Menuju konten utama

Dampak Durhaka kepada Orang Tua dan Pengaruhnya terhadap Anak

Pengaruh durhaka kepada orang tua dalam kehidupan anak sangat. Salah satunya dosa besar yang diterimanya. Simak penjelasan lengkapnya di artikel ini.

Dampak Durhaka kepada Orang Tua dan Pengaruhnya terhadap Anak
Ilustrasi durhaka kepada ibu. foto/IStockphoto

tirto.id - Durhaka kepada orang tua, atau yang disebut dengan uququl walidain, merupakan perilaku tidak terpuji berupa melawan perintah orang tua, mengabaikan, menyakiti, meremehkannya. Durhaka pada orang tua juga termasuk perbuatan memandang orang tua secara hina, mengucapkan kata-kata kotor atau kasar, dan sebagainya.

Umar Hasyim dalam buku Anak Saleh (2000) menyatakan, orang tua memiliki kedudukan yang sangat istimewa sehingga anak harus menghormati dan patuh terhadap perintah orang tua.

Hal tersebut selaras dengan sabda Nabi Muhammad saw. dalam hadis riwayat Al-Tirmidzi yang menyatakan bahwa keridaan Allah sangat bergantung pada rida orang tua. Sebaliknya, kemurkaan Allah juga dipengaruhi oleh murka orang tua. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dampak durhaka kepada orang tua dapat memicu murka Allah Swt.

Lantas, apa pengaruh durhaka kepada orang tua dalam kehidupan seorang anak?

Dampak Durhaka kepada Orang Tua Menurut Islam

Islam menekankan pentingnya berbuat baik atau birrul walidain sebagai wujud syukur, penghargaan, dan ibadah kepada Allah. Sebaliknya, setiap muslim dilarang berperilaku durhaka kepada orang tua.

Durhaka kepada orang tua dapat terjadi karena berbagai alasan seperti ketidakpatuhan terhadap perintah bapak dan ibu, ketidakpahaman terhadap nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Islam, atau kurangnya penghargaan terhadap jasa dan kasih sayang orang tua.

Sementara itu, akibat durhaka kepada orang tua dapat merugikan baik segi moral maupun spiritual. Menurut ajaran Islam, durhaka terhadap orang tua bukan hanya termasuk pelanggaran terhadap hak-hak orang tua, tetapi juga dosa yang dapat memiliki konsekuensi serius di dunia dan akhirat.

Nur I’anah, dalam Jurnal UGM Buletin Psikologi Vol. 25, No. 2 (2007), menjelaskan pengaruh durhaka kepada orang tua dalam kehidupan seorang anak berdasarkan konsep Birr al-Walidain.

1. Melanggar kewajiban agama

Durhaka kepada orang tua merupakan pelanggaran terhadap kewajiban agama dalam Islam. Allah Swt. memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai bentuk rasa syukur atas kasih sayang dan pengorbanan mereka.

2. Kekurangan dalam ibadah

Ganjaran untuk anak yang durhaka kepada orang tua juga berkaitan dengan pahala dan amal ibadah. Tindakan durhaka dapat mengakibatkan kekurangan dalam ibadah. Kebaikan kepada orang tua dianggap sebagai bentuk ibadah yang diterima oleh Allah. Sebaliknya, durhaka dapat mengurangi pahala amal perbuatan seseorang.

3. Gangguan kesejahteraan hidup

Dalam ajaran Islam, durhaka dapat membawa dampak buruk terhadap kesejahteraan hidup seseorang. Pelanggaran terhadap hak-hak orang tua dapat menciptakan ketidakharmonisan dalam keluarga dan dapat mengakibatkan ketidakberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kehilangan kasih sayang Allah

Durhaka terhadap orang tua juga dapat menyebabkan kehilangan kasih sayang Allah. Allah menempatkan kedua orang tua dalam posisi yang sangat tinggi, dan dengan durhaka, seseorang dapat merugikan dirinya sendiri dengan kehilangan rahmat dan kasih sayang Allah.

5. Dijauhi teman

Selain empat poin di atas, pengaruh durhaka kepada ibu juga berkaitan dengan mental anak. Anak yang durhaka kepada orang tua berpotensi dijauhi oleh teman-temannya yang baik. Dengan demikian, anak durhaka akan menjadi kesepian dan tidak memiliki teman-teman yang baik.

Hukum Durhaka kepada Orang Tua

Dalam ajaran agama Islam, Allah melarang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya, termasuk dengan menyakiti hati keduanya. Hal yang sama juga berlaku jika sakit hati orang tua disebabkan oleh sikap anak yang menolak ajakan untuk beriman kepada Allah.

Seperti dikutip dari skripsi Ro’issul Ulfah Anugraini berjudul "Konsep Birr Al-Walidain yang Terkandung dalam Al-Quran Surat Al-Ahqaf ayat 15-18 Perspektif Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab" (2021), Allah menyatakan akan memberikan azab yang amat pedih kepada anak yang bersikap durhaka pada orang tua, sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Ahqāf ayat 17-18.

Dua ayat tersebut menggambarkan, perilaku durhaka terhadap orang tua disamakan dengan tindakan musyrik. Mereka dianggap sebagai individu yang terpencil dari kebenaran dan kebajikan.

Dalam ayat tersebut disebutkan pula bahwa mereka pasti akan menerima siksaan Allah bersama dengan umat-umat sebelum mereka, termasuk kelompok jin dan manusia yang juga melakukan durhaka. Secara keseluruhan, mereka dianggap sebagai orang-orang yang merugi dan celaka.

Berikut redaksi dua ayat dalam Surat Al-Ahqaf tersebut:

وَالَّذِيْ قَالَ لِوَالِدَيْهِ اُفٍّ لَّكُمَآ اَتَعِدَانِنِيْٓ اَنْ اُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُوْنُ مِنْ قَبْلِيْۚ وَهُمَا يَسْتَغِيْثٰنِ اللّٰهَ وَيْلَكَ اٰمِنْ ۖاِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّۚ فَيَقُوْلُ مَا هٰذَآ اِلَّآ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ

Artinya: "Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". (QS Al-Ahqāf ayat 17)

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِيْٓ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا خٰسِرِيْنَ

Artinya: "Mereka itu orang-orang yang telah pasti terkena ketetapan [azab] bersama umat-umat dahulu sebelum mereka, dari [golongan] jin dan manusia. Mereka adalah orang-orang yang rugi." (QS QS Al-Ahqāf ayat 18)

Cara Menebus Dosa Durhaka kepada Orang Tua

Dirangkum dari skripsi berjudul "Konsep Pembinaan Birrul Walidain dalam Al-Qur’an" (2017) oleh Irfan Rafiq Bin Shaari, cara menebus dosa durhaka kepada orang tua dapat dilakukan dengan kembali berbakti pada orang tua. Para ulama menguraikan cara tersebut dalam beberapa perilaku berikut.

1. Taat pada perintah orang tua

Anak diwajibkan untuk patuh terhadap perintah orang tua, kecuali jika perintah tersebut berkaitan dengan kemaksiatan.

2. Merendahkan diri kepada orang tua

Sikap rendah hati dan tawadu di hadapan orang tua menjadi cara efektif untuk menebus dosa durhaka.

3. Tidak berkata kasar dan menyinggung perasaan

Pemilihan kata yang sopan dan menghindari ucapan kasar juga termasuk upaya menebus dosa durhaka.

4. Memberi nafkah

Anak memiliki kewajiban memberikan nafkah kepada orang tua, baik secara materi maupun perhatian.

5. Doa dan ampunan bagi orang tua yang sudah meninggal

Jika orang tua sudah wafat, anak dianjurkan untuk senantiasa mendoakan dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang pernah dilakukan.

6. Melaksanakan wasiat mereka

Anak diharapkan memenuhi wasiat orang tua setelah mereka meninggal sebagai wujud penghormatan.

7. Menjaga silaturahmi dengan kerabat orang tua

Menyambung hubungan dengan keluarga dan menghormati teman-teman orang tua juga termasuk dalam upaya menebus dosa durhaka.

Baca juga artikel terkait HARI IBU atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin