Menuju konten utama

Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus Merajut Damai dan Persatuan

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, memandang kedatangan Paus Fransiskus, membawa pesan kebersamaan dalam perbedaan.

Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus Merajut Damai dan Persatuan
Paus Fransiskus berbicara di depan jemaat Misa Kudus di Roma, Italia, 12 Maret 2022. (ANTARA/HO Vatikan via Reuters/as)

tirto.id - Dua hari sebelum menjejakkan kaki di Indonesia, Minggu (1/9/2024) lalu, Paus Fransiskus mendatangi Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Italia. Sri Paus berdoa di depan ikon Perawan Maria, Salus Populi Romani, untuk perjalanan apostolik yang panjang menuju Asia Tenggara dan Oseania. Ia dijadwalkan berkunjung ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, serta Singapura, dengan total perjalanan selama 12 hari.

Paus ke-266 itu juga sempat memimpin misa Minggu di Vatikan, seraya meminta doa dari para jemaat untuk kelancaran lawatan apostoliknya ke-45 di Asia. Tak luput, Sri Paus yang dikenal akan semangat solidaritas kemanusiaannya itu, menyatakan rasa prihatinnya atas konflik yang masih membara di Palestina, Ukraina, dan kekerasan di Burkina Faso.

"Sekali lagi, saya menaruh perhatian pada konflik di Palestina dan Israel, yang berisiko menyebar ke kota-kota lain di Palestina,” kata Paus Fransiskus.

Perhatian Sri Paus terkait konflik di Palestina dan Ukraina, disebut juga bakal jadi salah satu topik yang diperbincangkan dalam agendanya bertemu Presiden Joko Widodo di Indonesia. Hari ini, Selasa (3/9/2024), Paus Fransiskus dijadwalkan tiba di Indonesia.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia berlangsung selama 3-6 September 2024. Besok Rabu, dia bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan. Di hari yang sama, Sri Paus juga akan berkunjung ke Gereja Katedral Jakarta dan Masjid Istiqlal.

Perjalanan Paus Fransiskus di Indonesia bakal ditutup dengan misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta (SUGBK), Jakarta, Jumat sore. Misa diperkirakan diikuti sekitar 86.000 umat Katolik dari berbagai daerah di Indonesia.

Perjalanan Paus Fransiskus ke Indonesia nampak menggandeng dua misi sekaligus, lawatan diplomatis sebagai pimpinan negara Vatikan, juga sebagai utusan kekristenan gereja Katolik atau perjalanan apostolik. Dua peran ini yang membuat kunjungan Paus Fransiskus sangat dinanti bukan hanya oleh umat Katolik di Indonesia, namun juga masyarakat lintas agama.

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, memandang kedatangan Paus Fransiskus, membawa pesan kebersamaan dalam perbedaan. Sebagai negara dengan penduduk yang memeluk beragam agama, kunjungan Sri Paus memberikan sinyal untuk memelihara perdamaian.

"Ada pesan yang ingin disampaikan [Sri Paus]. Perbedaan itu biasa saja, gitu. Jadi tidak ada yang perlu dipersoalkan dengan perbedaan,” kata Yaqut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/9/2024).

Selain itu, kedatangan Paus Fransiskus juga menegaskan hubungan mesra Indonesia dan Vatikan. Negara mungil di Eropa itu menjadi salah satu negeri barat pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.

“Ini menunjukkan bagaimana yang pertama, hubungan [bilateral] yang sangat erat antara Indonesia dan Vatikan,” ucap Yaqut.

Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Jimmy Sormin, memandang kehadiran Sri Paus sudah lama dinanti oleh umat lintas agama di Indonesia. Terutama umat beragama yang peduli soal kerukunan dan keberagaman serta perdamaian dunia.

Banyak warga negara Indonesia, kata Jimmy, memandang bahwa Sri Paus adalah duta perdamaian dunia. Paus Fransiskus dalam beragam kesempatannya menyampaikan pesan perdamaian dan sikap tegasnya terhadap penuntasan perang atau kekerasan warga dunia.

“Sri Paus sempat menyampaikan kepada banyak umat tentang Indonesia dan Pancasilanya. Beliau menggunakan Indonesia dan Pancasila sebagai contoh kerukunan dan perdamaian dalam kepelbagaian suku, agama, bahasa, dan latar belakang lainnya,” kata Jimmy kepada dalam keterangannya yang diterima Tirto.

Kedatangan Sri Paus ke Indonesia merupakan kesempatan yang baik untuk menguatkan semangat persatuan, keadilan, dan perdamaian di Indonesia. Lawatan beliau mengawinkan tugas kenegaraan, keagamaan, dan kemanusiaan secara bersamaan.

“Kunjungan yang berkesan di Indonesia dapat semakin mempromosikan keindonesiaan di mata internasional melalui pandangan-pandangan Sri Paus ke depan,” ujar dia.

Vatikan dan Paus memang memiliki kesan dan cerita panjang terhadap Indonesia. Pancasila dalam beberapa kesempatan, memang dikenal Paus sebagai pengejawantahan persatuan keragaman umat dan suku bangsa. Khusus Paus Fransiskus, ini akan jadi lawatan perdana ke Indonesia.

Sebelumnya, Indonesia sudah dua kali mendapat kunjungan Paus, yakni oleh Paus Paulus VI pada Desember 1970 dan Paus Yohanes Paulus II, Oktober 1989. Artinya ini kunjungan ketiga Paus dari Vatikan setelah 35 tahun lamanya. Kunjungan kali ini makin terasa spesial sebab Paus Fransiskus yang memasuki usia 87 tahun itu, dikenal sebagai sosok progresif yang lantang bersuara untuk kelompok marginal.

Sebelum mengemban Pontifex Maximus bagi 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia, Paus Fransiskus lahir di Argentina dengan nama Jorge Mario Bergoglio. Dalam konklaf pada 13 Maret 2013 silam, Bergoglio resmi menjadi Paus menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri. Bergoglio memilih Fransiskus sebagai nama regnalnya terinspirasi dari Francesco d’Assisi, seorang santo dari Italia yang hidup pada abad ke-13.

Ia adalah penyandang nama Paus Fransiskus pertama. Selain itu, dia juga merupakan paus pertama dari Serikat Yesuit, pertama dari Amerika, serta yang pertama dari belahan bumi selatan. Sementara dalam sejarah kepausan, dia adalah paus dari luar Eropa kedua setelah Paus Gregorius III asal Siria, yang naik takhta pada 731.

Pastor Gereja Katedral Jakarta, Albertus Hani Rudi Hartoko, menegaskan bahwa pemilihan nama regnal Fransis sebagai suatu bentuk jalan kesederhanaan bagi Sri Paus. Romo Hani, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa Francesco d’Assisi memiliki ciri hidup kesederhanaan, kegembiraan, suka cita, persaudaraan dan kepedulian terhadap alam cipta.

Tak heran Paus Fransiskus terkenal dengan kesederhanaannya. Romo Hani menyebut Sri Paus datang ke Indonesia menggunakan maskapai penerbangan biasa dan dijemput bukan dengan mobil anti-peluru khas pimpinan negara. Ia juga disediakan dua kursi kayu di Gereja Katedral Jakarta, yang dibuat oleh para siswa SMK Pendidikan Industri Kayu Atas (PIKA) Semarang.

“Isu-isu itulah yang juga dihidupi sebagai pesan pesan penting dan beliau menghendaki supaya sederhana,” kata Romo Hani dalam diskusi menyambut Sri Paus, di Jakarta, Sabtu.

Paus Fransiskus dinilai sebagai sosok yang terbuka dan inklusif. Dia lantang bersuara soal hak-hak imigran dan korban konflik peperangan. Selain itu, Sri Paus menaruh perhatian terhadap isu lingkungan dan alam cipta yang ditegaskannya lewat ensiklik Laudato Si’. Tak ayal, sikapnya yang bersebrangan dari konservatisme Katolik, turut mengundang protes.

Bawa Semangat Toleransi

Direktur Eksekutif Harmoni Mitra Madania, Ahmad Nurcholish, menilai memang semangat keberagaman dan persaudaraan jadi salah satu misi kepausan dari Paus Fransiskus. Sikap itu ditunjukkan lewat kebajikan hidup bersama dengan semangat toleransi, rekonsiliasi dan dialog antaragama.

Misalnya, pernyataan bersama Imam Besar Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb, yang meluncurkan Deklarasi Abu-Dhabi. Deklarasi itu berisi tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan kehidupan bersama.

“Kunjungan beliau ke Istiqlal juga memberi pesan mulia, betapa pentingnya persaudaraan antarumat beragama di dunia. Sebab dari persaudaraan itulah kelak berdampak pada perdamaian,” kata Nurcholish kepada reporter Tirto.

Sementara itu, Kardinal Suharyo, menilai momen kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia juga didasari kekaguman beliau akan konsep kebhinekaan dalam Pancasila. Vatikan, kata dia, termasuk berbagai negara Eropa lainnya, begitu penasaran soal cara negara Indonesia dapat bersatu padu meski beragam.

“Bagaimana mungkin Indonesia, negara yang seluas ini dengan segala macam keanekaragaman bisa hidup sebagai satu bangsa," kata Kardinal dalam keterangan tertulis, Senin.

Senada dengan Kardinal Suharyo, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, percaya bahwa kedatangan Sri Paus menjadi momentum memperkenalkan keragaman dan persatuan Indonesia. Kesempatan ini mesti diaktualisasikan dan ditunjukkan kepada Paus Fransiskus dalam lawatannya.

“Sehingga beliau melihat indahnya kemajemukan, lewat dialog Bapa Suci dengan Presiden dan tokoh lintas agama di Istiqlal,” ujar Benny kepada reporter Tirto.

Dalam kesempatan tersebut, nilai-nilai dalam Pancasila juga dapat dikolaborasikan sebagai alternatif jawaban permasalahan global. Persoalan konflik, kesenjangan, hingga kemiskinan disebut mampu direfleksikan lewat penerapan etika Pancasila. Romo Benny, sapaannya, juga berharap persaudaraan di Indonesia semakin terjalin dengan kedatangan Paus Fransiskus.

“Diharapkan kedatangan Paus Fransiskus bisa menyatukan semua elemen bangsa, concern terhadap nilai-nilai perdamaian dunia dan menjunjung tinggi kemerdekaan setiap negara,” ujar Benny.

Baca juga artikel terkait KUNJUNGAN PAUS FRANSISKUS atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - News
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Anggun P Situmorang