tirto.id - Indonesia akan mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar di dunia dengan kapasitas mencapai 3,4 gigawatt AC atau sekitar 20,4 gigawatt peak.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, menerangkan, calon pembangkit listrik dengan energi bersih itu akan memiliki kapasitas 100 kali lebih besar dari PLTS Cirata yang saat ini menjadi pembangkit tenaga matahari ketiga terbesar di dunia, dengan kapasitas 192 megawatt peak.
“Kalau nggak salah, approval-nya yang akan diberikan kalau nggak salah totalnya 2 tambah 1,4 gigawatt AC. Itu kalau dikali 6 atau 7, itu menjadi 20an gigawatt peak. Itu 100 kalinya Cirata. Jadi itu kan tadi Pak Presiden (Jokowi) bilang, Cirata yang terbesar di Asia Tenggara. Nanti kita akan punya yang terbesar di dunia,” ujarnya, dalam Konferensi Pers Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Rachmat mengungkapkan, energi listrik dari PLTS terbesar ini bakal digunakan untuk menyuplai listrik ke Singapura, yang sebelumnya disepakati sebesar 2 gigawatt menjadi lebih dari 3 gigawatt AC. Selain PLTS, pemerintah juga akan membangun solar panel serta baterai untuk melengkapi ekosistem pembangkit tenaga matahari itu.
“Dan tentu nanti kita akan buat juga solar panel-nya dan panel-nya nanti akan dari Indonesia. Nanti sore mungkin salah satu yang cukup besar, tentunya ada beberapa lagi MoU buat tidal, green hydrogen dan beberapa daerahnya itu ke depannya akan kita kumpulin semua,” jelasnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menambahkan, ekspor listrik ke Singapura yang bakal terealisasi di akhir tahun 2027 atau awal tahun 2028 itu akan membawa investasi sekitar 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp154 triliun (kurs Rp15.407 per dolar AS) ke Tanah Air. Selain nilai investasi, Indonesia mendapat keuntungan berupa penciptaan lapangan kerja dan transfer teknologi.
“Jadi tinggal bagaimana kita men-capitalize peluang-peluang yang ada di Indonesia. Tergantung kita aja,” tegas Luhut.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Andrian Pratama Taher