Menuju konten utama

Awal Mula Konflik Rohingya dan Warga Aceh di Indonesia

Awal mula kebencian masyarakat Aceh terhadap pengungsi Rohingya. Sehingga menyebabkan pengusiran paksa oleh mahasiswa pada Rabu (27/11/2023).

Awal Mula Konflik Rohingya dan Warga Aceh di Indonesia
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya duduk menunggu saat tiba di tempat penampungan yang baru di Balai Latihan Kerja (BLK) Desa Mee Kandang, Lhokseumawe, Aceh, Jumat (10/7/2020). ANTARA FOTO/Rahmad/wsj.

tirto.id - Kelompok mahasiswa di Aceh melakukan pengusiran terhadap para pengungsi Rohingya di Aceh pada Rabu, 27 Desember 2023 viral di sosial media.

Dalam rekaman video yang beredar, terlihat ratusan mahasiswa dengan menggunakan almamater melakukan pengusiran dengan cara yang beringas. Aksi itu dilakukan di tempat penampungan sementara, Ruang Serbaguna Pemerintah Provinsi Aceh.

Aksi pengusiran paksa para pengungsi Rohingya itu dilakukan dengan cara yang anarkis. Mereka membentak dan bahkan melempar benda ke arah pengungsi Rohingya yang mayoritas merupakan perempuan dan anak-anak.

Para pengungsi yang duduk berkelompok itu terlihat ketakutan dan menangis. Sementara, aparat kepolisian mencoba untuk meredam kemarahan mahasiswa.

Para mahasiswa yang datang dari sejumlah perguruan tinggi di Aceh itu meneriakkan “usir mereka keluar” dan “tolak etnis Rohingya di Aceh”.

Para mahasiswa meminta para pengungsi untuk dipindahkan ke kantor imigrasi supaya bisa dilakukan tindakan deportasi.

Aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa itu menuai kecaman dari warganet. Banyak yang menilai pengusiran secara paksa yang dilakukan mahasiswa itu tidak mencerminkan tindakan dari orang yang terdidik.

Ada juga yang melihat kesamaan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa itu dengan perilaku Zionis Israel, karena menindas kaum rentan dan lemah.

Tidak sedikit pula yang menganggap bahwa para mahasiswa mengesampingkan kemanusiaan karena terprovokasi narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya.

Awal Mula Munculnya Kebencian Terhadap Pengungsi Rohingya di Aceh

Perwakilan UNHCR di Indonesia, Ann Maymann melaporkan pada Minggu, 10 Desember 2023 bahwa hingga saat ini, pengungsi Rohingya di Indonesia telah mencapai 1.684 orang. Jumlah tersebut sudah termasuk sekira 700 orang yang belakangan datang sejak bulan November lalu.

Kedatangan pengungsi Rohingya pada pertengahan November lalu ditolak oleh warga Aceh. Menurut Panglima Laot (laut) Aceh Miftach Tjut Adek, ada Kamis, 16 November 2023 penolakan itu terjadi karena pemerintah setempat tidak sanggup menerima pengungsi yang jumlahnya semakin banyak.

Ditambah, tidak ada pihak yang bertanggung jawab atas masuknya pengungsi-pengungsi Rohingya tersebut sehingga masyarakat menolak mereka.

Sementara itu, Juru Bicara Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal menegaskan bahwa Indonesia tidak mempunyai kewajiban dan kapasitas untuk menampung pengungsi Rohingya.

Iqbal juga menambahkan bahwa Indonesia bukan termasuk negara pihak dalam Konvensi Pengungsi 1951.

Selain jumlah pengungsi yang tak terkendali, alasan penolakan warga juga terkait masalah sosial. Menurut Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto warga Aceh melaporkan bahwa para pengungsi Rohingya yang diterima di wilayah setempat mempunyai perilaku kurang baik dan tidak patuh pada norma-norma masyarakat setempat.

Kondisi ini menyebabkan masyarakat merasa terancam pada para pengungsi Rohingya yang semakin banyak.

Perasaan merasa terancam yang dirasakan oleh masyarakat Aceh itu menjadi rasa benci seiring dengan masifnya narasi kebencian terhadap pengungsi Rohingya yang tersebar di sosial media.

Menurut akun X @neohistoria_id yang mengomentari video pengusiran paksa mahasiswa terhadap pengungsi Rohingya di Aceh, kejadian itu dipantik salah satu konten TikTok kontroversial yang viral beberapa waktu lalu.

Dalam video singkat itu, sejumlah laki-laki Rohingya memperlihatkan bahasa tubuh yang mengekspresikan bahwa makanan yang mereka terima di tempat pengungsian tidak cukup.

Ekspresi itu lantas membuat banyak masyarakat menilai pengungsi Rohingya tidak bersyukur dengan apa yang mereka dapatkan di tempat pengungsian. Itu kemudian berkembang menjadi rasa benci yang tidak terbendung terhadap pengungsi Rohingya.

“Ini semua terjadi karena konten TikTok yang memperlihatkan beberapa pria Rohingya yang memberikan gestur bahwa makanan mereka tidak cukup, lalu kemudian berkembang menjadi narasi kebencian Rohingya yang berlebihan hingga kemudian terjadi perilaku fasis yang biadab seperti ini. Informasi adalah senjata yang sangat berbahaya,” tulis akun X @nehistoria_id pada Kamis (28/12/2023).

Baca juga artikel terkait ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Iswara N Raditya & Balqis Fallahnda