tirto.id - Islam sangat menekankan pentingnya menjaga amanah dalam setiap aspek kehidupan. Ini berkaitan erat dengan amanah menjadi seorang pemimpin di mana pun berada dan apa pun perannya. Menjadi seorang pemimpin berarti harus bertanggung jawab atas amanah besar yang wajib dilaksanakan secara adil, bijaksana, dan penuh tanggung jawab.
Bahkan Islam juga mengenalkan bahwa setiap individu merupakan pemimpin. Kepemimpinan tidak hanya tentang jabatan, tetapi juga tanggung jawab spiritual dan sosial yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Konsep pemimpin yang baik juga telah ditunjukkan dalam Islam melalui Al-Qur’an dan hadits. Ini menjadi rambu-rambu kriteria pemimpin yang baik menurut Islam.
Berbagai dalil ayat tentang kempimpinan wajib menjadi perhatian penting setiap muslim untuk memilih pemimpin yang amanah. Ayat tentang pemimpin yang amanah perlu dimaknai sebagai sebuah petunjuk dari Allah Swt. supaya umat Islam dapat memilih pemimpin yang baik.
Sebaliknya, pemimpin yang zalim akan menyengsarakan banyak orang yang dipimpinnya. Muncul berbagai praktik kezaliman dan madharat dari pemimpin yang zalim dan tak bertanggung jawab. Kepemimpinan yang zalim dapat menghancurkan kesejahteraan dan merusak stabilitas sosial.
Islam telah memberikan solusi yang jelas untuk mencegah dan menghindari pemimpin yang zalim. Kriteria pemimpin yang baik dijelaskan dalam ayat dan hadits tentang kepemimpinan.
Artikel ini menjelaskan ayat dan hadits tentang kepemimpinan. Ayat Al-Qur'an tentang memilih pemimpin yang baik dapat direnungi dan dimaknai oleh setiap muslim.
Ayat Al-Qur'an tentang Kepemimpinan yang Baik

Allah Swt. memberi petunjuk kepada umat Islam untuk memilih pemimpin yang baik. Kriteria pemimpin yang baik ini pun dijelaskan dalam berbagai ayat pendek tentang kepemimpinan baik, yang amanah.
Ayat tentang kepemimpinan beserta artinya perlu menjadi perhatian penting umat Islam dalam rangka ikhtiar memilih pemimpin. Apa saja ayat Al-Qur'an tentang kepemimpinan dalam Islam? Simak selengkapnya.
1. QS. Al-Baqarah: 247
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ اِنَّ اللّٰهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوْتَ مَلِكًاۗ قَالُوْٓا اَنّٰى يَكُوْنُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ اَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِۗ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهٗ بَسْطَةً فِى الْعِلْمِ وَالْجِسْمِۗ وَاللّٰهُ يُؤْتِيْ مُلْكَهٗ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٤٧Wa qâla lahum nabiyyuhum innallâha qad ba‘atsa lakum thâlûta malikâ, qâlû annâ yakûnu lahul-mulku ‘alainâ wa naḫnu aḫaqqu bil-mulki min-hu wa lam yu'ta sa‘atam minal-mâl, qâla innallâhashthafâhu ‘alaikum wa zâdahû basthatan fil ‘ilmi wal-jism, wallâhu yu'tî mulkahû may yasyâ', wallâhu wâsi‘un ‘alîm
“Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana (mungkin) dia memperoleh kerajaan (kekuasaan) atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kepadanya kelebihan ilmu dan fisik.” Allah menganugerahkan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (kekuasaan dan rezeki-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ayat tentang kepemimpinan di atas menunjukkan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin pilihan Allah Swt. yang dipilih berdasarkan kecerdasan. Kandungan ayat di atas menceritakan tentang kisah Talut yang dipilih Allah Swt. untuk menjadi pemimpin.
Para pembesar kaum mempertanyakan, “Mengapa Talut yang dipilih?” Padahal Talut tak memiliki harta kekayaan. Ayat ini kemudian menjelaskan bahwa Allah Swt. menganugerahkan kecerdasan atau kelebihan ilmu dan fisik kepada Talut.
Penjelasan ayat ini dapat menjadi pedoman kriteria pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan dan kelebihan fisik. Allah Swt. menunjukkan kuasa-Nya melalui pemilihan Talut sebagai pemimpin.
2. QS. An-Nisa: 58
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًا ۢ بَصِيْرًا ٥٨Innallâha ya'murukum an tu'addul-amânâti ilâ ahlihâ wa idzâ ḫakamtum bainan-nâsi an taḫkumû bil-‘adl, innallâha ni‘immâ ya‘idhukum bih, innallâha kâna samî‘am bashîrâ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Ayat tentang kepemimpinan ini menjelaskan tentang pemimpin yang amanah. Maksud dari pemimpin amanah ialah pemimpin yang layak dan bertanggung jawab.
Penjelasan ayat ini menyampaikan bahwa amanat yang sempurna dan tepat kepada yang berhak menerimanya. Allah Swt. juga memerintahkan jika menetapkan hukum di antara manusia yang berselisih, hendaknya ditetapkan dengan keputusan yang adil.
Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk memegang teguh amanah dan menyuruh berlaku adil dengan sebaik-baiknya. Sesungguhnya Allah Swt. Maha Mendengar dan Maha Melihat.
3. QS. Sad: 26
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢ بِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِࣖ ٢٦Yâ dâwûdu innâ ja‘alnâka khalîfatan fil-ardli faḫkum bainan-nâsi bil-ḫaqqi wa lâ tattabi‘il-hawâ fa yudlillaka ‘an sabîlillâh, innalladzîna yadlillûna ‘an sabîlillâhi lahum ‘adzâbun syadîdum bimâ nasû yaumal-ḫisâb
“(Allah berfirman,) “Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan.”
Ayat tentang kepemimpinan yang baik pada QS. Sad ini menekankan aspek keadilan sebagai syarat utama dalam kepemimpinan. Allah Swt. memilih Nabi Daud sebagai khalifah karena ketaatan, kebijaksanaan, dan ilmu yang luas.
Allah Swt. kemudian memerintahkan kepada Nabi Daud untuk memutuskan suatu perkara di antara manusia dengan adil. Janganlah mengikuti hawa nafsu dalam menjalankan amanah karena hawa nafsu akan menyesatkan setiap orang dari jalan Allah Swt.
Kandungan ayat ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap adil, amanah. Pemimpin yang baik juga wajib mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
4. QS. Al-Imran: 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ١٥٩Fa bimâ raḫmatim minallâhi linta lahum, walau kunta fadhdhan ghalîdhal-qalbi lanfadldlû min ḫaulika fa‘fu ‘an-hum wastaghfir lahum wa syâwir-hum fil-amr, fa idzâ ‘azamta fa tawakkal ‘alallâh, innallâha yuḫibbul-mutawakkilîn
“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
Ayat ini merupakan ayat tentang kepemimpinan yang menekankan kelembutan dan kasih sayang dalam memimpin. Penjelasan ayat ini menunjukkan kriteria pemimpin yang baik adalah yang lembut dan berkasih sayang dalam memimpin.
Allah Swt. menganugerahkan sifat yang lembut dan berkasih sayang kepada Nabi Muhammad saw. dalam menyikapi pelanggaran Perang Uhud. Jika Nabi Muhammad saw. bersikap keras, buruk perangai, dan berhati kasar, tidak toleran dan tidak peka terhadap kondisi dan situasi orang lain, maka tentu mereka menjauhkan diri dari Nabi Muhammad saw.
5. QS. Al-Ma'idah: 8
Ilustrasi Tadarus Alquran. foto/istockphoto
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ٨ 
Yâ ayyuhalladzîna âmanû kûnû qawwâmîna lillâhi syuhadâ'a bil-qisthi wa lâ yajrimannakum syana'ânu qaumin ‘alâ allâ ta‘dilû, i‘dilû, huwa aqrabu lit-taqwâ wattaqullâh, innallâha khabîrum bimâ ta‘malûn
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Kandungan ayat ini menguatkan prinsip bahwa keadilan merupakan inti kepemimpinan yang baik dalam Islam. Ayat tentang kepemimpinan ini menunjukkan betapa pentingnya keadilan sebagai karakter seorang pemimpin yang baik.
Berbuat adil dalam berbagai aspek kehidupan itu lebih dekat pada takwa. Selain itu, ayat tersebut juga menegaskan jangan sampai kebencian kepada suatu kaum mendorong seseorang untuk berlaku tidak adil.
6. QS. Al-Baqarah: 124
وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًاۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ ١٢٤Wa idzibtalâ ibrâhîma rabbuhû bikalimâtin fa atammahunn, qâla innî jâ‘iluka lin-nâsi imâmâ, qâla wa min dzurriyyatî, qâla lâ yanâlu ‘ahdidh-dhâlimîn
“(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Kandungan ayat di atas menjelaskan tentang keteladanan Nabi Ibrahim sebagai seorang pemimpin. Bahkan ayat tersebut menekankan bahwa Nabi Ibrahim melaksanakan kepemimpinannya dengan sempurna.
Ini menunjukkan bahwa kriteria pemimpin yang baik dapat mengambil teladan dari Nabi Ibrahim. Allah Swt. memilih Nabi Ibrahim sebagai pemimpin karena ketaatan dan keimanan. Hal ini dapat menjadi pembelajaran supaya memilih pemimpin atas landasan taat dan iman.
7. QS. As-Saff: 4
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ ٤Innallâha yuḫibbulladzîna yuqâtilûna fî sabîlihî shaffang ka'annahum bun-yânum marshûsh
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan, seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kukuh.”
Ayat tentang kepemimpinan yang baik di atas menjelaskan bahwa Allah Swt. mencintai orang yang berjihad dalam satu barisan seakan suatu bangunan yang kokoh. Kandungan ayat ini dapat dimaknai bahwa kepemimpinan itu menuntut adanya keteguhan, strategi, dan solidaritas.
Seorang pemimpin yang baik dapat mengutamakan aspek-aspek ini dalam kepemimpinannya. Ia tak hanya memikirkan diri sendiri dan ia tidak bergerak seenaknya sendiri, melainkan atas perencanaan strategi yang baik.
Hadits tentang Kepemimpinan yang Baik

Penjelasan tentang kepemimpinan yang baik juga disebutkan dalam berbagai hadits. Berikut hadits tentang kepemimpinan yang baik:
1. Setiap Individu Pemimpin
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits tentang pemimpin di atas menjelaskan bahwa Islam mengenalkan setiap individu adalah seorang pemimpin. Ditekankan pula bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.
2. Pemimpin yang Mencintai Rakyatnya
خِيارُ أئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ ويُحِبُّونَكُمْ، ويُصَلُّونَ علَيْكُم وتُصَلُّونَ عليهم، وشِرارُ أئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ ويُبْغِضُونَكُمْ، وتَلْعَنُونَهُمْ ويَلْعَنُونَكُمْ“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian,” (HR. Imam Muslim).
Hadits tentang pemimpin tersebut menjelaskan bahwa pemimpin yang baik ialah yang dicintai rakyatnya dan mencintai rakyatnya. Selain itu, pemimpin yang baik juga pemimpin yang mendoakan rakyatnya dan didoakan rakyatnya.
Berlaku pula sebaliknya. Pemimpin yang buruk adalah yang membenci rakyatnya dan dibenci rakyatnya. Ini menunjukkan kondisi kepemimpinan yang tidak baik sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw.
3. Imam Adalah Pelindung
الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ“Imam (pemimpin) adalah perisai, orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penjelasan hadits di atas menunjukkan bahwa pemimpin atau imam diibaratkan seperti perisai. Jika digambarkan dengan perang, maka orang yang berperang di belakangnya sejatinya sedang berlindung kepada imam atau perisai tersebut.
4. Pemimpin yang Baik
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَّامٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِي خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ“Abu Hurairah ra.: berkata: ‘Bersabda Nabi saw.: ada tujuh macam orang yang bakal bernaung di bawah naungan Allah Swt., pada hati tiada naungan kecuali naungan Allah Swt.: Imam (pemimpin) yang adil, dan pemuda yang rajin ibadah kepada Allah Swt. Dan orang yang hatinya selalu gandrung kepada masjid. Dan dua orang yang saling kasih sayang karena Allah Swt., baik waktu berkumpul atau berpisah. Dan orang laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik, maka menolak dengan kata: ‘Saya takut kepada Allah Swt. Dan orang yang sedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Dan orang berzikir ingat pada Allah Swt. sendirian hingga mencucurkan air matanya’,” (HR. Bukhari Muslim).
Hadits tentang kepemimpinan yang baik di atas menjelaskan bahwa pemimpin yang baik termasuk dalam salah satu dari tujuh orang yang akan berada dalam naungan Allah Swt.
Aspek yang disebutkan dalam hadits tersebut terkait dengan kepemimpinan ialah pemimpin yang adil. Ini menunjukkan bahwa keadilan menjadi hal penting yang wajib dijalankan oleh seorang pemimpin.
5. Pemimpin yang Adil
حَدَّثَنِي أَبُو غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارِ بْنِ عُثْمَانَ وَاللَّفْظُ لِأَبِي غَسَّانَ وَابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ َأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ“Ijadl bin Himar ra. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Orang-orang ahli Surga ada tiga macam: raja yang adil, mendapat taufik hidayat (dari Allah Swt.). Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabat dan orang muslim. Dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri,” (HR. Muslim).
Hadits tentang kepemimpinan yang baik tersebut menjelaskan bahwa raja yang adil termasuk ahli Surga. Penjelasan ini disampaikan Rasulullah saw. yang menyebutkan bahwa pemimpin yang adil akan masuk Surga.
Ini artinya Islam sangat menjunjung tinggi keadilan dalam nilai kepemimpinan yang baik. Aspek keadilan banyak dijelaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits sebagai kriteria pemimpin yang baik.
Pemimpin yang baik dalam Islam selalu berpegang pada nilai-nilai Al-Qur’an dan As-sunah. Amanah menjadi seorang pemimpin merupakan amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. kelak. Kepemimpinan yang baik menjadi pilar utama dalam urusan umat yang berkeadilan.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Yulaika Ramadhani
Masuk tirto.id







































