Menuju konten utama

Bagaimana Cara Melakukan Penilaian terhadap Karya Fiksi?

Melakukan penilaian terhadap karya fiksi berguna untuk melatih ketajaman analisis. Simak penjelasan tentang cara menilai buku fiksi di bawah ini.

Bagaimana Cara Melakukan Penilaian terhadap Karya Fiksi?
Ilustrasi membaca karya fiksi. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Pengertian karya fiksi merujuk pada karya sastra yang berisikan cerita rekaan atau khayalan dari si penulis. Unsur-unsur di dalamnya diciptakan secara imajinatif oleh pengarang.

Narasi dalam cerita fiksi biasanya menggunakan bahasa kiasan atau konotatif. Cerita fiksi dalam berbagai bentuknya meliputi novel, hikayat, fabel, komik, dongeng, cerpen, dan legenda. Dari berbagai bentuknya, pada dasarnya cerita fiksi menggambarkan kebebasan kreatif pengarang dalam menciptakan dunia cerita.

Ciri-ciri karya fiksi meliputi sifat ceritanya yang merupakan hasil rekaan atau ekspresi imajinasi pengarang, tidak memiliki sistematika baku, dan berorientasi pada pengaruh emosional pembaca.

Dengan demikian, cerita fiksi tidak hanya menawarkan hiburan tetapi juga menciptakan ruang eksplorasi imajinatif dan pemahaman mendalam terhadap berbagai aspek kehidupan.

Unsur-Unsur Karya Fiksi

Unsur-unsur karya fiksi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik terletak di luar karya sastra dan berpengaruh tak langsung terhadap struktur atau organisasinya.

Unsur ekstrinsik mencakup faktor-faktor seperti sikap dan pandangan hidup pengarang, konteks sosial, psikologi, moral, ideologi, dan pendidikan. Meskipun tidak menjadi bagian integral dari karya sastra, unsur ekstrinsik memengaruhi keseluruhan struktur cerita dan karenanya dianggap penting.

Sementara itu, unsur intrinsik merupakan elemen-elemen yang membentuk karya sastra dari dalam. Unsur-unsur intrinsik mencakup tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan diksi.

Unsur intrinsik adalah elemen yang benar-benar termanifestasi ketika seseorang membaca karya sastra. Kehadiran dan hubungan harmonis antar-unsur intrinsik inilah yang menciptakan suatu cerita fiksi yang utuh.

Cara Melakukan Penilaian terhadap Karya Fiksi

Salah satu cara melakukan penilaian terhadap karya fiksi adalah melalui penyusunan resensi karya fiksi. Maya Lestari Gusfitri dan Elly Delfia, dalam buku Bahasa Indonesia SMP Kelas VII (2021), menjelaskan, resensi merupakan tulisan ilmiah yang berisi penilaian terhadap sebuah buku.

Resensi karya fiksi dapat membahas kelemahan dan keunggulannya. Menulis resensi juga dapat dilakukan dengan membandingkan karya sastra yang diulas dengan yang lainnya.

Tujuan menulis resensi karya fiksi bisa bermacam-macam. Namun, pada umumnya, resensi buku fiksi bertujuan mengenalkan sebuah buku baru kepada publik sehingga meningkatkan keterbacaan.

Penilaian karya fiksi melibatkan langkah-langkah seperti membaca dengan teliti, mengumpulkan unsur resensi, menyusun resensi sesuai struktur yang ditentukan, mengikuti kaidah bahasa resensi, dan melakukan evaluasi.

Selain itu, penilaian karya fiksi juga melibatkan pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur ini dapat menjadi fokus utama dalam penilaian.

Dengan memperhatikan kedua unsur ini, pembaca dapat melakukan penilaian yang lebih komprehensif terhadap karya fiksi. Melalui proses resensi dan pemahaman unsur-unsur, penilaian karya fiksi menjadi sebuah instrumen penting dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan literasi, khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Apa Saja yang Dinilai dalam Buku Fiksi?

Penilaian buku fiksi melibatkan beberapa aspek yang menentukan kualitas dan karakteristiknya. Berikut beberapa aspek yang dinilai dalam buku fiksi.

1. Imajinasi dan khayalan

Buku fiksi dinilai berdasarkan kemampuan penulis dalam menciptakan cerita rekaan, khayalan, atau narasi, yang tidak didasarkan pada realitas, melainkan berasal dari dunia imajinasi. Orang yang membuat ulasan karya fiksi bisa membahas tentang asal usul imajinasi dan silogisme ceritanya.

2. Bahasa kiasan

Penilaian buku fiksi juga mencakup aspek penggunaan bahasa kiasan atau konotatif. Bahasa yang konotatif digunakan oleh pengarang dengan tujuan memperkaya pengalaman membaca pembaca dengan meningkatkan imajinasi. Pengulas bisa membahas kecocokan bahasa yang digunakan dengan konteks cerita di dalam karya fiksi tersebut.

3. Alur cerita

Aspek-aspek seperti alur cerita, karakterisasi tokoh, latar tempat, dan konflik, bisa menjadi fokus tersendiri dalam upaya melakukan penilaian terhadap buku fiksi. Pengulas dapat mencermati alur cerita yang dipakai pengarang tergolong mudah dipahami dan logis atau belum.

4. Tema

Tema atau gagasan utama yang diusung dalam karya tulis juga menjadi bagian penting dalam ulasan buku fiksi. Pengulas juga dapat mengaitkan tema yang dibahas dalam cerita fiksi tersebut dengan peristiwa nyata di kehidupan sehari-hari. Terlebih jika karya tersebut terinspirasi dari kejadian nyata.

5. Gaya penulisan

Gaya penulisan dalam buku fiksi sering kali lebih bebas dan tidak terikat pada aturan yang kaku. Meski begitu, gaya penulisan menjadi objek penilaian untuk menentukan kualitas karya.

Dengan mempertimbangkan sejumlah aspek di atas, pembaca dapat memberikan penilaian yang holistik terhadap kualitas dan keunggulan suatu buku fiksi. Aspek-aspek ini membantu membentuk gambaran tentang sejauh mana buku mampu menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan memikat.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin