tirto.id - Alkisah, pada suatu siang di abad ke-8 Masehi, seorang penggembala kambing di Etiopia tengah mengamati hewan-hewan ternaknya memakan biji-bijian dari sebuah tumbuhan. Setelah memakan biji-bijian tersebut, kambing-kambing yang digembalakan olehnya pun tiba-tiba jadi bersemangat lari ke sana ke mari.
Tentu saja, pemandangan demikian membikin penggembala itu penasaran. Buah apa gerangan yang dimakan kambing-kambing itu? Maka sang penggembala pun memetik beberapa dan membawanya pulang. Dia berpikir, biji-bijian ajaib ini pasti bisa membuatnya lebih kuat melek malam untuk salat tahajud dan berzikir.
Dan benar saja, setelah memakan daging dan kulit dari biji-bijian itu, sang penggembala menjadi kuat melek dan bisa lebih tahan beribadah di malam hari. Perlahan, dia mulai mencari cara lain untuk mengonsumsi biji-bijian tadi setelah mencium aroma harum ketika sisa biji-bijian itu dibakar. Oleh sang penggembala, bebijian yang terbakar itu kemudian dijadikan minuman dengan efek yang kurang lebih sama.
Penggembala itu bernama Khaldi dan biji-bijian yang membuat kambingnya jadi bersemangat tadi adalah kopi. Cerita tentang Khaldi adalah versi yang disepakati oleh banyak orang ketika berbicara tentang asal-usul kopi sebagai minuman. Entah benar atau tidak cerita tersebut, yang jelas, kopi saat ini adalah salah satu minuman terpopuler di dunia dengan jumlah peminum mencapai 1 miliar jiwa.
Lantas, apakah kopi memang punya manfaat bagi tubuh manusia? Seberapa sehatkah sebenarnya minuman yang satu ini?
Manfaat Kopi
Frank Hu, Kepala Departemen Nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, pernah menulis seperti ini, "Dari bukti-bukti yang selama ini sudah ada, kami yakin bahwa kopi lebih punya banyak manfaat ketimbang mudarat. Bagi kebanyakan orang, konsumsi kopi secara wajar (2-5 cangkir per hari) bisa dimasukkan ke dalam diet yang sehat."
Dikutip dari Healthline, ada setidaknya sembilan manfaat kopi bagi tubuh manusia, mulai dari menaikkan level energi, menjaga berat badan, sampai meningkatkan performa atletik. Syaratnya, sama seperti yang diucapkan Hu, kopi harus dikonsumsi dengan dosis yang tepat dan, terutama, tidak berlebihan.
Di dalam kopi, terdapat kafein, sebuah stimulan untuk otak bagian tengah yang telah terbukti mampu melawan rasa lelah sekaligus meningkatkan level energi. Cara kerjanya, kafein memblokir reseptor dari sebuah neurotransmitter bernama adenosin untuk meningkatkan level dari neurotransmitter lain dalam otak yang mengatur level energi, termasuk dalam melepaskan zat dopamin.
Ada sebuah riset yang diterbitkan di National Library of Medicine Amerika Serikat pada 2018. Di sana, disebutkan bahwa konsumsi kopi dapat memperpanjang waktu bagi para pesepeda sebanyak 12 persen sebelum akhirnya mereka merasa kelelahan. Riset lainnya, dari sumber yang sama, menyatakan bahwa kopi dapat meningkatkan kemampuan para pemain golf karena berkurangnya rasa lelah.
Salah satu olahragawan yang terkenal sebagai pengonsumsi kopi adalah Jamie Vardy, mantan penyerang Timnas Inggris yang sukses membawa Leicester City juara Premier League pada 2016. Sebelum berlatih dan bertanding, Vardy selalu mengonsumsi kafein dalam wujud kopi dan Red Bull untuk mendongkrak performa. Hasilnya, pergerakan Vardy selalu eksplosif di lapangan dan ini membantu dirinya meraih titik tertinggi dalam karier.
Manfaat kopi seperti yang dirasakan Vardy itu pun tidak cuma bisa dinikmati para profesional. Orang biasa pun sudah terbukti bisa merasakan manfaat yang sama. Kopi terbukti mampu meningkatkan kecepatan bergerak serta kekuatan saat beraktivitas fisik. Menariknya lagi, hal ini bisa dirasakan semua orang dengan kondisi fisik apa pun, termasuk yang mengalami kelebihan berat badan.
Dari sini, kopi pun bisa membantu menjaga bahkan menurunkan berat badan. Sebab, dengan meminum kopi, seseorang akan memiliki energi ekstra dan itu bisa dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas fisik. Dengan melakukan aktivitas fisik, pembakaran kalori dalam tubuh akan lebih besar dan, efeknya, berat badan pun bisa di-maintain dengan baik.
Selain melawan kelelahan dan mendongkrak performa atletik, kafein dalam kopi ternyata juga mampu menurunkan risiko berbagai penyakit neurodegenerative macam Parkinson's dan Alzheimer's. Meski begitu, ada senyawa kimia selain kafein dalam kopi yang juga berpengaruh pada pencegahan penyakit-penyakit tersebut yaitu eicosanoyl-5-hydroxytryptamide (EHT).
Tak lupa, dopamin yang dihasilkan dari reaksi kafein dengan otak bagian tengah tadi juga ampuh melawan depresi. Sebab, dopamin adalah hormon yang bisa membuat kita merasakan kebahagiaan. Risiko mengalami depresi setidaknya menurun sebanyak 8 persen hanya dengan mengonsumsi kopi secara rutin dengan dosis yang tepat.
Selain itu, kopi juga punya kemampuan unik untuk menjaga fungsi sel beta dalam pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Antioksidan yang terdapat dalam kopi pun bermanfaat membuat sensitivitas insulin meningkat. Dengan demikian, tingkat gula darah kita akan teregulasi dengan baik dan, secara otomatis pula, risiko terkena diabetes bakal berkurang dengan sendirinya.
Tak hanya diabetes, risiko terkena penyakit jantung juga bakal menurun berkat konsumsi kopi. Menurut riset yang diterbitkan di European Journal of Preventive Cardiology, jantung orang yang rutin minum kopi cenderung lebih sehat. Meski begitu, belum diketahui alasan pastinya.
Sejauh ini, ilmuwan baru bisa memperkirakan bahwa kandungan polifenol, yang mampu mengurangi stres oksidatif, adalah penyebab di baliknya.
Terakhir, kesehatan hati juga bakal meningkat dengan konsumsi kopi. Tak cuma efektif mencegah kanker hati, kopi juga dapat mengurangi risiko terjadinya kerusakan hati seperti timbulnya luka dan sirosis hati. Pencegahan sirosis ini terjadi karena ketika kafein dicerna oleh tubuh, sebuah zat kimia bernama paraxanthine akan dihasilkan dan zat inilah yang kemudian berfungsi memperlambat tumbuhnya jaringan parut pada hati.
Pilihan Kopi
Lalu, apakah semua jenis kopi mampu memberikan manfaat seperti yang telah disebutkan di atas? Jawabannya adalah ya, bahkan termasuk kopi instan sekalipun. Namun, konsumsi kopi instan memang perlu sangat dibatasi karena keberadaan zat-zat lain di dalamnya, terutama gula.
Dalam satu saset kopi instan, biasanya terdapat 13 gram gula. Padahal, anjuran konsumsi gula per harinya adalah 50 gram menurut Kementerian Kesehatan RI. Dengan demikian, alih-alih menjaga berat badan dan mencegah diabetes, kopi instan yang dikonsumsi berlebihan justru bisa membuat seseorang terkena obesitas serta penyakit gula.
Selain itu, risiko sakit jantung juga bisa jadi akan meningkat karena ada beberapa jenis kopi instan yang ditambahkan krimer. Krimer sendiri mengandung lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol jahat. Apabila terjadi penumpukan kolesterol jahat, terjadilah hipertensi yang kemudian bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
Nah, dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa kopi sebenarnya menyehatkan tubuh. Akan tetapi, selain harus dikonsumsi dalam dosis wajar, sebaiknya kopi tidak dikonsumsi dengan tambahan-tambahan lain seperti gula dan krimer dalam jumlah besar. Sebab, alih-alih mendatangkan manfaat, tambahan-tambahan itulah yang kemudian menjadikan kopi sebagai minuman "jahat".
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi