tirto.id - “Bantenge metu kandang
Sing numpang abang-abang
Berjuang tuk menang
Tak perlu menjatuhkan”
Kira-kira begitulah bunyi penggalan lirik lagu yang belakangan menghantui jelajah media sosial (medsos) saya beberapa hari ini. Karena penasaran memenuhi lini masa, dicampur sedikit dongkol, ternyata lagu tersebut dibuat untuk mendukung calon presiden (capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo.
Lagu tersebut dinyanyikan oleh NDX A.K.A grup musik hip-hop dangdut dari Bantul. Lagu yang diberi judul ‘Bantenge Metu Kandang’ itu berkolaborasi dengan Banteng Muda Indonesia (BMI). BMI sendiri merupakan organisasi sayap PDIP, parpol pengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Meski mungkin memancing bosan karena memenuhi lini masa medsos, harus diakui lagu tersebut memberi efek penetrasi yang membekas di telinga. Lirik lagu yang mudah diingat, diiringi musik hip-hop dangdut tak ayal membuat banyak netizen memposting lagu ini. Lewat akun Youtube resmi NDX A.K.A saja, lagu ini telah menarik sedikitnya 134 ribu penonton hanya dalam tiga pekan.
Ketika menjelajah Youtube lebih jauh, lagu yang ditujukan untuk mendukung capres Ganjar Pranowo nyatanya cukup banyak. Lagu-lagu tersebut ada yang dibuat oleh organ relawan pendukung Ganjar, ada pula yang dinyanyikan musisi simpatisan Ganjar. NDX A.K.A sendiri juga punya lagu lain yang berjudul ‘Rambut Putih,’ dan sudah ditonton satu juta kali.
Fenomena dukungan melalui media musik untuk pasangan calon presiden dan calon wapres memang semakin ramai belakangan ini. Tidak sedikit tim pemenangan, organ relawan, hingga musisi simpatisan paslon menggubah lagu untuk menceritakan dan mengelukan sosok pilihannya. Musik tersebut biasanya dalam bentuk lagu atau jingle (yel-yel).
Misi Menjaring Suara
Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud MD, Chico Hakim, menyampaikan lagu dipilih sebagai salah satu media kampanye yang digunakan sebagai ekspresi artistik untuk memperkenalkan calon. Isinya berisi pesan-pesan politik dan ideologi kandidat yang diusung.
“Tujuannya mendeskripsikan karakter kandidat kepada masyarakat umum dan menarik orang-orang baru untuk mendukung,” ujar Chico dihubungi reporter Tirto, Kamis (23/11/2023).
Chico menambahkan, lagu yang dibuat untuk paslon Ganjar-Mahfud bertujuan juga untuk mencairkan kebekuan dalam pertemuan-pertemuan dengan pemilih nantinya. Suasana yang cair, kata dia, akan sangat membantu efektivitas penyampaian pesan-pesan kampanye ke masyarakat.
“Dan tentu sebagai media pendekatan pada segmen-segmen tertentu,” kata Chico.
Kubu Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung paslon capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar tidak ketinggalan. Tim pemenangan AMIN (Anies-Muhaimin) menciptakan sebuah lagu berjudul ‘Anies Presiden’ yang diunggah akun Youtube milik Refly Harun.
Lagu tersebut dinyanyikan 28 orang dan diciptakan oleh Refly bersama Ogie Cherista. Reyli Harun adalah salah satu tokoh yang mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan calon yang dikenal dengan julukan AMIN tersebut.
“2024 Anies Presiden // 2024 Anies Presiden // Anies Jadi Presiden // Imin Wakil Presiden,” begitu bunyi chorus lagu tersebut. Cak Imin cawapres dari Anies, juga ikut sumbang suara dalam lagu tersebut. Sisanya, berasal dari relawan dan tokoh parpol pengusung AMIN.
Selain itu, ada juga lagu berjudul “AMIN Aja Dulu.” Lagu yang diunggah akun Youtube bernama Reborn TV itu sudah ditonton 29 ribu kali. Lagu tersebut dinyanyikan dengan nuansa musik rock disertai video klip yang menggambarkan masyarakat ikut berdendang.
Asisten pelatih Tim Nasional (Timnas) Pemenangan AMIN, Jazilul Fawaid, menilai musik sebagai media kampanye menyalurkan kreatifitas agar tidak jenuh. Politik tanpa musik, kata Jazilul, bisa terasa kering kerontang.
“Tim AMIN mengajak agar perubahan dapat dicerna sederhana dengan gaya milenial dan Gen Z melalui musik dan lagu,” ujar Jazilul dihubungi reporter Tirto, Kamis (23/11/2023).
Jazilul berharap sejumlah pihak dapat terus mendukung agenda perubahan melalui lagu dan musik. Menurut dia, melalui musik, agenda perubahan terus bergemuruh namun diperjuangkan dengan semangat dan optimisme yang tinggi.
“Musik dan lagu dapat menjadi salah satu media kampanye perubahan,” lanjut Jazilul.
Ahli sejarah Purdue University, Kathryn Cramer Brownell, dalam artikel di The Conversation, menyatakan bahwa musik termasuk dalam tradisi politik hiburan atau “showbiz politics” – yakni politik yang menggunakan media hiburan untuk menginspirasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan publik.
Menurut Kathryn, sebuah lagu dapat membentuk suasana dan mencerminkan pesan kampanye yang modern. Hal ini tersebut memberikan kontestan kesempatan untuk menegaskan status selebriti mereka dan bahkan menantang tradisi partai yang kolot.
Efektivitas Musik
Bakal capres nomor urut dua Prabowo Subianto tentu tidak bisa dilepaskan dari musik dalam mencitrakan personanya. Capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) ini memang dikenal tidak malu-malu berjoget di hadapan pendukungnya. Sejumlah lagu yang ditujukan untuk mendukung dirinya dengan Gibran Rakabuming Raka, cawapresnya, juga bertebaran di Youtube.
Seperti sebuah lagu berjudul “Prabowo Gibran Pro Rakyat,” yang diunggah oleh akun resmi Youtube Partai Amanat Nasional (PAN). PAN merupakan salah satu partai politik di gerbong Koalisi Indonesia Maju. Lagu bernada dangdut remix itu sudah ditonton sebanyak 90 ribu kali dalam waktu dua minggu.
“Prabowo Gibran Pro Rakyat // Prabowo Gibran Indonesia Kuat // Prabowo Gibran merakyat // Prabowo Gibran menebar manfaat,” demikian bunyi penggalan lirik lagu tersebut.
Selain lagu tersebut, juga ada beberapa karya yang diciptakan oleh relawan dan musisi pendukung Prabowo-Gibran. Seperti lagu “Prabowo Gibran Pilihanku” yang diciptakan Pakdhe Baz baru-baru ini. Lagu yang belum sepakan dirilis ini sudah ditonton dua ribu kali.
Salah satu politikus dari Koalisi Indonesia Maju, Kamhar Lakumani menyampaikan, penggunaan musik dan lagu sebagai media kampanye merupakan ekspresi kreativitas sekaligus sebagai bentuk pemilihan sarana yang mudah diterima masyarakat.
“Musik dan lagu juga bisa menjadi media penyampai pesan yang diterima dengan riang gembira,” kata Kamhar dihubungi reporter Tirto, Kamis (23/11/2023).
Menurut Kamhar, musik telah menjadi keseharian bagi sebagian besar masyarakat sehingga efektif untuk sarana kampanye. Lewa musik, kata dia, juga dapat membangun asosiasi terhadap produk yang dipromosikan atau kandidat yang dikampanyekan.
“Musik atau lagu yang tepat, akan sangat memorable dan memiliki asosiasi yang kuat pada produk atau figur tertentu,” ujar Kamhar.
Peneliti dari Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI), Wawan Kurniawan, menyampaikan pemilihan media musik, baik dalam bentuk lagu atau yel-yel dapat membangun identitas kontestan. Menurut dia, musik dapat menjadi alat yang ampuh untuk membangun identitas di antara pendukung.
“Lagu atau yel-yel yang khas bisa memperkuat rasa kebersamaan dan loyalitas terhadap paslon,” ujar Wawan dihubungi reporter Tirto.
Wawan menambahkan, dalam era media sosial saat ini, media kampanye melalui lagu atau yel-yel dapat menjadi saran menarik dan mudah diingat. Hal ini menjadi alat promosi politik yang cukup efektif.
“Mereka dapat dengan cepat menyebar dan menjadi viral, membantu meningkatkan kesadaran dan dukungan untuk paslon,” kata Wawan.
Kendati demikian, musik yang dipilih harus relevan dan menarik bagi target audiens. Adapun keterlibatan komunitas dan pendukung dalam musik atau yel-yel, dapat membantu penyebaran organik melalui jaringan sosial mereka.
“Ini berarti mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, latar belakang budaya, dan preferensi musik dari kelompok pemilih yang dituju,” jelas Wawan.
Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo, menyatakan pemilihan media musik memenuhi fungsi sarana level terbawah dalam proses komunikasi, yakni pengenalan. Untuk menarik suara, menurut dia, musik tidak akan membawa dampak yang signifikan.
Namun, kata Suko, musik dapat menjadi pengantar yang memudahkan pesan-pesan politik masuk dalam pikiran audiens.
“Tetapi biasanya lebih berfungsi untuk reinforcement atau peneguhan serta penguatan semangat kembali bagi orang yang sudah bersimpati. Lebih cocok untuk membangun esprit de corps,” ujar Suko dihubungi reporter Tirto, Kamis (23/11/2023).
Suko menyampaikan, jika dipadukan dan enak didengarkan, musik akan menjadi media efektif untuk menancapkan pesan. “Terutama musik dengan nada yang mudah diikuti audiens, kata-kata ringkas dan jelas serta mudah dipahami,” lanjut Suko.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz