Dalam panduan tanya jawab online, organisasi ini menekankan pentingnya mencari dukungan jika dan ketika korban merasa siap, serta mereka harus melakukannya dengan cara yang paling aman.
Empat Jari R4bia Mesir
Pada 14 Agustus 2013, pasukan keamanan Mesir menyerang dua lokasi protes di al-Nahda Square dan Rabaa al-Adawiya Square. Para demonstran melakukan unjuk rasa damai menuntut kembalinya Muhammad Mursi ke kursi kekuasaan usai dikudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Fattah al-Sisi.
Para pengunjuk rasa sebagian besar adalah warga Mesir kelas menengah, termasuk anggota Ikhwanul Muslimin serta warga sipil non-partisan.
Pasukan keamanan menggunakan gas air mata, peluru tajam, dan senjata mesin untuk membubarkan para demonstran. Serangan ini menyebabkan kematian massal dengan angka korban tewas yang dilaporkan bervariasi antara 600 hingga 1000 orang.
Ikhwanul Muslimin menyebut 2600 demonstran menjadi korban kebrutalan pasukan keamanan Mesir.
Operasi ini dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri, dipimpin Menteri Dalam Negeri saat itu Mohamed Ibrahim dan diawasi langsung oleh Abdul Fattah al-Sisi. Tidak ada pejabat yang dimintai pertanggungjawaban atas pembantaian tersebut.
Setelah serangan, Pemerintah Mesir menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan larangan protes. Pasukan keamanan juga melakukan penangkapan massal terhadap para aktivis dan anggota Ikhwanul Muslimin yang mendukung Mursi.
Pemerintah Mesir mengklaim apa yang mereka lakukan adalah usaha melawan terorisme, terlebih setelah Ikhwanul Muslimin ditetapkan sebagai organisasi teroris pada Desember 2013.
Insiden yang dikenal dengan Pembantaian Rabba ini menuai kecaman dari komunitas internasional. Mereka turun ke jalan mengecam tindakan pasukan keamanan Mesir yang dianggap melakukan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
Akhir Agustus, 4000 orang memenuhi jalanan di Stuttgart, Jerman, dengan berbagai media protes dilengkapi simbol R4bia.
Di Mesir, R4bia kemudian menjadi simbol ketahanan, kekuatan, perlawanan, dan persatuan para pendukung gerakan melawan kudeta militer yang menggulingkan Presiden Mursi.
Rabaa adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti "empat". Angka "4" dalam "Rabaa" juga melambangkan tanggal 14 Agustus, ketika serangan terjadi. Sehingga, "Rabaa" atau "R4bia" menjadi simbol bagi para pendukung Mursi dan gerakan pro-demokrasi di Mesir dan beberapa negara Timur Tengah.
Simbol ini memiliki elemen dan unsur kesakralan dalam Islam, dengan latar belakang kuning melambangkan Kubah Batu di Yerusalem dan tangan hitam melambangkan Ka'bah di kota Makkah.
R4bia banyak digunakan di platform media sosial seperti Facebook, X, Blog, dan YouTube sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap peristiwa yang terjadi di Mesir saat itu. Simbol ini juga berperan dalam meningkatkan kesadaran dan membantu masyarakat lebih memahami krisis di Mesir.
Lain itu, gerakan R4bia menjadi acuan sekaligus sebagai penyeimbang informasi dari media yang berada di bawah kendali pemerintah militer.
Berbeda dengan Signal for Help, empat jari yang ditujukan pada simbol R4bia tidak dilipatkan menjadi sebuah kepalan.
Simbol R4bia terus berkembang menjadi simbol kemartiran dan perlawanan.
"Ini tentu saja telah mengalami perluasan makna untuk memprotes kediktatoran dan pemerintahan sewenang-wenang secara umum," ujar ahli politik dan Islam Jerman, Thorsten Gerald Schneiders.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi