tirto.id - Meskipun seorang penganut Katolik, sejak seminggu lalu Alex telah mengajukan cuti tahunan ke perusahaan jasa ekspedisi tempat ia bekerja agar bisa libur di hari-hari Lebaran. Rencananya, cuti tahunannya itu akan ia gunakan untuk mengais rezeki Idulfitri sebagai driver taksi online, pekerjaan sampingan yang telah Alex geluti dalam tiga tahun terakhir.
Bagi Alex yang bekerja di dua tempat, momen Lebaran memang membutuhkan persiapan lebih. Ia perlu bersiasat, menyiapkan jadwal khusus agar kerja sebagai sopir taksi online tak mengganggu kewajibannya di perusahaan jasa ekspedisi.
Terlebih, bagi pengemudi taksi online di Yogyakarta seperti Alex, Idulfitri merupakan salah satu momen terbaik untuk meraup rezeki lebih. “Kalau Lebaran, akun yang biasanya sepi sekalipun tuh pasti dapat duit,” kata Alex saat ditemui pada Senin (1/4/2024).
Hal tersebut disebabkan membeludaknya para pemudik yang datang ke Yogyakarta, baik karena memang berkampung halaman di sana maupun sekadar transit berganti moda transportasi.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, belum lama ini menyatakan, pihaknya memprediksi Yogyakarta menjadi salah satu tujuan utama para pemudik tahun ini. Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri memperkirakan jumlah pemudik yang memasuki wilayah DIY pada Idulfitri 2024 mencapai 6,5 juta orang.
Besarnya jumlah pemudik yang masuk ke Yogyakarta tersebut bak durian runtuh bagi para penyedia jasa transportasi seperti Alex.
Danan, penyedia jasa antar jemput yang juga menjadi sopir taksi online di Yogyakarta, menjelaskan bahwa menjelang hari Idulfitri, permintaan mengantar para pemudik pulang kampung dari stasiun atau bandara di Jogja akan meningkat pesat.
“Mendekati Lebaran banyak penumpang stasiun atau bandara itu [order perjalanan] langsung menuju rumah masing-masing,” kata Danan ketika dihubungi kontributor Tirto, Senin (1/4/2024).
“Misalnya, [tujuannya] Wonosari, karena keretanya enggak sampai Wonosari ya [order perjalanan] ke Wonosari. Atau ke Wonogiri, karena keretanya cuma sampai Jogja ya [order perjalanan] sampai Wonogiri.”
Jenis permintaan antarkota seperti yang dijelaskan Danan tersebut merupakan target para driver taksi online di Yogyakarta pada hari-hari menjelang Lebaran, tak terkecuali Alex.
Selain karena tarif argo yang semakin tinggi ketika jarak tempuh semakin jauh, Alex menuturkan jika membeludaknya permintaan pengantaran ketika puncak arus mudik turut meningkatkan harga jasa mereka.
“Kalau hari biasa itu kan misalnya dari satu trip, bersih yang diterima driver itu Rp140 ribu, nek Lebaran, bersih yang kita terima itu bisa Rp320 ribu," ujar Alex.
Selama tiga Lebaran terakhir, Alex mengaku dapat meraup keuntungan hingga Rp1.260.000 dalam sehari untuk mengantarkan para pemudik dari stasiun atau bandara ke kampung halamannya. "Itu belum sama tipnya. Banyak orang yang mendadak baik, yang biasanya ngasih tip Rp5.000 jadi Rp20.000,” kata dia.
Karena besarnya potensi pendapatan itulah, Alex mengandaikan Lebaran sebagai waktu “panen uang” setelah “kemarau bulan puasa” yang sepi penumpang.
Siasat Jemput Rezeki Idulfitri
Menghadapi besarnya jumlah pemudik dengan tujuan Yogyakarta dan potensi permintaan jasa antar-jemput yang bakal membeludak, sejumlah persiapan sudah dilakukan Alex dan Danan sejak jauh hari.
Danan, misalnya, telah mempersiapkan kondisi kendaraan untuk memastikan mesin tak macet di jalan. Selain itu, kata dia, kondisi pengemudi juga perlu dipersiapkan betul. “Badan kita juga harus sehat. Jangan kurang tidur, istirahat cukup,” kata Danan.
Kondisi kesehatan pengemudi juga jadi hal penting bagi Alex. Ia menuturkan bahwa membeludaknya permintaan pengantaran membuat para penyedia jasa antar-jemput seperti dirinya sulit istirahat saat puncak arus mudik.
“Soalnya penumpang belum turun, orderan baru sudah masuk. Sekarang dari jam 9 pagi sampai jam 11 malam kita mancal [menginjak pedal] terus kan tetep capek,” ujar Alex.
Meskipun permintaan melalui aplikasi diperkirakan membeludak ketika puncak arus mudik nanti, Danan tak mau hanya bergantung pada aplikasi. Ia juga menyiapkan sejumlah paket khusus di luar aplikasi bagi para penumpangnya.
Sejak Maret lalu, Danan dan beberapa kawannya sesama driver mengiklankan jasa mengantar pemudik dengan rute Yogyakarta-Kudus, Yogyakarta-Semarang, dan Yogyakarta-Solo melalui akun Instagram @wahanaplesiran_yogya.
Dengan biaya berkisar dari Rp500.000 hingga Rp1.500.000, pemudik dapat langsung menghubungi Danan dan kawan-kawan yang akan tancap gas mengantarkan pelanggan sampai tujuan.
Melayani City Tour Keliling Yogyakarta
Kendati melayani pemudik untuk pulang kampung ibarat rezeki nomplok bagi para driver taksi online di Yogyakarta, Danan dan Alex tahu betul bahwa itu hanya momen sesaat.
Alex menuturkan, perjalanan mengantar para pemudik menuju kampung halaman dapat dimaksimalkan hanya dalam dua hari sebelum pelaksanaan salat Id.
Setelah itu, penumpang taksi online akan berubah, para pemudik yang telah selesai merayakan hari raya bersama keluarga akan menjadi wisatawan yang hendak keliling kota.
Yogyakarta sebagai daerah yang memfokuskan diri dalam industri pariwisata memang menjadi salah satu tujuan para pelancong menghabiskan waktu libur seperti Lebaran. Berbagai obyek wisata dengan bermacam corak seperti budaya, sejarah, hingga alam tersebar di berbagai penjuru DIY.
Kondisi tersebut membuat sejumlah driver taksi online menilai jejaring pariwisata di Yogyakarta sebagai lahan yang lebih basah dan dapat bertahan lebih lama ketimbang cipratan rezeki para pemudik yang hendak pulang kampung.
Alex dan Danan merupakan salah satu driver yang melihat potensi pariwisata tersebut ketika bergabung dalam komunitas Holiday Gang.
Komunitas yang diikuti oleh Alex dan Danan tersebut tak ubahnya jejaring para driver taksi online di Yogyakarta untuk saling bertukar informasi tentang peluang pekerjaan mengantarkan pelaku wisata.
Purwanto, salah satu driver anggota Holiday Gang, menuturkan, jika komunitas tersebut dibentuk dalam rangka menyiapkan pengemudi taksi online sebagai penghubung satu obyek wisata dengan obyek wisata yang lainnya.
“Kalau di komunitas kita, itu memang full semuanya itu ke arah wisata," kata Purwanto pada Selasa (2/4/2024).
Selain karena terdapat celah rezeki dalam industri pariwisata Yogyakarta yang dapat dimasuki para driver, Purwanto menjelaskan bahwa aplikasi penyedia transportasi online sebagai tempatnya bernaung bukan tanpa masalah.
Ia mencontohkan bahwa baru-baru ini, para driver taksi online di Yogyakarta melakukan aksi protes karena merasa dirugikan oleh perang harga yang dilakukan aplikasi-aplikasi transportasi online.
Menurut Purwanto dan driver lain di Yogyakarta, penetapan tarif argo dari pihak penyedia aplikasi tidak memperhatikan sejumlah hal yang berdampak bagi para pengemudi seperti kenaikan harga BBM.
Para driver juga sempat meminta pihak Pemprov DIY untuk merancang aturan ambang batas tarif transportasi online demi memastikan kesejahteraan mereka. “Beberapa kali minta pembahasan untuk bisa bertemu sama pihak terkait, dari Sultan, dari Kepatihan cuman gagal,” kata dia.
Oleh karenanya, siasat untuk tidak selalu bergantung pada aplikasi jadi keharusan bagi Holiday Gang. Salah satu siasat tersebut adalah jasa city tour di luar aplikasi, menjadikan driver sebagai jaringan penghubung obyek wisata di Yogyakarta.
Anggota Holiday Gang seperti Alex biasanya akan menawarkan jasa city tour pada para wisatawan yang jadi penumpangnya. Mereka akan menawarkan diri mengantar dan membantu membuat rencana liburan para wisatawan selama di Kota Pelajar.
“Jadi nyervis pengunjung yang ke Jogja, biar dia ke Jogja itu liburannya enggak kecewa. Kecewa dalam arti sudah jauh-jauh ke sini tapi waktunya habis di jalan,” kata Purwanto.
Dengan bekal pengetahuan akan medan dan lokasi obyek wisata, para anggota Holiday Gang akan memastikan waktu liburan para wisatawan yang menggunakan jasa mereka dapat dimanfaatkan secara optimal.
Ernest, anggota Holiday Gang lainnya, menjelaskan bahwa ke depan, anggota komunitas tersebut berharap dapat sepenuhnya bergerak di ranah wisata, ketimbang jadi driver taksi online dengan pasang surut kebijakan tarif yang tak menentu.
“Sebenarnya kita itu mau melepas embel-embel driver online, jadi kita mau jadi pelaku bisnis wisata sebenarnya,” kata dia. “Cuma kan kalau enggak ada job untuk travel atau apa di luar itu, ya kita jalan online. Tapi kebanyakan di sini mindset-nya pengennya jadi pelaku bisnis wisata.”
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Abdul Aziz