tirto.id - Syu’ab Al Iman atau Syu'abul Iman artinyaditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah “cabang-cabang iman” (syu’ab= cabang).
Pengertian syu'abul iman menurut bahasa dan istilah diambil dari sebuah hadis shahih riwayat Bukhari dan Muslim yang berasal dari sabda Rasulullah Muhammad shalallahu alihi wa salam yang berbunyi:
"Iman memiliki tujuh puluh lebih cabang, dan yang paling tinggi adalah kalimat laa ilaaha illallaah, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu adalah bagian dari iman.’’ (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut, maka para ulama terkemuka pun mulai menafsirkan apa saja yang dimaksudkan oleh Rasulullah shalallahu alihi wa sallam dengan Syu’ab Al Iman atau cabang keimanan yang jumlahnya 70 lebih tersebut.
Beberapa ulama dan kitab karya mereka yang menjelaskan tentang syu’abul iman, yakni:
- Imam Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’bul Iman;
- Abu Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj;
- Syeikh Muhammad Nawawi dalam kitab Syu’bul Iman;
- Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu
Dari rukun iman yang jumlahnya 6, lalu dijabarkan menjadi beberapa perilaku sebagai tanda iman yang bisa menambah amal pahala seorang muslim jika dilakukan serta mengurangi amal jika ditinggalkan.
Dalil Tentang Syu'abul Iman
Selain satu hadis di atas, ada banyak dalil syu'abul iman lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits, beberapa di antaranya akan dijelaskan di bawah ini:
1. Surat Al-Baqarah ayat 155
Allah SWT menjabarkan bahwa umatnya akan diuji dengan sedikit dengan berbagai ujian, dan barang siapa yang beriman dan bersabar menghadapinya, maka akan diberikan kabar gembira.Surat ini termasuk dalam salah satu dalil syu'abul iman, ditulis Arab dan artinya adalah sebagai berikut:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥
wa lanabluwannakum bisyai'im minal-khaufi wal-jû‘i wa naqshim minal-amwâli wal-anfusi wats-tsamarât, wa basysyirish-shâbirîn
Artinya: "Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar" (QS. Al-Baqarah: 155).
2. Surat Al-Ankabut ayat 2
Pada ayat ini ditegaskan bahwa setiap orang beriman harus diuji lebih dahulu dalam bentuk cobaan-cobaaan dan tugas-tugas keagamaan, sehingga dapat diketahui sampai di manakah mereka (orang beriman) sabar dan tahan menerima ujian tersebut.اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ ٢
a ḫasiban-nâsu ay yutrakû ay yaqûlû âmannâ wa hum lâ yuftanûn
Artinya: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji?"
3. Hadits Bukhari Muslim
Sebuah hadis yang diriwayatkan Anas RA, Nabi SAW bersabda:"Tiga hal yang barang siapa ia memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman (yaitu) menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai (sesuatu) semata-mata karena Allah SWT dan benci kepada kekufuran, sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari Muslim).
4. Hadits Ibnu Majah
Para ulama dan ahli hadis lalu menjelaskan kembali 77 cabang keimanan menjadi 3 kategori, berdasar hadis Ibnu Majah:Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan," (HR. Ibnu Majah).
3 Kategori Syu'abul Iman
Dari hadis yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dimensi keimanan atau kategori syu'abul iman ada 3 bagian yakni:
- Ma'rifatun bil qalbi yaitu meyakini dengan hati (Niat, akidah dan hati)
- Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan (ucapan)
- 'Amalun bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan (dilakukan oleh seluruh anggota badan).
1. Ma'rifatun bil qalbi: Keyakinan dalam hati (Niat, akidah, dan perasaan hati)
Iman yang tertanam dalam hati mencerminkan keyakinan dan rasa yang mendalam, seperti keikhlasan, tawakal, rasa takut kepada Allah, dan cinta kepada-Nya. Hati menjadi pusat keimanan dan sumber dari niat-niat yang baik.Iman dalam hati mengarahkan seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh ketulusan, menjadikan setiap amalnya sebagai bentuk pengabdian yang ikhlas tanpa berharap imbalan duniawi.
2. Iqrarun bil lisan: Mengungkapkan dengan lisan (Ucapan)
Ucapan yang keluar dari lisan mencerminkan iman yang ada di dalam hati. Cabang iman ini meliputi perkataan yang mengandung kebenaran, seperti dzikir, doa, dan seruan kepada kebaikan.Menjaga lisan berarti selalu berkata jujur, menghindari fitnah dan ghibah, serta menyampaikan kebaikan dengan tutur kata yang lembut dan bijaksana. Perkataan yang baik tidak hanya menunjukkan kualitas iman seseorang, tetapi juga menjadi sarana menyebarkan kebaikan dalam masyarakat.
3. 'Amalun bil arkan: Mengamalkan melalui tindakan nyata (Anggota tubuh)
Iman yang terwujud dalam perbuatan mencerminkan amal nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti melaksanakan shalat, membayar zakat, membantu sesama, dan menjaga lingkungan.Tindakan yang baik menjadi bukti nyata dari keimanan seseorang. Tidak hanya sebatas keyakinan dalam hati atau ungkapan melalui lisan, tetapi diperkuat dengan amal nyata. Melalui perbuatan, seseorang menyebarkan manfaat bagi sesama, sekaligus mendekatkan dirinya kepada Allah dan menciptakan harmoni dengan makhluk-Nya.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Dhita Koesno