tirto.id - Muhammad Mursi ditempatkan di dalam kurungan kaca selama mengikuti sidang lanjutan kasusnya di Kairo, Mesir. Baru lima menit berbicara, Mursi tiba-tiba kolaps. Ia dinyatakan meninggal dunia tak lama setelah diantar ke rumah sakit.
Demikian pernyataan resmi jaksa penuntut umum Nabil Sadek sebagaimana dilaporkan Washington Post, Senin (17/6/2019) waktu setempat. Penyebab kematiannya masih diselidiki. Tapi Nabil menegaskan “tidak ada luka-luka yang terlihat pada bagian luar tubuh almarhum.”
Kematian Mursi menjadi kabar yang menyedihkan bagi Ikhwanul Muslimin (IM), organisasi Islamis yang bersama Mursi memenangkan pemilihan umum pertama Mesir pada tahun 2012. Mursi adalah presiden Mesir pertama yang berasal dari kalangan sipil.
Rezim Mursi hanya bertahan satu tahun akibat diguncang demonstrasi lanjutan. Ia kemudian ditahan atas dasar banyak tuduhan dan dalam waktu yang amat lama.
Pengacaranya, Osama el-Helw, memandang kematian Mursi sebagai hasil pembunuhan yang didalangi pemerintahan Mesir. Ia mengungkapkan kondisi kesehatan Mursi yang memburuk karena otoritas Mesir sengaja mengurungnya di dalam penjara dengan kondisi yang buruk pula.
Kritik serupa diungkap oleh beberapa pihak bahkan sejak setahun sebelumnya. Hasil panel sejumlah pengacara dan politisi Inggris, misalnya, menyimpulkan Mursi tidak menerima perawatan medis yang memadai meski dirinya menderita diabetes dan penyakit hati.
“Kami pernah menyatakan kekhawatiran, jika Dr. Mursi tidak segera diberikan bantuan medis, kondisi kesehatannya yang memburuk mungkin akan bersifat permanen, bahkan fatal. Sayang sekali, asumsi kami terbukti benar,” kata pemimpin panel, masih mengutip Washington Post.
Sarah Leah Whitson adalah direktur eksekutif Human Rights Watch untuk Timur Tengah dan Afrika. Kepada New York Times ia menyampaikan kematian Mursi sebagai indikasi “kelalaian kriminal, penyimpangan yang disengaja dalam pemberian hak-hak dasar tahanan kepada Mursi.”
Sarah menambahkan ada aturan khusus yang tidak dijalankan di penjara-penjara Mesir lain tapi diberlakukan di penjara tempat Mursi ditahan.
Mursi dilarang menerima kiriman makanan dan obat-obatan dari keluarganya. Selama ditahan di sel isolasi ia juga dilarang mengakses berita dari media massa, melakukan surat-menyurat, atau berkomunikasi dengan dunia luar. Istri dan keluarganya hanya diizinkan membesuk tiga kali selama enam tahun ia dipenjara.
Nabil menyatakan telah memerintahkan penyelidikan terkait riwayat kesehatan Mursi guna menganalisa penyebab kematian. Rekaman kamera di ruang pengadilan dan keterangan saksi juga akan dilibatkan.
Bulan Madu Singkat IM di Mesir
Arsip Economist memaparkan Mursi sebagai anak sulung dari lima bersaudara. Ia lahir pada 8 Agustus 1951 di dusun El-Adwah, pada era Mesir masih berbentuk kerajaan. Orang tuanya petani miskin. Tapi Mursi beruntung sebab bisa kuliah sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Pada tahun 1975 ia lulus sebagai sarjana teknik. Tiga tahun kemudian Mursi meraih gelar magister jurusan metalurgi. Dua-duanya dari Universitas Kairo. Ia kemudian menikah dengan sepupu jauhnya, Naglaa Mahmoid, yang ia anggap sebagai pencapaian terbesar dalam hidup.
Mursi bergabung ke Ikhwanul Muslimin pada 1979. Setelahnya ia melanjutkan studi doktoral ke California State University, Northridge, Amerika Serikat. Ia menjadi asisten profesor jurusan ilmu teknik sejak tahun 1982 sampai memutuskan untuk balik ke Mesir pada 1985.
Pekerjaan sebagai akademisi Mursi lanjutkan di Universitas Zagazig dengan menjabat sebagai kepala jurusan teknik material. Statusnya sebagai profesor bertahan hingga 2010.
Pada akhir 1990-an Mursi mulai aktif berpolitik. Ia berhasil masuk ke parlemen Mesir untuk periode 2000-2005 sebagai calon independen sebab kandidat tidak diperkenankan melaju di bawah bendera IM. IM dicap sebagai organisasi terlarang oleh rezim militer Husni Mubarak yang berkuasa selama tiga dekade.
Kekuasaan Husni tumbang oleh demonstrasi massa yang memintanya turun pada pertengahan 2011. Pada masa krisis IM melahirkan Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) dan mengangkat Mursi sebagai ketua pertama.
IM sebenarnya memproyeksikan Khairat al-Shati sebagai calon presiden pertama. Tapi Khairat didiskualifikasi oleh panitia pemilu karena pernah dipenjara di era rezim Husni Mubarak. Kekuatan IM sebagai organisasi bawah tanah tersolid tetap mampu memenangkan Mursi, calon kedua mereka.
Kekuasaan Mursi berlangsung kilat, atau hanya satu tahun lebih sedikit. Pengamat menilainya sebagai buah dari kebijakan-kebijakan kontroversial Mursi. Lainnya menilai manuver Mursi tak hanya bikin geger, tapi juga tidak mampu mengentaskan Mesir dari krisis multi-dimensi.
Trevor Mostyn, dalam analisa sekaligus obituarinya untuk Guardian, menyebut Mursi tidak punya rencana yang jelas untuk memulihkan ekonomi meski mendapat bantuan uang dari Qatar dan sekutu Mesir lainnya.
Dari segi keamanan, Mursi gagal membereskan aparat negara yang terkenal kejam sehingga penyiksaan dan pembunuhan demonstran tetap terjadi. Mursi dipandang gagal mewujudkan reformasi aparatur negara, terutama militer, yang menjadi salah satu cita-cita revolusi 2011.
Di bidang ekonomi, Mursi mempertahankan subsidi makanan dan bahan bakar. Berdampak positif bagi kaum papa, tapi kebijakan ini tidak berkelanjutan dan pada akhirnya mengurangi cadangan hingga di titik kritis. Angka pengangguran tetap meroket, sementara nilai mata uang makin goyah.
Krisis kian kompleks karena Mursi mengeluarkan ragam kebijakan berbasis Islamisme. Hal ini menguntungkan IM, namun memancing kritisisme pedas dari kaum liberal hingga kelompok minoritas.
Mursi, misalnya, tidak mengambil sikap yang tegas saat pendukungnya melakukan aksi penyerangan terhadap kaum Kristen Koptik dan minoritas Syiah. Rezimnya juga merancang aturan agar toko-toko tutup maksimal pada pukul 10 malam. Alasannya agar warga mudah bangun untuk menjalankan salat Subuh.
Mursi menunjuk elite IM sebagai menteri kebudayaan, lalu memilih tujuh lainnya untuk menjabat sebagai gubernur di beberapa provinsi. Kemudian pada Desember 2012 ia membentuk Komite Konstituante untuk menyusun konstitusi negara.
Langkah terakhir terbilang yang paling kontroversial. Mursi diyakini bakal menggolkan aturan-aturan berbasis syariat Islam sekaligus mengancam hak kebebasan berbicara serta berserikat. Di titik ini ia mulai dianggap sebagai ancaman baru karena diprediksi akan semakin otoriter ke depannya.
Warga Mesir kembali menggelar demonstrasi di lapangan Tahrir, tempat bersejarah di mana mereka pernah memusatkan kekuatan untuk menggulingkan Husni Mubarak. Mereka menuntut Mursi untuk menyudahi masa kepemimpinannya.
Mursi awalnya optimis karena mengira sudah menguasai militer. Ia keliru. Pada 1 Juli 2013 militer justru mengeluarkan ultimatum agar Mursi segera mengatasi krisis di lapangan Tahrir dalam 48 jam ke depan, atau mereka akan mengambil alih kekuasaann. Mursi gagal memenuhinya.
Beberapa hari berselang, tiga elite militer menerobos masuk ke kantor kepresidenan ketika Mursi sedang menggelar rapat penanggulangan krisis. Mereka memberitahu bahwa Mursi sudah bukan lagi presiden Mesir. Mursi tertawa lebar.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Ini adalah kudeta,” katanya, masih mengutip catatan Trevor untuk Guardian.
Tapi Mursi tak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali pasrah untuk dibawa ke markas Pengawal Republik di timur Kairo—tempat di mana beberapa anggota dan simpatisan IM dieksekusi mati.
Selama persidangan, di mana ia didakwa menghasut tindak pembunuhan, Mursi masih menegaskan bahwa dirinya adalah korban kudeta militer.
Pada April 2015 ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara atas bentrokan antara oposisi dan pendukung IM pada Desember 2012 yang menyebabkan beberapa orang di antaranyas meninggal dunia.
Berbulan-bulan setelahnya ia dijatuhi dakwaan-dakwaan lain. Mulai dari kolusi dengan Hamas dan Hizbullah untuk mengorganisir pemberontakan melawan Husni Mubarak, hingga tuduhan membahayakan keamanan nasional dengan membocorkan rahasia negara ke Qatar.
Mursi ditempatkan di kurungan kaca kedap suara setelah sebelumnya dianggap mengganggu persidangan lewat protes-protes keras.
Lima menit sebelum ambruk, Mursi berkata dirinya menyimpan sejumlah rahasia yang mungkin bisa dipakai untuk membebaskannya. Tapi ia memilih untuk tidak mengungkapkannya sebab diklaim akan membahayakan keamanan Mesir. Ia juga menegaskan dirinya masih berstatus presiden Mesir.
Mursi mangkat di usia 67 tahun. Ia meninggalkan satu istri dan empat orang anak—tiga laki-laki (Ahmad, Umar, Osama) dan satu perempuan (Shaimaa).
Editor: Windu Jusuf