tirto.id - Polisi menyebutkan korban tewas bentrokan 21-22 Mei Bawaslu bertambah menjadi sembilan orang. Namun, polisi tidak merilis identitas korban kesembilan itu.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal hanya mengatakan sembilan orang yang meninggal itu diduga "perusuh."
"Kami duga perusuh. Penyerang. Diduga, ya," kata Iqbal saat konferensi pers di Media Center Kementerian Polhukam, 11 Juni lalu.
Dari penelusuran Tirto, korban kesembilan itu Muhammad Reza, 23 tahun, warga Pondok Belimbing, Kota Tangerang Selatan. Reza diketahui meninggal pada 24 Mei 2019.
Menurut keterangan Yanti, ibu Reza, anaknya pergi dari rumah pada 22 Mei 2019 untuk ikut "aksi damai" di Bawaslu. Namun, sampai esok hari, Reza tidak pulang dan tak ada kabar.
Yanti mencari Reza ke rumah sakit dan kantor polisi. Pada Sabtu, 25 Mei, ia menerima informasi soal keberadaan anaknya. Dan pada Senin, 27 Mei, ia baru mendapatkan kepastian anaknya meninggal di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati.
"Langsung ke sana, sudah enggak ada," kata Yanti kepada Tirto, 21 Juni lalu.
Menurut informasi yang diterima Yanti dari dokter forensik, Reza meninggal akibat "benturan benda tumpul" di kepala. Dalam foto jenazah Reza, terlihat ada bekas luka jahitan dan memar di kepala.
"Katanya sih enggak (luka di badan), saya enggak berani lihat. Pak RT yang lihat, katanya, 'Enggak ada apa-apa.' Hanya kepalanya saja karena luka bentur benda tumpul," kata Yanti.
Kepolisian Indonesia sampai saat ini belum merilis identitas Reza. Kepolisian hanya menyatakan korban kesembilan diduga "perusuh", tanpa keterangan apa pun.
Sebelumnya polisi merilis delapan nama korban tewas dalam bentrokan 21-22 Mei. Mereka adalah Adam Nooryan (19), warga Tambora; Abdul Aziz (27), warga Pandeglang; Bachtiar Alamsyah (22), warga Batuceper; Farhan Syafero (31), warga Depok; Harun Rasyid (15), warga Duri Kelapa; Reyhan Fajari (16) warga Petamburan; Sandro (31), warga Tangerang Selatan; dan Widianto Rizky Ramadan (17), warga Kemanggisan.
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Nur Hidayah Perwitasari