Menuju konten utama
Periksa Data

Statistik di Balik Kedatangan Pengungsi Rohingya di Indonesia

Dari sekitar 7,8 ribu pengungsi Rohingya yang melaut untuk mencari suaka, hanya sekitar 6,5 ribu yang berhasil mendarat.

Statistik di Balik Kedatangan Pengungsi Rohingya di Indonesia
Header Periksa Data Pengungsi Rohingnya. tirto.id/Fuad

tirto.id - Pengungsi Rohingya kembali masuk ke Indonesia dalam beberapa gelombang pada pertengahan November 2023 lalu. Kondisi ini memantik polemik di tengah masyarakat di Tanah Air.

Berdasar catatan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees, UNHCR), Indonesia memang menjadi salah satu negara tujuan para pengungsi dari Myanmar tersebut. Data yang dihimpun UNHCR per September 2023 menunjukkan ada 859 orang pengungsi Rohinganya dan mereka yang berstatus tanpa kewarganegaraan (asal Myanmar) yang ada di Indonesia.

Jumlah tersebut sekitar 0,1 persen dari keseluruhan pengungsi tanpa kewarganegaraan dari Myanmar yang mencari suaka ke negara lain, yang totalnya mencapai 1.094.198 orang. Negara yang menjadi penampung terbanyak pengungsi Rohingya ada Bangladesh (88,2 persen), Malaysia (9,7 persen), dan India (2 persen).

Sebagai catatan, angka ini belum ditambah dengan pengungsi Rohingya yang masuk ke Indonesia sejak pertengahan November 2023 lalu. Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia sudah mencapai 1.478 orang.

Dalam keterangan resminya, UNHCR menyebut pengugsi Rohingya ini melarikan diri ke kamp di negara tetangga seperti Bangladesh sejak tiga dekade terakhir. Tahun 2017 menjadi titik puncak migrasi besar-besaran ini setelah beberapa insiden kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berskala besar.

Perlu diketahui, warga Rohingya telah menghadapi diskriminasi sistematis selama puluhan tahun, tidak memiliki kewarganegaraan, dan kekerasan yang ditargetkan di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.

"Kondisi keamanan di kamp-kamp Bangladesh yang sesak telah memburuk secara signifikan selama beberapa waktu terakhir, mendorong banyak keluarga pengungsi Rohingya untuk melakukan perjalanan yang sangat berbahaya dalam mencari keselamatan dan stabilitas," sebut UNHCR dalam keterangan di situs resmi mereka.

Salah satu "perjalanan sangat berbahaya" yang ditempuh para pengungsi Rohingya ini adalah menuju Indonesia. Dengan status tanpa kewarganegaraan, para pengungsi Rohingya terpaksa memilih perjalanan perahu yang berbahaya yang ditawarkan penyelundup manusia. Perjalanan dengan perahu (kerap kali dengan kondisi yang kurang layak berlayar) ini memakan waktu berminggu-minggu, tetapi tidak dilengkapi cukup makan, air bersih, serta sanitasi.

Masih dari data UNHCR, sejak Januari 2022 sampai 13 Desember 2023, tercatat ada 7.454 orang pengungsi Rohingya yang memulai perjalanan laut. Namun, hanya sekitar 6.526 orang yang tercatat mendarat. Sebanyak 573 telah dilaporkan meninggal atau hilang dan 727 orang statusnya tidak diketahui.

Estimasi UNHCR, ada total 79 kapal yang mengangkut para pengungsi Rohingya tersebut.

Indonesia menjadi negara tujuan perjalanan laut paling banyak. Ada sekitar 47 persen (3.059 orang) para pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan laut menjadikan Indonesia sebagai tujuan berlabuh. Diikuti mereka yang berusaha kembali ke Myanmar sebanyak 31 persen (2.045 orang), menuju Malaysia 9 persen (586 orang), Bangladesh 8 persen (528 orang), Thailand 3,13 persen (204 orang), dan Sri Langka 1,59 persen (104 orang).

UNHCR juga mencatat kalau sekitar 56 persen pengungsi Rohingya adalah perempuan (27 persen) dan anak-anak (29 persen). Bahkan dalam lembar fakta yang dipublikasikan UNHCR Indonesia pada 5 Desember 2023, disebut bahwa lebih dari 70 persen pengungsi Rohingya yang mendarat di Indonesia selama sebulan terakhir adalah perempuan dan anak-anak.

Alami Penolakan

Meski kondisinya sangat mengkhawatirkan, para pengungsi Rohingya ini juga masih harus berhadapan dengan penolakan. Hal ini juga terjadi di Indonesia.

Warga Aceh, khususnya di daerah-daerah yang menjadi pintu masuk para pengungsi Rohingya, menyerukan penolakan terhadap kedatangan mereka. Sejumlah masyarakat Indonesia juga merespon tidak setuju terhadap rencana penampungan para pengungsi.

Menkopolhukam Mahfud menyebut kalau ada sejumlah masyarakat yang beririsan langsung yang menyampaikan keberatannya.

"Orang-orang lokal, orang Aceh, Sumatera Utara, Riau itu sudah keberatan ditambah terus, (karena) 'Kami juga miskin, kenapa ini terus ditampung gratis terus'. Nah, kami sedang mencari jalan keluar tentang ini," katanya dikutip dari Antara (6/12/2023).

Oleh sebab itu, Mahfud menyebut pihaknya akan mengusahakan penanganan kebutuhan domestik dan kemanusiaan para pengungsi dapat terlaksana dengan baik.

Sementara itu dalam rangkuman Tirto, Panglima Laot Aceh, Miftach Tjut Adek, menjelaskan kalau penolakan oleh warga Aceh disebabkan ketidaksanggupan pemerintah setempat untuk menerima pengungsi yang jumlahnya terus bertambah.

Dia menyebut pemerintah daerah sudah berbuat maksimal dalam upaya menampung pengungsi Rohingya yang terus berdatangan, tetapi mulai kewalahan. Ia berharap ada perhatian lebih dari pemerintah pusat untuk bisa turun tangan. Sayangnya, ada beberapa pihak yang juga menggiring opini publik terkait isu pengungsi Rohingya ini.

Di sisi lain Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, menyebut adanya niat buruk dari jaringan penyelundup manusia. Ini terbukti dari banyak pengungsi Rohinyga yang masuk ke Indonesia adalah korban dari pelaku perdagangan manusia.

Sementara dalam lembar fakta yang diterbitkan UNHCR Indonesia ditegaskan kalau para pengungsi Rohingya juga masuk ke Indonesia karena keterpaksaan.

"Pengungsi Rohingya tidak datang untuk mengeksploitasi Indonesia atau keramahan masyarakatnya. Mereka datang karena adanya keputusasaan yang disebabkan oleh meningkatnya pembunuhan, penculikan, dan situasi berbahaya di tempat mereka tinggal sebelumnya," begitu bunyi siaran pers dari UNHCR.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Alfons Yoshio Hartanto

tirto.id - Periksa data
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Farida Susanty