Menuju konten utama

Benarkah Polisi Menembak ke Arah Masjid Al Ma'mur, Tanah Abang?

Polisi menyebut video "tembakan ke masjid" sebagai hoaks. Amien Rais melakukan provokasi. Sjafrie Samsoeddin menenangkan massa.

Benarkah Polisi Menembak ke Arah Masjid Al Ma'mur, Tanah Abang?
Barikade Brimob yang menahan serangan massa saat bentrok di Tanah Abang, Jakarta, pada Rabu dinihari (22/5/19). tirto.id/Bhaga

tirto.id - Salah satu kabar berkabut dari kerusuhan Rabu dini hari, 22 Mei lalu, adalah narasi yang menuduh polisi “menyerang” Masjid Jami Al Ma’mur, Kebon Kacang.

Letak masjid ini hanya berjarak 180 meter dari Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, titik didih konsentrasi massa selepas dihalau dari Bawaslu oleh pasukan Brigade Mobil. Aksi kekerasan pada dini hari itu merembet ke Petamburan dan lain-lain—total ada 9 titik rusuh selama aksi 21-22 Mei.

Masjid ini pernah menjadi pusat konsentrasi massa Aksi Bela Islam 411 dan 212 yang menuntut pemenjaraan terhadap Gubernur Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama dalam panggung politik Pilkada DKI 2017.

Kepanikan, teriakan, lemparan, kekalutan—; Anda bisa menontonya dari video amatir yang direkam lewat kamera ponsel yang diunggah ke media sosial dari lokasi masjid tersebut.

Seseorang berteriak: “Woy masjid mau dibakar woy! Masjid mau dibakar!”

Lalu, lewat sudut kameranya, Anda bisa melihat orang lain melempar kayu ke arah polisi dan berteriak bahwa masjid diserang.

Ada juga yang membagikan video yang sudah disunting berjudul “Siaga Jihad” dengan seruan segera berkumpul di Petamburan.

“Ayo ngumpul semuanya,” teriak seorang kakek berbaju putih. “Masjid ditembaki!” Bapak berpeci dan berbaju cokelat di sampingnya menimpali. “Masjid diancam, Masjid Al-Makmur, semuanya ngumpul, ayo! Allahuakbar!” kata si kakek.

Kemudian muncul Fachry Al Habsyi, keturunan Abu Bakar bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Habsyi, tokoh masyarakat Tanah Abang yang berjasa mengembangkan masjid itu sejak awal abad 20:

“Pertahankan Tanah Abang! Tanah Abang ini bentengnya umat Islam. Saya mengajak semua—SEMUA—malam ini, masjid ditembaki. Masjid Al-Makmur kebanggaan umat Islam Tanah Abang; bukan hanya Tanah Abang saja, Sumatera Barat pun kenal ini masjid.

Kalian berani ngacak-ngacak masjid ini … umat Islam semuanya akan turun! Lailahailallah!”

Di YouTube, akun bernama 'Pendukung Prabowo Sandi' gencar membagikan video demo 22 Mei, dari aksi di KPU dan Bawaslu hingga video di Masjid Al-Makmur. Di video itu tidak tampak ada personel polisi ataupun TNI yang menyerang masjid atau bahkan masuk ke halaman masjid. Orang-orang terlihat panik karena gas air mata.

Polisi Membantah dan Pemerintah Membatasi Medsos

Isu ada masjid “diserang”, terdistribusi dan teramplifikasi via media sosial, menjadi perhatian serius Mabes Polri.

Dalam konferensi pers di kantor Kementerian Polhukam, Rabu pagi, Kadiv Humas Mabes Polri Inspektur jenderal Muhammad Iqbal menegaskan tidak ada satu pun pihak kepolisian atau TNI yang menyerang masjid.

“Brimob tidak pernah menyerang masjid. Rekan kami, TNI juga tidak pernah menyerang masjid,” katanya.

Kepala Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono juga membantah ada penyerangan ke Masjid Al-Makmur .

Menurutnya, pukul 21.30, massa aksi di KPU dan Bawaslu sudah bubar dengan lancar, aman, dan damai. Sekitar pukul 23.00, lanjut Argo, muncul massa yang lantas melawan personel Brimob lewat lemparan kayu dan bom molotov.

“Lalu ada juga isu yang berkembang bahwa polisi masuk ke masjid, menyerang pengunjuk rasa. Itu saya nyatakan tidak benar,” kata Argo.

Kementerian Komunikasi dan Informatika bahkan membatasi pemakaian platform media sosial dari 22 Mei hingga 25 Mei. Kementerian menyebut ada 30 hoaks yang beredar pada 22 Mei, termasuk kabar bohong bahwa polisi menembaki masjid.

Provokasi Amien Rais

Bagaimanapun, kabar “masjid diserang” atau “polisi mengarahkan tembakan ke arah masjid” Al Ma’mur—yang belum terkonfirmasi itu—telah tersebar cepat.

Amien Rais, politikus dari kubu Prabowo Subianto, secara provokatif menuding “pertanggungjawaban” polisi, yang bisa mendorong kesimpulan bahwa ada tembakan ke arah masjid.

Memberi keterangan nama masjid bertanggal 22 Mei 2019, akun Instagram atas nama ‘Amien Rais’ mengunggah dua video (pukul 06:44 & 06:51) dan satu foto (pukul 06:56)—secara demonstratif menunjukkan selongsong peluru dan kaleng gas air mata.

Dalam video, Amien secara serampangan menyebut “polisi-polisi … berbau PKI menembaki [secara] ugal-ugalan”. Ia juga mengancam Kapolri Tito Karnavian agar “jangan buat marah umat Islam.”

Dalam video satunya, Amien berkata kepada kepolisian Indonesia bahwa “seragam Anda, senjata Anda, tank Anda, panser Anda, semuanya dari rakyat”.

Dari tiga unggahan itu, Amien membenturkan polisi dan “umat Islam”. Dua video itu diihat lebih dari 150.000 kali dan postingan foto disukai oleh lebih dari 14.000 akun. Meski begitu, mayoritas komentar justru menyudutkan Amien yang disebut punya niat jahat “mengadu domba” rakyat.

Sjafrie Samsoeddin Menenangkan Massa

Pada Rabu pagi, Sjafrie Sjamsoeddin—juga dari kubu Prabowo—mendatangi masjid itu. Bersikap sangat berbeda dari Amien Rais, ia berusaha menenangkan orang-orang yang mengerubunginya, sesekali ditimpa teriakan takbir.

Kehadiran Sjafrie itu diunggah oleh akun Twitter atas nama dirinya pada Rabu malam, pukul 20:15. Berdurasi 2:19, di antara hal lain, mantan Pangdam Jaya (1997) dan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia (2010-2014) itu berkata:

“Ini adalah tempat yang kedua kali saya salat di sini. Jadi saya datang untuk menyampaikan semangat. Tetap tenang. Jangan melakukan tindakan yang melanggar hukum.

Kita akan melakukan upaya-upaya hukum. Tapi, umat diharap tenang. Jangan terpovokasi.

Saya datang ke sini untuk melihat apakah ada rumah Allah yang rusak atau tidak? Ternyata tidak ada. […] Nanti malam tetap gunakan tempat ini sebagai tempat ibadah. Kalau mau beristirahat, silakan.”

Salah Satu Korban Luka

Pada Rabu pagi, 22 Mei, kami mendatangi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk mengecek korban kerusuhan. Di sana ada Saktila Arfandi, 20 tahun, warga Garut, yang mengalami luka karena peluru di pahanya. Saat itu masih belum jelas apakah ia terkena peluru tajam atau peluru karet.

Cecep Muhammad Gofarudin, kawan Saktila, mengaku berada di Masjid Al Ma’mur saat gas air mata ditembakkan polisi ke halaman masjid. Warga yang panik, kata Cecep, tiba-tiba mendengar suara tembakan dan panik. Ia membawa Sakti ke RSCM sekitar pukul 6 pagi.

Cecep mengklaim gas air mata datang dari aparat berpakaian dan senjata lengkap. Ia dan Sakti semula ikut aksi di depan Gedung Bawaslu hingga pukul 12 malam, lalu mundur ke Petamburan.

Pada hari itu pihak RSCM enggan memberikan keterangan mengenai kondisi Sakti. Belakangan, untuk mengetahui kondisi korban aksi rusuh 21-22 Mei, otoritas RSCM meminta kami untuk bertanya ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Kerusuhan selama dua hari itu telah menewaskan sedikitnya 8 warga sipil dan melukai 730 orang.

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI 2019 atau tulisan lainnya dari Fahri Salam

tirto.id - Politik
Reporter: Aulia Adam, Aqwam Fiazmi Hanifan, Frendy Kurniawan, Mawa Kresna, Reja Hidayat & Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Fahri Salam
Editor: Zen RS