tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) per November 2024 menunjukkan inflasi sebesar 0,30 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara itu, secara tahunan (year-on-year/yoy) menunjukkan tingkat inflasi hingga 1,55 persen.
“Secara tahun kalender year-to-date terjadi inflasi sebesar 1,12 persen,” ucap Plt Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis BPS di kantor BPS, Jakarta, Senin (2/12/2024).
Amalia menjelaskan, penyumbang inflasi bulanan terbesar utama pada bulan November ini berasal kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,78 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,22 persen.
“Komoditas yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah bawang merah dan tomat yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,10 persen,”jelas Amalia.
Adapun komoditas lain yang memberikan andil inflasi antara lain, emas perhiasan dengan andil 0,04 persen, daging ayam ras dan minyak goreng dengan andil 0,03 persen.
Adapun komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,12 persen dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen. Penyumbang utama inflasi komponen harga diatur pemerintah adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara. Kemudian, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 1,07 persen, andil deflasi sebesar 0,17.
“Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17 persen dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan, minyak goreng, dan kopi bubuk,” ujar dia.
Lebih lanjut, Amalia mencatat sebanyak 33 dari 38 provinsi Indonesia mengalami inflasi sedangkan 5 provinsi lain mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Papua sebesar sebesar 1,41 persen. Sementara deflasi terdalam terjadi di Sulawesi Barat sebesar 0,17 persen, ” katanya.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher