Menuju konten utama
Peta Koalisi Pilpres 2024

Membaca Optimisme Koalisi Ganjar usai Demokrat Dukung Prabowo

Basarah optimistis kolaborasi partai pendukung Ganjar Pranowo bersama relawan akan memenangkan Pilpres 2024.

Membaca Optimisme Koalisi Ganjar usai Demokrat Dukung Prabowo
Bakal calon presiden (Bacapres) dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo (kedua kiri) didampingi Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (kiri) dan Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono (ketiga kanan) saat menghadiri konsolidasi lintas partai politik pendukung di GOR Laga Tangkas, Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/7/2023). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/Spt.

tirto.id - Partai Demokrat resmi mendukung bakal capres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto pada Pilpres 2024. Langkah politik ini diambil setelah parpol berlambang mercy itu “bercerai” dengan Koalisi Perubahan yang mengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Masuknya Demokrat ke barisan KIM membuat koalisi pengusung Prabowo kian besar dan peluang PDIP memperluas koalisi semakin kecil. PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo saat ini membangun kerja sama dengan PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo. Dari keempat partai anggota koalisi, hanya PPP yang merupakan partai yang masuk parlemen, meski dengan jumlah kursi terkecil.

Hal itu tentu berbeda dengan Koalisi Perubahan --mengusung Anies-Cak Imin-- yang didukung tiga parpol, yakni: Partai Nasdem, PKB, dan PKS atau Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diisi Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Gelora dan PBB. Terbaru, Demokrat resmi merapat ke KIM.

Data tersebut menandakan kubu PDIP merupakan parpol dengan koalisi partai parlemen terkecil dari sisi kursi dan perolehan suara. Jika ditotal, maka jumlah suara parpol pendukung Ganjar yang di parlemen sebesar 33.377.108 atau bila ditotal semua dengan yang non-parlemen mencapai 39.276.935 dengan total kursi 147.

Sementara itu, Koalisi Perubahan mengantongi 37.725.552 atau 167 kursi. KIM memegang 45.497.099 dan 207 kursi dengan hanya Gerindra, Golkar, PAN dan PBB. Dengan tambahan Demokrat, maka total suara mereka 56.373.606 suara dengan 261 kursi.

Meskipun kecil, Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDIP, Ahmad Basarah yakin mampu memenangkan Ganjar Pranowo dengan Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo yang sudah dibentuk. Ia yakin kolaborasi partai pendukung Ganjar bersama relawan akan memenangkan Ganjar bila mau bersama.

“Jika antara kekuatan partai-partai pendukung Ganjar dapat berkolaborasi dengan baik dan efektif dengan kekuatan rakyat, khususnya yang tergabung dalam organ-organ relawan, maka kami yakin insyaallah Ganjar akan memenangkan hati dan pilihan rakyat pada 14 Februari 2023,” kata Basarah saat dihubungi Tirto pada Selasa (19/9/2023).

Basarah mengingatkan bahwa partai hanya memegang tiket pengusungan capres. Ketika seorang bacapres sudah diusung, maka semua kembali kepada rakyat.

“Partai politik memiliki kedaulatan pada saat mengusung dan mendaftarkan pasangan calon presiden dan wakil presiden ke KPU RI, namun untuk selanjutnya suara rakyatlah yang akan berdaulat pada mahkamah rakyat pada 14 Februari 2024 nanti," ujarnya.

Basarah yang juga Wakil Ketua MPR itu optimistis, Ganjar mampu menarik pemilih. Hal itu tidak lepas dari latar belakang berkeluarga hingga pengalaman di birokrat sebagai legislatif dan eksekutif.

“Meminjam pernyataan Pak Jokowi, ibarat sebuah produk, Mas Ganjar Pranowo adalah sebuah produk yang sangat bagus dan berkualitas, tinggal bagaimana strategi marketingnya saja," ungkapnya.

Basarah juga mengingatkan bahwa pilpres dan pileg memiliki perbedaan karakteristik. Salah satunya adalah figur capres yang menjadi daya tarik utama bagi para pemilih.

“Selain itu, pemilu presiden berbeda karakteristik dengan pemilu legislative, di mana dalam pilpres faktor figur capres yang akan menjadi daya tarik rakyat untuk memilihnya. Kami diuntungkan oleh faktor capres Ganjar Pranowo yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan capres lainnya,” kata Basarah.

Rapat partai pengusung Ganjar Pranowo

Katua Umum Partai PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) bersama Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (kedua kanan), Ketua Umum Partai PPP Mardiono (kanan), Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (kiri), dan Ketua Tim Pemenangan Ganjar Pranowo Arsjad Rasjid (kedua kiri) bersiap untuk rapat perdana di Gedung High End, Jakarta, Rabu (13/9/2023). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa.

Analis politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin menilai, potensi kemenangan Ganjar di Pilpres 2024 karena beragam faktor, mulai dari dinamika politik yang terjadi dan yang akan datang, popularitas Ganjar, pengemasan kampanye, narasi yang dibangun, dan tidak lepas juga dari dukungan partai koalisi. Ia juga menilai PDIP masih bisa menang meski didampingi banyak partai non-parlemen.

“Meskipun PDIP memiliki koalisi dengan partai-partai yang jumlah kursinya lebih kecil daripada koalisi lain, hal ini tidak selalu menentukan kemenangan. Yang lebih penting adalah bagaimana PDIP dan Ganjar bisa membangun momentum, pesan, dan dukungan yang kuat dari pemilih sejak sekarang hingga masa kampanye,” kata Alvin.

Alvin menekankan, jumlah partai dalam koalisi bukan satu-satunya faktor yang menentukan kemenangan dalam pilpres. Ia justru melihat hal yang lebih penting adalah sejauh mana partai-partai dalam koalisi bisa bersatu dan bekerja sama dalam kampanye.

Selain itu, strategi kampanye yang baik, visi dan program yang jelas, serta daya tarik calon presiden juga memainkan peran besar.

Ia mengingatkan bahwa partai yang ada punya jejak sejarah berkoalisi dengan PDIP. Hal itu bisa mempermudah partai dalam penyatuan visi misi dan perjuangan politik bisa lebih klop. Ia pun tidak memungkiri peluang Ganjar bisa menang satu putaran meski masih sulit.

“Memenangkan pilpres dalam satu ronde adalah tidak mustahil, tapi termasuk hal yang sulit. Apalagi yang menjadi kompetitor adalah tokoh sekelas Prabowo yang bisa dibilang 'senior' dalam kancah pilpres serta Anies Baswedan yang juga termasuk kuda hitam dalam pilpres kali ini," kata Alvin.

Alvin menilai, peluang Ganjar tetap kuat, tinggal sekarang ia memilih dan mengumumkan cawapres yang dapat menjadi pendongkrak elektabilitas. Akan tetapi, Alvin menilai, faktornya bisa bukan sekadar bicara Jokowi.

“Tentu Jokowi bukanlah Ganjar dan sebaliknya, tapi bicara kans tinggi itu sulit, dengan adanya 3 kandidat capres-cawapres, maka peluangnya bisa dibilang sama,” kata Alvin.

Koalisi Gemuk Bukan Jaminan Menang Pilpres

Analis politik dari SMRC, Saidiman Ahmad menilai, semakin besar dukungan partai tidak serta-merta memastikan kandidat bacapres akan menang. Secara kalkulasi kursi dan suara, kubu Prabowo dan KIM memang memiliki suara besar, sementara Ganjar tidak. Akan tetapi, statistik suara besar itu tidak serta-merta menjadi suara lagi di Pilpres 2024.

Ia justru menilai bahwa kandidat bacapres lebih penting daripada partai karena publik melihat figur bacapres daripada parpol. Malah, dalam beberapa kasus, kandidatlah yang mendorong elektabilitas partai.

“Jadi yang dipilih publik itu figurnya, bahkan sebenarnya dengan melalui karena memilih figur itu justru bisa memengaruhi suara partai. Jadi bukan suara partai yang memengaruhi pilihan pada presiden, justru pemilihan pada presiden yang bisa memengaruhi suara partai. Itu yang terjadi selama ini,” kata Saidiman, Selasa (19/9/2023).

Pendapat Saidiman bukan tanpa alasan. Ia mencontohkan Pemilu 2004 yang dimenangkan SBY karena figurnya kala itu. Figur tersebut lantas meningkatkan elektabilitas Partai Demokrat yang kala itu partai baru. Selain itu, pada Pilpres 2014 juga mengalami hal sama saat Jokowi didukung koalisi kecil saat melawan Prabowo yang memiliki "koalisi tenda besar" dengan banyak partai.

Di sisi lain, elektabilitas bacapres berkemungkinan besar lebih tinggi daripada partai. Ia menyinggung bagaimana hasil survei SMRC yang menemukan angka elektabilitas Ganjar berada di 35 persen, sementara PDIP hanya di sekitar 23 persen. Oleh karena itu, figur kandidat lebih kuat daripada dukungan partai.

Lantas, apakah Ganjar bisa menang satu putaran? Saidiman menilai hal itu cukup sulit karena muncul 3 poros. Selain itu, angka elektabilitas Ganjar dengan Prabowo terpaut tipis dan bersaing satu sama lain.

Dalam kacamata Saidiman, cawapres memang punya pengaruh, tapi tidak signifikan untuk pemenangan capres seperti Ganjar. Ia melihat ada 3 hal yang perlu diperkuat Ganjar untuk menang.

Pertama, tingkat keterkenalan Ganjar harus digenjot. Ia beralasan, berdasarkan survei SMRC, angka keterkenalan Ganjar baru 84 persen, sementara Prabowo hampir 100 persen. Gap keterkenalan tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan elektabilitas selama menggunakan pendekatan yang tepat, apalagi ke depan ada kemungkinan sosialisasi saat kampanye maupun dibantu KPU.

Kedua, tingkat kesukaan Ganjar masih bisa digenjot. Ia mengatakan angka kesukaan publik pada Ganjar cukup tinggi daripada Prabowo. Tingkat resistensi Ganjar lebih rendah daripada Prabowo sehingga bisa menjadi modal Ganjar menang.

“Jadi tingkat kesukaan jadi lebih posisinya 81 persen dari yang tahu itu menyatakan suka pada Ganjar. Itu artinya kalau disosialisasikan dengan lebih baik, itu potensial juga untuk mendapatkan suara yang lebih baik,” kata Saidiman.

Ketiga, pengaruh Jokowi bisa digunakan untuk meningkatkan elektabilitas Ganjar. Ia mengingatkan bahwa tingkat kepuasan publik pada kinerja Jokowi tinggi hingga 80 persen. Jika Ganjar mau mendekat ke Jokowi, apalagi satu partai, maka Ganjar bisa dipersepsikan melanjutkan aksi Jokowi.

Ia menilai, hal itu bisa menjadi modal menarik pemilih yang senang dengan pembangunan Jokowi. Di sisi lain, Ganjar juga berasal dari Jawa Tengah sehingga membangun keyakinan keberlanjutan Jokowi.

“Saya melihat bahwa karena publik itu umumnya mengapresiasi pembangunan sekarang, kemungkinan besar mereka juga akan lebih mudah untuk diyakinkan bahwa pembangunan ini mungkin bisa dilanjutkan oleh figur seperti Ganjar,” kata Saidiman.

“Jadi dia punya potensi karena publik merasa senang dengan pembangunan sekarang. Tentu mereka ingin ini dilanjutkan dan di antara 3 figur yang paling mungkin melanjutkan itu kalau kita lihat dari karakter itu, ya Ganjar Pranowo, tapi lagi-lagi ini perlu sosialisasi yang baik kepada publik,” kata Saidiman.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz