Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sumber Sejarah Kerajaan Salakanegara: Letak, Keruntuhan, Raja-raja

Ada beberapa kalangan yang meyakini bahwa Salakanagara merupakan kerajaan tertua dalam sejarah Indonesia atau Nusantara.

Sumber Sejarah Kerajaan Salakanegara: Letak, Keruntuhan, Raja-raja
Ilustrasi Sejarah Wilayah Kekuasaan Kerajaan Salakanagara di Jawa Barat. wikimedia commons/free

tirto.id - Ada beberapa kalangan yang meyakini bahwa Salakanagara merupakan kerajaan tertua dalam sejarah Indonesia atau Nusantara. Kerajaan lama yang letaknya di tanah Sunda ini disebutkan telah berdiri sejak tahun 130 Masehi.

Kerajaan Salakanagara oleh sejumlah referensi disebutkan berada di bagian barat pulau Jawa atau Sunda alias Jawa Barat saat ini. Pendirinya adalah Dewawarman I bergelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara yang memerintah pada 130 hingga 168 Masehi.

Pada 150 Masehi, seorang ilmuwan Yunani bernama Claudius Ptolemaeus pernah menulis buku berjudul Geographia. Ia menggambarkan ada sebuah pulau bernama Labodio yang diduga adalah Yawadwipa (Jawa). Di sana, terdapat Kerajaan Argyre yang dalam bahasa Yunani berarti “perak”.

Menurut Edi Suhardi Ekajati dalam Kebudayaan Sunda: Zaman Pajajaran (2005:55), saat Ptolemaeus menulis bukunya, Salakanagara sudah berdiri di Jawa Barat. Sejalan dengan arti bahasa Yunani, salaka ternyata dalam bahasa Sunda juga bermakna “perak”, sedangkan nagara berarti"negara" atau "pemerintahan".

Sumber Sejarah Kerajaan Salakanagara

Selama ini, Kutai Martadipura yang berdiri pada abad ke-4 M di Kalimantan Timur diklaim sebagai kerajaan tertua Nusantara. Akan tetapi, Salakanagara ternyata lebih dahulu muncul di abad ke-2 M.

Kendati begitu, klaim tersebut dirasa belum kuat karena sumber sejarah Salakanagara sebagai kerajaan paling awal di Nusantara hingga masih dianggap kurang memuaskan.

Berbeda dengan kerajaan-kerajaan lain yang meninggalkan prasasti, Salakanagara hanya dapat dilacak melalui catatan perjalanan dari Cina dan naskah Wangsakerta.

Kala itu, Kerajaan Salakanagara dituliskan sudah sudah memiliki hubungan dagang yang baik dengan Dinasti Han dari Kekaisaran Cina. Bahkan, Salakanagara disebut-sebut pernah mengirim utusan ke Tiongkok pada abad ke-3 Masehi.

Berikutnya, sumber sejarah Kerajaan Salakanagara juga dapat dirunut dari Pustaka Rajya Rajya I Bhumi Nusantara. Ini adalah karya sastra dalam bahasa Jawa Kuno dari Cirebon yang merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta.

Dikutip dari Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-Naskah Panitia Wangsekerta Cirebon (2005:61) karya Ayatrohaedi, terungkap bahwa Salakanagara punya andil kekuasaan meliputi daerah barat Jawa dan beberapa pulau di dekatnya

Kedua sumber tersebut memang masih belum cukup kuat untuk membuktikan keberadaan Kerajaan Salakanagara. Namun, keduanya dianggap sangat berharga karena telah menjelaskan bagaimana gambaran kehidupan kerajaan tua ini.

Letak Kerajaan Salakanagara

Mengenai lokasi pemerintahan pusat Kerajaan Salakanagara terdapat tiga versi. Pendapat pertama menyatakan letak Salakanagara di Teluk Lada, Pandeglang, Banten.

Berdasarkan Wangsakerta, demikian dinukil dari Carita Parahiyangan Karya Pangeran Wangsakerta (1991:57) yang disusun oleh Abdur Rahman dan kawan-kawan, terungkap bahwa kala itu nama Pandeglang adalah Rajatapura.

Perkiraan tersebut masih diragukan oleh kalangan sejarawan sehingga versi kedua mengenai letak Kerajaan Salakanagara pun muncul.

Menurut Ensiklopedia Jakarta: Culture & Heritage, Volume 3 (2005:71), Salakanagara berlokasi di Condet atau Ciondet, Jakarta Timur. Jarak kota ini ke pelabuhan Sunda Kelapa, hanya sekitar 30 km.

Lokasi ini dianggap tepat karena Sunda Kelapa ketika itu adalah salah satu pusat para pedagang dari berbagai bangsa bertransaksi, termasuk Dinasti Han dari Cina.

Bukti lain mengenai Jakarta sebagai ibu kota Salakanagara diperkuat dengan adanya Sungai Tiram di Jakarta Utara.

Abdurrahman Misno dan Bambang Prawiro dalam Reception Through Selection Modification (2016:327) menerangkan, nama Sungai Tiram berasal dari “Aki Tirem”, mertua Dewawarman I, sang pendiri Salakanagara.

Ada pula versi ketiga yang menyebutkan Salakanagara berada di lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Asumsi dari versi ini adalah bahwa kaki Gunung Salak sangat sering memperlihatkan warnanya keperak-perakan akibat cahaya matahari.

Dari nama Gunung Salak dan peristiwa alam itu, maka dikaitkanlah nama Salakanagara atau "Negara Perak".

Raja-raja dan Keruntuhan Salakanagara

Dari catatan yang bisa ditemukan menyebut bahwa setidaknya ada 11 orang penguasa Salakanagara yang memerintah sejak berdirinya pada 130 Masehi hingga keruntuhan kerajaan ini pada 362 Masehi.

Wangsekerta menyebut bahwa Salakanagara runtuh saat dipimpin oleh Raja Dewawarman IX pada abad ke-4 Masehi, tepatnya tahun 362 Masehi.

Penyebab kehancuran Kerajaan Salakanagara ini adalah kemunculan kerajaan baru di tanah Sunda, yakni Tarumanegara. Salakanagara akhirnya takluk dan wilayahnya menjadi bagian dari penguasa baru telatah Sunda itu.

Daftar Penguasa Salakanagara

  • Dewawarman I atau Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara (130-168 M)
  • Dewawarman II atau Prabu Digwijayaksa Dewawarmanputra (168-195 M)
  • Dewawarman III atau Prabu Singasagara Bimayasawirya (195-238 M)
  • Dewawarman IV (238-252 M)
  • Dewawarman V (252-276 M)
  • Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M)
  • Dewawarman VI (289-308 M)
  • Dewawarman VII (308-340 M)
  • Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M)
  • Dewawarman VIII (348-362 M)
  • Dewawarman IX (362 M)

Baca juga artikel terkait SEJARAH KERAJAAN atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya