tirto.id - Pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa serangan yang dilakukan terhadap Iran tidak bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan di negara tersebut. Pernyataan ini diungkap langsung oleh Presiden AS, Donald Trump, dalam platform media sosialnya.
"Tidak benar secara politis untuk menggunakan istilah, "Perubahan Rezim," tetapi jika Rezim Iran saat ini tidak dapat MEMBUAT IRAN HEBAT LAGI, mengapa tidak ada perubahan rezim??? MIGA!!!,” ujar Trump melansir Reuters pada Senin (23/6/2025).
Unggahan Trump tersebut muncul juga setelah para pejabat di pemerintahannya menekankan bahwa penyerangan bukan untuk menggulingkan pemerintahan Iran. Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyebut bahwa operasi tersebut hanya ditargetkan untuk program nuklir Iran.
"Misi ini bukan dan belum pernah tentang perubahan rezim," kata Hegseth kepada wartawan di Pentagon.
Senada dengan Hegseth, Wakil Presiden AS, JD Vance, menyatakan bahwa serangan ini adalah menghentikan program nuklir Iran, bukan desakan untuk mengganti pemerintahan saat ini.
“Pandangan kami sangat jelas bahwa kami tidak menginginkan perubahan rezim." kata Vance, dalam sebuah wawancara di NBC.
"Kami tidak ingin berlarut-larut atau membangun ini lebih dari yang sudah dibangun. Kami ingin mengakhiri program nuklir mereka, dan kemudian kami ingin berbicara dengan Iran tentang penyelesaian jangka panjang di sini," kata Vance menambahkan.
Sebagai informasi, serangan besar-besaran oleh AS kepada Iran yang disebut "Midnight Hammer Operation" itu dilakukan secara rahasia.
Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Dan Caine, mengatakan serangan itu melibatkan lebih dari 125 pesawat militer AS, termasuk tujuh pengebom B-2 yang menjatuhkan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon ke situs nuklir Fordow.
Selain itu, lebih dari 75 amunisi berpemandu presisi dan dua lusin rudal Tomahawk turut diluncurkan.
Caine mengatakan bahwa serangan itu menunjukkan bahwa ketiga sasarannya itu mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah. Tetapi, dia menolak untuk berspekulasi apakah ada kemampuan nuklir Iran yang mungkin masih utuh.
Meskipun demikian, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, lebih berhati-hati, mengatakan bahwa meskipun jelas serangan udara AS menghantam situs pengayaan uranium Iran di Fordow, belum mungkin untuk menilai terlalu dini kerusakan yang terjadi di bawah tanah.
Adapun seorang sumber Reuters di Iran mengatakan bahwa sebagian besar uranium yang sangat diperkaya di Fordow, situs yang memproduksi sebagian besar uranium Iran yang dimurnikan hingga 60%, telah dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan sebelum serangan AS.
Di sisi lainnya, Iran telah bersumpah untuk membela diri dan menanggapi dengan tembakan rudal di Israel yang melukai banyak orang dan menghancurkan bangunan di pusat komersialnya Tel Aviv.
Namun hingga kini, Iran belum melakukan ancaman pembalasan utamanya, untuk menargetkan pangkalan AS atau mencekik seperempat pengiriman minyak dunia yang melewati perairannya.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Bayu Septianto