Menuju konten utama

Kehadiran Paus Fransiskus Perkuat Harmonisasi Antaragama

Paus Fransiskus melakukan perjalanan apostolik atau kerasulan ke sejumlah negara hingga 13 September 2024.

Kehadiran Paus Fransiskus Perkuat Harmonisasi Antaragama
Paus Francis memegang bola saat ia berpose untuk berfoto bersama para pemain yang ambil bagian dalam pertandingan antaragama yang akan dimainkan Senin nanti, di aula Paul VI di Vatikan. AP / Gregorio Borgia

tirto.id - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus, melakukan perjalanan apostolik atau kerasulan ke sejumlah negara hingga 13 September 2024. Paus memulai kunjungan ke Indonesia. Setelah itu, paus bernama lengkap Jorge Mario Bergoglio itu akan bertandang ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.

Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada Selasa (3/9/2024) hari ini. Paus kelahiran Buenos Aires, Argentina itu berada di Indonesia hingga 6 September 2024.

Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan, mengatakan kedatangan paus ke Indonesia membawa dampak positif terhadap pemahaman yang lebih luas tentang moderasi dan harmonisasi antaragama. Halili berkata pemerintah selama lima tahun terakhir, telah secara intensif menerapkan program moderasi beragama yang diorganisir terutama oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Ia mengatakan kunjungan Paus Fransiskus ini akan menjadi laboratorium yang baik bagi forum-forum untuk memperkuat moderasi beragama di Indonesia.

"Ini terutama penting untuk agenda memerangi diskriminasi dan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan bagi kelompok minoritas agama di Indonesia yang dalam satu dekade terakhir stagnan," kata Halili saat dihubungi Tirto, Selasa,

Halili mengatakan semangat keberagaman sangat kuat dalam agenda kunjungan paus, apalagi ke Masjid Istiqlal. Ia menilai dengan paus bertandang ke Masjid Istiqlal, menunjukkan adanya upaya besar dari Vatikan untuk menjadikan Muslim Indonesia sebagai simbol sekaligus teladan toleransi bagi dunia, khususnya dalam relasi antara Islam dengan Katolik.

Di sisi lain, ia berkata kedatangan paus ini akan menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar bisa menjadi pionir bagi tata kehidupan keagamaan yang lebih ramah bagi seluruh kelompok agama dalam bentuk hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan (peaceful coexistence).

"Indonesia sebagai negara Pancasila, yang bukan negara agama, namun juga bukan negara sekuler, mesti mempraktikkan tata keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang toleran bagi semua agama," kata Halili.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Agama (Menang), Yaqut Cholil Qoumas, merasa senang kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Ia menilai lawatan Kepala Negara Vatikan ini ke Indonesia menunjukkan hubungan kedua negara terjalin erat.

"Saya tentu senang, saya bahagia. Ini menunjukkan hubungan erat Indonesia dan Vatikan. Kenapa begitu? Karena tidak semua negara pernah dikunjungi oleh Bapak Paus," kata Yaqut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/9/2024).

Menag Yaqut juga mengatakan kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia membawa pesan penting bahwa perbedaan itu biasa saja. "Ada pesan yang ingin disampaikan. Perbedaan itu biasa saja gitu. Jadi tidak ada yang perlu dipersoalkan dengan perbedaan," tutur Yaqut.'

Sebagai informasi, Paus Fransiskus merupakan paus ketiga yang mengunjungi Indonesia. Paus Paulus VI, paus pertama yang mengunjungi Indonesia pada 1970. Kemudian, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia pada 1989.

Baca juga artikel terkait KUNJUNGAN PAUS FRANSISKUS atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Anggun P Situmorang