tirto.id - Delapan perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) memberi penjelasan sumber bahan baku produksi mereka dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin (10/11/2025). Dari delapan perusahaan tersebut, tak semuanya menggunakan sumber air yang berasal langsung dari mata air pegunungan.
"Kami ingin dengar itu, kalau air gunung, air gunung aja, bedanya (mata) air gunung, air (tanah). Kan definisi beda-beda ini sekarang saya lihat. Itu satu, tolong dijelaskan," ujar Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, saat meminta keterangan kepada perwakilan delapan perusahaan tersebut.
PT Panfila Indosari atau produsen Air minum dengan merk RON 88 pun mendapat giliran pertama untuk menjelaskan dari mana sumber bahan baku AMDK yang mereka gunakan.
Perwakilan dari PT Panfila Indosari, Dewi, menjelaskan, sumber bahan baku yang mereka gunakan nerupakan sumber mata air dari Gunung Mandalawangi yang terletak di Cicalengka, Jawa Barat.
"Jadi sumber yang kami gunakan adalah mata air pegunungan yang keluar langsung melalui celah batuan tanpa pengeboran. Untuk izin, kami memiliki izin dari Kementerian PU, yaitu izin pengusahaan sumber daya air, yang biasa disebut SIPA. Tapi, untuk mata air alami ini, kami judulnya izin pengusahaan sumber daya air," jelasnya.
Sementara itu, perwakilan dari PT Amidis Tirta Mulia sebagai produsen Air minum Amidis, Oki Setiawan, menjelaskan, sumber air yang digunakan berasal dari sumur dalam. Sehingga, izin yang diperlukan pun berasal dari Kementerian ESDM, alih-alih Kementerian PU.
"Di iklan kita tidak ada klaim air pegunungan, tapi air kita air destilasi, Pak, dengan proses. Kalau tadi disebutkan bahwa air kita ... kan pertama air mineral, kita air demineral, sehingga prosesnya berbeda dari yang tadi," ujar dia.
Di sisi lain, pabrik Le Minerale, PT PT Tirta Fresindo Jaya mengklaim bahwa sumber air yang digunakan merupakan air tanah dalam, di bawah 80 meter sampai 120 meter (akuifer dalam).
Sebelum mengajukan perizinan, perwakilan Le Mineral, Johan Mulyawan, mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan studi fisabilitas dengan sejumlah perguruan tinggi negeri untuk menentukan di mana pabrik dapat mengambil sumber air.
Kemudian, PT Muawanah Al Ma'soem, produsen AMDK dengan merek Al Masoem mengatakan, sejak awal 2004, perusahaan telah mengambil air dari mata air pegunungan di Cileunyi, Jawa Barat. Dalam proses produksinya, perusahaan yang juga memproduksi air kemasan dengan merk Asri ini juga bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan.
Sementara itu, Direktur PT Super Wahana Techno, Edwin, menjelaskan saat ini produsen AMDK dengan merek Pristine itu menggunakan air dari sumber mata air yang terletak di Gunung Pangrango.
"Kami menggunakan mata air pegunungan di Kabupaten Bogor, tepatnya dari Gunung Pangrango, termasuk pemakaiannya juga dari Gunung Pangrango," tuturnya.
Selanjutnya, Corporate Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto,—yang merupakan perwakilan dari PT Tirta Investama—, menjelaskan bahwa selama ini sumber air yang digunakan untuk memproduksi Aqua berasal dari sumber air pegunungan yang sebelumnya telah ditentukan titiknya melalui studi hidrologi bersama sejumlah perguruan tinggi negeri.
Dalam hal ini, perizinan yang dibutuhkan merupakan izin SIPA dari Kementerian ESDM. "Kalau ada persepsi ataupun pendapat bahwa air aqua adalah air dibor, izin kami menyampaikan pengeboran itu adalah cara yang harus digunakan untuk mendapatkan air dari sumber tanah dalam atau kita menyebutnya akuifer yang tertekan atau akuifer yang terlindungi karena di situ terlindungi selama ratusan tahun oleh lapisan-lapisan batuan," papar Vera.
Pada kesempatan yang sama, HSE & Sustainability Manager Tanobel PT Sariguna Primatirta, Zakka Pratama mengungkapkan, sumber air yang digunakan oleh produsen Cleo itu merupakan air bawah tanah dalam. Sementara, air yang diproduksi merupakan air demineral dari sejumlah pabrik yang berada di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi.
Terakhir, PT Jaya Lestari Sejahtera, produsen AMDK dengan merek Le Yasmin mengatakan, sumber air yang digunakan merupakan air bawah tanah dalam yang terletak di beberapa titik di Bogor, Jawa Barat.
"Kami untuk sumber air baku, kami menggunakan sumber air tanah, sumur dalam. Kebetulan kami mempunyai 4 izin SIPA yang rata-rata kedalaman 100-120 meter," terang Dwi Suhadi, perwakilan Le Yasmin
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































