Menuju konten utama

Kronologi Israel Gempur Beirut Lebanon Tewaskan 38 Orang

Kronologi serangan Israel ke selatan Beirut, Lebanon, pada Jumat (20/9/2024) yang menewaskan 38 orang termasuk anak-anak dan komandan Hizbullah.

Kronologi Israel Gempur Beirut Lebanon Tewaskan 38 Orang
Ilustrasi - Serangan udara Israel di Lebanon. ANTARA/Xinhua

tirto.id - Israel meluncurkan serangan udara ke selatan Beirut, Lebanon, pada Jumat (20/9/2024). Otoritas setempat mengumumkan bahwa serangan tersebut tewaskan 38 orang, termasuk anak-anak dan seorang komandan Hizbullah.

Israel gempur Beirut tidak lama setelah diduga melakukan teror ledakan pager dan walkie-talkie di negara tersebut. Teror ledakan perangkat komunikasi di Lebanon itu menewaskan puluhan orang dan ribuan lainnya terluka.

Serangan Israel ke Beirut berlangsung di tengah-tengah pemukiman warga. Menurut Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad, di antara para korban yang tewas ada tiga anak-anak dan tujuh wanita.

Melansir Al Jazeera, ketiga korban anak yang tewas berusia empat, enam, dan 10 tahun. Jumlah korban diperkirakan akan bertambah seiring dengan masih berlangsungnya proses penyelamatan dan pencarian, hari ini, Minggu (22/9/2024).

Masih menurut Al Jazeera, pemerintah Lebanon rencananya akan menjalankan operasi penyelamatan hingga dua hari ke depan.

Kronologi Israel Serang Beirut, 21 September 2024

Israel melakukan serangan mematikan ke selatan Kota Beirut, Lebanon, pada Jumat (20/9/2024), siang. Melansir Reuters, serangan itu menargetkan sebuah gedung perumahan bertingkat yang ada di wilayah Dahiyeh.

Israel mengirimkan serangan berupa roket yang meledak di area target. Berdasarkan video dokumentasi kejadian yang dipublikasikan oleh Al Jazeera, tampak asap membumbung dari sebuah gedung di sebuah pemukiman padat Kota Beirut.

Wilayah sekitar tampak luluh lantak dan puing-puing gedung berserakan ke jalanan menimpa mobil-mobil yang terparkir. Masyarakat yang berada di sekitar mencoba mendekat ke area serangan berharap mencari tahu apakah masih ada orang yang bisa diselamatkan.

Beberapa saat kemudian, Hizbullah mengumumkan bahwa panglima tertingginya, yaitu Ibrahim Aqil tewas dalam serangan tersebut. Puluhan orang yang menjadi korban serangan tersebut segera dievakuasi.

Sayangnya, 38 korban, termasuk anak-anak meninggal dunia. Mengutip ABC News, saat ini masih ada lebih dari 60 korban yang dirawat karena luka-luka dan 23 orang dinyatakan hilang.

Hari ini, otoritas setempat masih melanjutkan proses pencarian korban di reruntuhan gedung. Pemerintah menggunakan alat berat untuk membantu proses pencarian korban.

Serangan menyebabkan ketakutan dan kepanikan warga sekitar. Akibat serangan ini, toko-toko wilayah setempat tutup dan banyak warga yang pergi mengungsi.

Respons Hizbullah dan Israel Usai Serangan

Israel sudah mengakui bahwa serangan di Dahiyeh, Kota Beirut, Lebanon, pada Jumat (20/9/2024), berasal dari mereka. Mereka berdalih bahwa serangan ini bentuk pertahanan diri.

"Bahkan di Dahiyeh di Beirut – kami akan terus mengejar musuh kami untuk melindungi warga negara kami," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, seperti yang dikutip dari Al Jazeera.

Israel sendiri telah melakukan serangan dan teror selama empat hari berturut-turut di wilayah Lebanon dan Suriah. Selain menyerang dengan roket, Israel diduga menjadi dalang di balik teror ledakan pager dan walkie-talkie yang menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak.

Sementara itu, belum ada respons lebih lanjut dari Hizbullah selain konfirmasi bahwa komandan tertingginya telah tewas. Namun, sebelum itu, Hizbullah menegaskan bahwa Israel akan "membayar harga yang sangat mahal" atas teror pager dan walkie-talkie beberapa waktu lalu.

Israel sendiri sedang dihadapkan dengan konflik beberapa negara di Timur Tengah, termasuk Palestina dan Iran. Baru-baru ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengambil langkah tegas dalam kasus pelanggaran kemanusiaan Israel.

PBB merilis resolusi untuk mengakhiri impunitas Israel pada 18 September 2024. Berdasarkan resolusi itu, Israel diminta untuk meninggalkan Palestina dalam kurun waktu 12 bulan.

Resolusi tersebut didukung oleh 124 negara dan ditolak oleh 14 lainnya. Negara yang menolak termasuk Amerika Serikat (AS), Israel, Ceko, Hongaria, Argentina, dan beberapa negara kepulauan Pasifik kecil.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom