tirto.id - Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, mengaku bersedia bila diminta warga maju pada pilkada serentak 2024 sebagai bakal calon gubernur Jawa Tengah. Kesanggupan ini disampaikan Kaesang saat ditanya panitia acara “Car Free Day Bersama Relawan Plat K untuk Generasi Optimis” di Alun-Alun Jepara, Jateng pada 17 Desember 2023.
Saat acara berlangsung, panitia bertanya apakah Kaesang bersedia jika diminta warga untuk maju sebagai gubernur Jawa Tengah? Kaesang yang notabene Ketua Umum DPP PSI itu lalu menjawab “Yo, mboten nopo-nopo [Ya, enggak apa-apa],” kata dia.
Sontak, kesiapan Kaesang untuk maju di Pilgub Jateng 2024 itu direspons beragama. Meski ada yang mendukung, tapi banyak juga yang menanggapinya dengan sinis dan aji mumpung. Apalagi, kata analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, Pilkada 2024 dimajukan menjadi September saat Jokowi masih berkuasa.
Wacana soal Kaesang akan maju pilkada saat Jokowi masih menjabat bukan kali pertama ini muncul. Berdasarkan catatan Tirto, Kaesang sebelumnya sempat berminat untuk maju sebagai Wali Kota Depok. Ia bahkan sempat berkelakar ingin menjadi orang nomor satu di kota yang sejak pilkada langsung digelar selalu dimenangkan PKS.
Isu itu berawal ketika beredar baliho Kaesang sambil memegang mawar merah pada Juni 2023 atau sebelum dia bergabung dengan PSI. Baliho yang salah satunya terpasang di kawasan Margonda tersebut dipasang PSI.
Akan tetapi, meski Kaesang akhirnya menjadi ketua umum PSI, tapi dia batal maju sebagai bakal calon wali kota Depok. “Tadi juga mau menjawab tentang Depok. Nanti, ya, ibu-ibu ya,” kata Kaesang dalam sambutannya, Rabu (11/10/2023).
Kaesang menambahkan, “Soalnya kalau di partai, kan, saya bisa ngurus keseluruhan, bisa mengurus setiap orang di setiap posnya masing-masing. Kalau saya jadi Wali kota Depok, mau enggak mau nanti saya harus fokus di Depok saja. Padahal, ada Indonesia yang sebenarnya harus diurus.”
Lalu, bagaimana peluang maju di Pilgub Jateng? Jika mengacu pada perolehan Pemilu 2019, maka jawabannya sudah pasti: tidak realitsis. Sebab, selain PSI tidak punya kursi di DPRD Jawa Tengah, elektabilitas Kaesang juga sangat rendah.
Selain itu, posisi Kaesang juga menyisakan sejumlah pertanyaan. Misalnya, berdasarkan catatan Sejarah pilkada, belum ada satu ketua umum partai yang menjadi gubernur atau kepala daerah. Umumnya, para ketua umum parpol menduduki jabatan strategis seperti menteri dan pimpinan DPR.
Meski demikian, analis politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah, menilai Kaesang masih berpotensi maju Pilkada Jateng karena status dia sebagai anak Presiden Jokowi, bukan pimpinan partai seperti PSI.
“Saat pilkada dilaksanakan, Jokowi masih menjabat presiden, terlebih jika jadwal pelaksanaan dipercepat, artinya Kaesang punya dukungan yang sama seperti dukungan pada Gibran saat ini. Tentu itu menarik ketika kandidasi Kaesang disokong oleh kekuasaan,” kata Dedi kepada reporter Tirto, Senin (18/12/2023).
Akan tetapi, Dedi menekankan bahwa Kaesang masih belum layak jika melihat poin kepemimpinan masa depan Jawa Tengah. Di sisi lain, kata Dedi, dukungan untuk Kaesang bisa berakhir ketika Prabowo-Gibran gagal dikontestasi pilpres. “Tapi jika menang, mungkin akan membantu, dan tetap saja nepotisme akan sangat menyeruak,” kata Dedi.
Dedi juga menilai, mesin politik Kaesang saat ini, PSI belum mampu mengusungnya untuk maju Pilkada Jawa Tengah. Namun, ia tetap bisa maju bersama dengan partai yang bergabung di koalisi yang mengusung Prabowo-Gibran saat ini.
“Hanya saja bicara Kaesang tidak harus melihat PSI, tetapi perlu melihat koalisi Prabowo, Gerindra, Golkar, PAN sudah lebih dari cukup untuk antarkan Kaesang pada kemudahan-kemudahan,” kata Dedi.
Dedi beranggapan Kaesang masih dinilai sebagai anak emas di koalisi pendukung Prabowo-Gibran, mengingat dia adalah anak Jokowi. Dedi juga menilai kesempatan Kaesang membangun kerajaan politiknya memang harus dimulai saat ini, ketika Jokowi masih berkuasa. Tanpa Jokowi, kata Dedi, Kaesang berpotensi ditinggalkan oleh parpol lainnya.
“Kepentingan politik melihat Kaesang murni karena faktor Jokowi,” kata Dedi.
Oleh karena itu, kata Dedi, wajar bila saat ini kakak dari Kaesang, yaitu Gibran Rakabuming Raka maju sebagai cawapres dan Bobby Nasution sebagai kakak ipar Kaesang aktif di politik dan dapat tiket pilkada 2024 dari Partai Golkar.
Dedi menilai, hasrat politik keluarga Jokowi tinggi meski dibalut gimmick politik. Mereka juga akan melihat berdasarkan kehendak rakyat soal batal atau tidak maju dalam kontestasi pilkada.
“Soal batal bukan karena faktor ia tidak mengupayakan, tetapi lebih pada respons publik yang memang tidak beranjak. Artinya, ketika publik merespons dengan baik, ia bisa saja melanjutkan hasratnya,” kata Dedi.
Analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, juga menilai bahwa kasus Kaesang tidak lepas dari pengaruh Jokowi sebagai presiden. Hal ini juga tidak lepas dari posisi pilkada serentak yang digelar pada September 2024 saat Jokowi masih berkuasa.
“Jadi saya mengatakan dimajukan pilkada dari November ke September, salah satunya mengakomodir Kaesang menjadi Gubernur Jawa Tengah, termasuk Bobby di Sumatera Utara," kata Ujang, Selasa (19/12/2023).
Ujang menambahkan, “Jadi saya melihat arahnya ke sana, sederhana saja. Mau dibolak-balik dengan argumentasi apa pun, dengan pembenaran apa pun, saya melihat gerakan politik ke sana terkait seorang Kaesang, Bobby yang ingin menjadi kepala daerah di daerah masing-masing atau di wilayah masing-masing, di provinsi masing-masing.”
Ujang menilai, aksi politik Kaesang bukan gimmick, melainkan promosi PSI kepada publik. Ujang juga mengatakan, langkah Kaesang yang juga ketum PSI akan didukung partai pendukung Prabowo-Gibran lainnya. Sebab, kata dia, Jokowi pasti ada di belakang Kaesang.
“Jadi saya melihat bukan gimmick, ini serius karena tadi untuk menaikkan citra, untuk menaikkan pemberitaan PSI, Kaesang juga tentu siapa yang tidak ingin menjadi gubernur Jawa Tengah ketika peluangnya itu ada, ketika peluangya tersedia, ketika peluangnya terbuka,” kata Ujang.
Ujang juga mengatakan, maju atau tidak bukan persoalan Kaesang, melainkan posisi Jokowi. Selama Jokowi masih menjadi presiden saat pilkada, kata dia, mantan Wali Kota Solo itu masih punya peran dan mengondisikan kemenangan untuk Kaesang.
“Saya melihat bukan soal PSI saja di situ. Ini soal Jokowi dan partai-partai yang ada di Jokowi saat ini, partai-partai yang ada di Jokowi, kan, banyak, saat ini di KIM ada Golkar, PAN, Gerindra, ada lain-lain," kata Ujang.
Sementara itu, analis politik Ipsos Public Affairs, Arif Nurul Imam, menilai Kaesang punya modal politik untuk maju Pilgub Jateng karena ketua umum partai dan anak presiden. Ia sebut PSI bisa saja lolos ke Senayan, tetapi tetap harus mengajak partai lain.
Namun, ia membaca Kaesang sekadar mengecek situasi. "Saya kira cek ombak, kalau dapat dukungan saya kira akan serius maju. Kalau enggak dapat dukungan publik minimal investasi nama di hadapan publik," kata Imam, Selasa (19/12/2023).
Respons PSI
Menanggapi isu ini, Wakil Ketua PSI, Andy Budiman, menegaskan Kaesang hanya akan fokus untuk memenangkan Pileg 2024 untuk PSI dan tidak berpikir untuk isu pilkada.
“Mas Kaesang sekarang lagi fokus untuk lolosin PSI ke Senayan,” kata Andy singkat saat dikonfirmasi Tirto, Selasa (19/12/2023).
Sementara itu, Sekjen DPP PSI, Raja Juli Antoni, justru menilai niatan Kaesang maju di Pilkada Jateng karena keisengan MC saat acara Car Free Day di Jepara. Ia yakin Kaesang belum berpikir maju pilkada.
"Saya kira Mas Ketum belum berpikir untuk mengambil jabatan publik apa pun. Beliau selalu bilang ke saya fokus dulu untuk memastikan PSI masuk Senayan dan Pak Probowo-Mas Gibran menang," kata Raja Juli, Selasa (19/12/2023).
Raja Juli menambahkan, "Jadi anggap saja itu gosip di Minggu pagi, tidak lebih, tidak kurang. Tidak perlu diseriusi."
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz