Menuju konten utama

Apa Itu Kopi Decaf dan Amankah untuk Penderita GERD?

Ada banyak manfaat kopi decaf. Namun, apakah kopi decaf aman untuk lambung dan tidak memicu gejala GERD? Simak penjelasan lengkapnya!

Apa Itu Kopi Decaf dan Amankah untuk Penderita GERD?
Ilustrasi Minum Kopi Hitam. foto/IStockphoto

tirto.id - Kopi decaf menjadi pilihan populer bagi mereka yang ingin menikmati kopi rendah kafein. Namun, banyak yang masih ragu apakah kopi rendah kafein ini benar-benar aman untuk lambung.

Memastikan keamanan kopi decaf untuk asam lambung penting bagi sebagian orang yang punya masalah pencernaan, terutama penderita GERD dan maag. Mengenali berbagai hal terkait kopi decaf tentu berguna untuk bahan pertimbangan sebelum mengonsumsinya.

Apa Itu Kopi Decaf?

Kopi decaf adalah kopi dari biji kopi yang telah dihilangkan kafeinnya hingga sekitar 97%. Maka itu, kopi decaf sering pula disebut kopi rendah kafein, atau bahkan kopi non-kafein.

Kadar kafein Kopi decaf rendah karena bijinya telah melalui prosedur dekafeinasi. Proses ini menghilangkan sebagian besar kandungan kafein pada biji kopi. Prosedur tadi populer dengan istilah decaffeinated coffee yang kemudian disingkat menjadi kopi decaf.

Meskipun demikian, kafein tidak sepenuhnya lenyap dari kopi decaf. Kadar kafein dari kopi decaf juga bervariasi, tergantung wilayah geografis asal biji kopi hingga jenis olahannya.

Perbedaan Kopi Decaf dengan Kopi Biasa

Dalam artikel publikasi situs The University of Queensland Australia disebutkan perbedaan utama antara kopi decaf dan kopi biasa adalah kandungan kafeinnya.

Kopi biasa mengandung kafein tinggi. Sebaliknya, kopi decaf telah dihilangkan sebagian besar kafeinnya, meskipun masih ada sedikit yang tersisa.

National Coffee Association menyebutkan secangkir kopi decaf mengandung setidaknya 2 miligram kafein. Adapun secangkir kopi biasa memuat sekitar 95 miligram kafein.

Proses pembuatan kopi decaf lebih kompleks dibandingkan kopi biasa. Kopi decaf dibuat dengan menghilangkan kafein dari biji kopi yang belum dipanggang menggunakan pelarut kimia, karbon dioksida cair, atau air dengan filter khusus.

Kopi decaf dan kopi biasa pun memiliki rasa agak beda. Proses penghilangan kafein dapat menghilangkan beberapa elemen aromatik di kopi, yang dapat memengaruhi rasa secara keseluruhan.

Selain itu, kafein memperkuat rasa pahit di kopi. Akibatnya, kopi decaf cenderung kurang pahit dibandingkan kopi biasa.

Apa Manfaat Kopi Decaf?

Mengutip laporan bertajuk "The Impact of Coffee on Health" karya Kanren Nieber dalam jurnal Planta Medica (2017), kopi rendah kafein tetap mempunyai sejumlah manfaat yang biasanya terdapat dalam kopi biasa.

Namun, karena ia rendah kafein, kopi decaf bisa membawa efek berbeda dari kopi biasa. Ini membuat sebagian manfaat kopi decaf tidak terdapat pada kopi berkafein.

Beberapa manfaat kopi decaf, antara lain:

1. Mengurangi risiko diabetes tipe 2

Kopi decaf membantu menurunkan risiko diabetes tipe 2. Polifenol dalam kopi decaf, yang merupakan antioksidan, bisa merangsang sel beta di pankreas agar mengeluarkan insulin dan mengendalikan gula darah. Dengan begitu, ia membantu melawan resistensi insulin.

2. Mencegah penyakit liver

Minum kopi decaf dapat mencegah gangguan pada liver, seperti peradangan dan fibrosis hati. Kopi biasa dan kopi decaf dapat menurunkan kadar enzim hati yang abnormal. Hal ini penting, terutama bagi penderita penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD), yang memiliki sedikit pilihan pengobatan.

Sejumlah penelitian terbaru menemukan, meminum kopi biasa maupun kopi decaf dapat menjaga kadar enzim hati rendah. Peningkatan enzim hati menjadi pertanda ada masalah di liver, dan kopi bisa mencegahnya.

Salah satu studi tentang ini dilakukan tim yang dipimpin oleh Dr. Qian Xiao dari National Cancer Institute di Bethesda, Maryland, AS dan dipublikasikan Jurnal Hepatology (2014).

Dr. Qian Xiao dan tim menganalisis data dari National Health and Nutrition Examination Survey, survei CDC untuk menilai kesehatan penduduk AS. Mereka mencermati catatan tentang 27.800 peminum kopi berusia 20 tahun ke atas.

Tim peneliti itu menemukan, partisipan yang mengonsumsi minimal tiga cangkir kopi per hari memiliki kadar empat enzim hati yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.

Kondisi serupa ditemukan di partisipan yang hanya minum kopi tanpa kafein (kopi decaf). Fakta ini memperlihatkan manfaat kopi untuk Kesehatan hati tidak berhubungan dengan kafein.

3. Mengurangi risiko penyakit jantung

Kopi decaf juga membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Orang yang minum dua hingga tiga cangkir kopi decaf memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit jantung dan kematian dini dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.

4. Tidak memicu insomnia

Berbeda dari mengonsumsi kopi biasa, meminum kopi decaf tidak mengakibatkan risiko insomnia. Sebab, kadar kafein di kopi decaf amat rendah.

5. Mengatasi kecanduan kafein

Konsumsi kopi secara berlebihan berisiko menyebabkan kondisi ketergantungan terhadap kafein. Gejala kecanduan kafein terlihat jika orang terbiasa minum kopi kemudian secara mendadak berhenti melakukannya.

Beberapa gejala tersebut seperti kelelahan, mengantuk, kewaspadaan turun, hingga sulit berkonsentrasi. Untuk mengurangi ketergantungan pada kafein, mengonsumsi kopi decaf bisa menjadi solusi.

6. Mendukung kesehatan usus

Sama seperti kopi biasa, kopi decaf sarat antioksidan yang dapat mendukung kesehatan usus. Kopi mengandung senyawa fenolik yang punya efek antioksidan dan anti-inflamasi di usus besar sehingga dapat mendukung komunitas bakteri baik berkembang.

Lauren Manaker, M.S., RDN, LD, seorang ahli diet terdaftar yang berbasis di Charleston, South Carolina, mengatakan, "Untuk kesehatan usus, kopi non kafein dapat mendorong pertumbuhan bakteri usus yang bermanfaat karena mengandung senyawa fenolik tinggi, tanpa potensi gangguan pencernaan yang terkadang dipicu oleh kafein," demikian dilansir Eating Well.

7. Diduga mengurangi risiko kematian dini

Rutin mengonsumsi kopi decaf kemungkinan bisa menurunkan risiko beberapa penyebab kematian, seperti aritmia dan penyakit kardiovaskular. Dalam sebuah penelitian dengan masa tindak lanjut 12 tahun, lebih sedikit partisipan yang minum 2-3 cangkir kopi tanpa kafein per hari meninggal dunia dibandingkan mereka yang tidak melakukannya.

Hasil riset itu tertuang melalui laporan studi bertajuk "The impact of coffee subtypes on incident cardiovascular disease, arrhythmias, and mortality: long-term outcomes from the UK Biobank" dalam European Journal of Preventive Cardiology (2022).

Namun, penelitian tersebut hanya bersifat observasional. Maka itu, dugaan bahwa minum kopi decaf secara rutin menurunkan risiko kematian dini belum dapat dipastikan terbukti benar. Masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan tadi.

Apakah Kopi Decaf Aman untuk Penderita GERD?

Sebuah laporan penelitian dalam jurnal Alimentary Pharmacology & Therapeutics Vol. 8, No. 3, hlm. 283-287 (1994) menyebutkan bahwa kopi biasa dapat meningkatkan risiko gastro-oesophageal reflux (GERD). Namun, kopi decaf memiliki efek yang lebih ringan ke lambung sehingga tidak terlalu berisiko memicu gejala GERD.

Penelitian menunjukkan bahwa minum kopi biasa menyebabkan peningkatan GERD yang signifikan dibandingkan dengan air putih atau teh. Sementara itu, jika kopi melalui proses dekafeinasi, meminumnya secara signifikan tidak meningkatkan gejala GERD di sebagian orang.

Perlu dicatat, studi tadi juga menemukan bahwa kafein bukanlah penyebab utama GERD. Meskipun kopi biasa dapat meningkatkan gejala GERD, teh atau penambahan kafein pada air tidak membawa efek yang sama. Temuan tadi mengindikasikan terdapat komponen lain dalam kopi (selain kafein) yang kemungkinan memicu gejala GERD.

Beberapa penelitian terbaru juga menunjukkan tidak ada bukti keterkaitan jelas antara GERD dengan kafein, meski banyak orang mengeluhkannya.

Laporan studi berjudul "The role of tea and coffee in the development of gastroesophageal reflux disease" dalam Tzu Chi Medical Jorunal (2019) bahkan menyimpulkan minum kopi atau teh berkadar kafein tinggi, termasuk dengan tambahan susu dan gula, tidak terkait dengan gejala GERD maupun erosive esophagitis. Kesimpulan itu diperoleh dari penelitian yang melibatkan 1.837 partisipan.

Sebagai bahan rujukan, saran dari Lauren B. Gerson, ahli dari Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, mungkin berguna untuk penderita GERD.

Dalam wawancaranya di jurnal Gastroenterology & Hepatology (2009), Lauren B. Gerson menyarankan penderita GERD mengidentifikasi jenis makanan maupun minuman yang bisa memicu gejala penyakitnya. Penderita GERD perlu mencatat berbagai makanan dan minuman pemicu gejala reflux, termasuk jika itu kopi, dan kemudian menghindarinya.

Bagaimana Cara Membuat Kopi Decaf?

Cara membuat kopi decaf bisa dilakukan dengan beberapa jenis metode. Kandungan kafein di kopi bisa dihilangkan dengan menggunakan pelarut air maupun cairan kimia. Kafein juga dapat dihilangkan dengan karbon dioksida atau filter arang.

Proses dekafeinasi dilakukan ketika biji kopi belum dipanggang dan digiling. Agar lebih jelas, berikut ulasan singkat tentang 3 jenis cara membuat kopi decaf:

1. Metode pelarut air

Metode ini dilakukan dengan merendam biji kopi hijau dengan air panas. Rendaman ini menghasilkan ekstrak yang kaya akan kafein dan senyawa perisa (biji kopi yang tidak beraroma kemudian dibuang). Ekstrak kopi hijau ini lantas diaring melalui filter arang aktif, yang menjebak molekul kafein sambil membiarkan rasa melewatinya.

Air yang sama kemudian bisa dipakai lagi untuk merendam biji kopi hijau lainnya. Karena rasa sudah memenuhi hasil ekstrak, satu-satunya yang akan dilarutkan dari biji kopi adalah kafein.

2. Metode pelarut kimia

Karena murah, metode ini menjadi pilihan dalam mayoritas proses pembuatan kopi decaf. Metode ini memanfaatkan cairan pelarut kimia untuk mencuci biji kopi yang sudah dikukus. Pelarut kimia yang digunakan umumnya adalah metilen klorida dan etil asetat. Metode ini terbagi menjadi dua: langsung dan tidak langsung.

Pertama, dalam metode langsung, biji kopi dikukus dan kemudian direndam berulang kali dalam pelarut kimia. Dengan proses ini, cairan pelarut kimia mengikat kafein dari biji kopi. Setelah beberapa lama, kafein diekstraksi dari biji kopi. Terakhir, bibi kopi dikukus lagi guna menghilangkan sisa pelarut kimia.

Kedua, metode tidak langsung masih menggunakan pelarut kimia, tetapi tidak bersentuhan langsung dengan biji kopi. Sebagai gantinya, biji kopi direndam dalam air panas. Air lantas dipisahkan dari biji kopi dan diolah dengan pelarut kimia. Kafein terikat pada pelarut di dalam air dan diuapkan. Air bebas kafein itu lantas dikembalikan ke biji kopi untuk menyerap kembali rasa dan aroma kopi.

Namun, pemakaian pelarut kimia, terutama metilen klorida, memicu kontroversi seputar kopi decaf. Hal ini karena metilen klorida diduga bersifat karsinogenik ringan dalam dosis tinggi. Metilen klorida dan etil asetat biasanya digunakan dalam pengupas cat, penghapus cat kuku, dan penghilang lemak. Meskipun begitu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengizinkan penggunaan pelarut ini untuk membuat kopi decaf.

3. Metode karbon dioksida

Metode berbasis non-pelarut ini menggunakan karbon dioksida cair. Praktiknya, biji kopi dimasukkan dalam ruang bertekanan tinggi, sejenis wajan baja yang tertutup rapat. Di dalamnya, kopi terendam air.

Selanjutnya, karbon dioksida cair dipompa ke dalam ruang bertekanan tinggi berisikan biji kopi. Karbon dioksida akan berikatan dengan kafein dan kemudian dihilangkan melalui tekanan tinggi sehingga menyisakan biji kopi tanpa kafein.

Baca juga artikel terkait KOPI atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - GWS
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Addi M Idhom