Menuju konten utama

Bahlil Tawarkan Investasi PLTA Kayan dan Mamberamo ke Cina

Kerja sama dan program yang telah dihasilkan di bawah kerangka bilateral Indonesia-Cina terus menunjukkan progres yang signifikan.

Bahlil Tawarkan Investasi PLTA Kayan dan Mamberamo ke Cina
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan paparan dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (26/8/2024). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.

tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menawarkan peluang investasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan yang memiliki potensi 13.000 Mega Watt (MW) dan PLTA Mamberamo, Papua dengan potensi 24.000 MW kepada pemerintah Cina. Tawaran ini selain untuk meraup peluang dari besarnya potensi sumber daya Energi Baru dan terbarukan (EBT), juga sebagai komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas investasi Cina di Tanah Air.

“Saya tawarkan kepada teman-teman investor Tiongkok beberapa potensi yang dapat kita kembangkan bersama. Di sinilah pertemuan untuk menemukan formulasi yang tepat dalam rangka pengembangan bisnis bersama," kata Bahlil dalam keterangan resmi, Selasa (3/9/2024).

Bahlil meyakini, kerja sama dan program yang telah dihasilkan di bawah kerangka bilateral Indonesia-Cina terus menunjukkan progres yang signifikan. Ia berharap kolaborasi di sektor energi yang masih akan terus berjalan di masa mendatang harus saling menguntungkan kedua negara.

"Kami akan membuka ruang yang sebaik-baiknya untuk melakukan bisnis di Indonesia dengan tetap memperhatikan aturan dan harus menguntungkan semuanya," jelasnya.

Sementara itu, untuk mewujudkan komitmen global guna mencapai dekarbonisasi, Indonesia bahkan telah melakukan berbagai terobosan, salah satunya dengan mengembangkan Peta Jalan Emisi Nol Bersih atau Net Zero Emission (NZE) yang komprehensif di sektor energi. Selain itu, di masa mendatang pemerintah juga berkomitmen untuk mengakselerasi hilirisasi yang berorientasi energi hijau dan industri hijau.

"Kunci dari implementasi kebijakan ini adalah keberadaan listrik," tambah Bahlil.

Untuk itu, berdasarkan roadmap transisi energi, pemerintah Indonesia telah menerapkan strategi menuju karbon netral dari sisi suplai, seperti fokus pada pembangkit listrik tenaga surya, air atau hidro, panas bumi, dan hidrogen. Langkah lain yang diambil adalah dengan penghentian pembangkit listrik batu bara secara bertahap, dan penggunaan teknologi rendah emisi melalui CCS/CCUS.

Sementara dari sisi permintaan, pemanfaatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, pemanfaatan biofuel, dan penerapan manajemen energi menjadi langkah lain untuk mewujudkan dekarbonisasi di Indonesia. Namun, Bahlil mengakui, Indonesia masih mengembangkan industri fosil sembari terus mengembangkan infrastruktur energi bersih.

"Kita sedang mengkaji, memperhitungkan, dan mengkalkulasi tentang kebutuhan (energi) dalam negeri dengan geopolitik ekonominya," ujar dia.

Pada kesempatan yang sama, Administrator of National Energy Administration (NEA) Cina, Zhang Jianhua, mengungkapkan pemerintah Cina melihat prospek cerah dari hubungan bilateral yang telah terjalin dengan Indonesia. Tidak hanya itu, proses pembangunan energi Indonesia dan Cina pun memiliki konsep yang sama.

Hal ini lah yang kemudian membuat kemitraan strategis antara Indonesia dengan Cina dapat berjalan dengan baik.

“Transfer teknologi dan sumber daya manusia (SDM) oleh Tiongkok diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan ketahanan energi domestik. Kerja sama di bidang energi adalah kerja sama yang solid untuk menyukseskan kesejahteraan rakyat," kata Zhang.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang