Menuju konten utama

Ada nama Relawan Jokowi, HMI, HTI di Balik Tabloid Pilpres 2019

Tahun politik 2019 adalah musim tabloid politik.

Ada nama Relawan Jokowi, HMI, HTI di Balik Tabloid Pilpres 2019
Ilustrasi Panen Tabloid Politik 2019. tirto.id/Lugas

tirto.id - Tak cuma tabloid Indonesia Barokah yang disebarkan ke masjid-masjid dan pesantren-pesantren di pelbagai daerah. Badan Pengawas Pemilu Jawa Barat menemukan tiga tabloid sejenis. Mereka adalah Pesantren Kita, Media Umat, dan buletin Kaffah.

Pesantren Kita tersebar di antaranya di Banten, Sukabumi (Jawa Barat), Mojokerto (Jawa Timur), dan Pamekasan (Madura). Media Umat dan Buletin Kaffah tersebar di pesantren dan masjid di Kabupaten Bogor.

Bawaslu Jakarta juga mendapati penyebaran tabloid lain bernama Pembawa Pesan di Kelurahan Cipendak dan Jagakarsa. Tabloid ini disebar bersamaan selebaran kampanye calon legislator DPRD Jakarta Findri Puspitasari dari PDI Perjuangan.

Selain itu, ada juga tabloid Kerja Nyata.

Tabloid-tabloid ini muncul sewaktu Bawaslu meminta polisi mengusut penyebaran Indonesia Barokah, akhir Januari 2019.

Relawan Jokowi di Belakang 'Kerja Nyata' & 'Pembawa Pesan'

Tabloid Kerja Nyata diluncurkan pada Oktober 2018 di Rumah Aspirasi Jokowi-Ma'ruf, Jalan Proklamasi No. 46, Menteng, Jakarta Pusat. Peluncurannya dihadiri oleh Hanif Dhakiri, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi saat ini. Penerbitannya untuk menangkal serangan orang-orang yang ingin menjatuhkan Jokowi serta menyosialisasikan "kerja nyata" sang presiden.

Rencananya tabloid ini diedarkan di Kelurahan Lenteng Agung, tapi Bawaslu Jakarta Selatan melarangnya. Di acara deklarasi Bravo Cijantung, barisan jenderal purnawirawan pendukung Jokowi-Ma’ruf, Kerja Nyata dibagi-bagikan kepada para relawan dan wartawan.

Alamat redaksi Kerja Nyata menempati rumah di Jl. Cirebon No. 23, Menteng, Jakarta Pusat. Pemimpin umumnya adalah Muhammad Yamin, yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sekretaris Nasional Jokowi. Pemimpin redaksinya ialah Arie Santoso. Tabloid ini memiliki empat pewarta dan satu fotografer. Mereka adalah Arifin, Jiem Nales, M. Ilman Suryaman, Mudiani, dan Toto (fotografer).

M. Yamin mengklaim orang-orang di susunan redaksi adalah "anggota Seknas, mereka bekerja sebagai relawan.” Mereka tetap menerima upah tapi kisarannya sebatas relawan.

Ia juga mengklaim pendanaan Kerja Nyata berasal dari patungan para relawan.

Tabloid ini sudah masuk terbitan kedelapan dan dibagikan gratis, ujar Yamin. Ia mengklaim sejak edisi keempat, pencetakan tabloid melonjak empat kali lipat.

Yamin berkata tabloid hanya dicetak 20 ribu eksemplar. “Tapi sekarang 100 ribu eksemplar,” ujarnya.

“Kami bagi-bagikan gratis karena ini adalah media untuk menyosialisasikan kerja Pak Jokowi,” kata Yamin. “Ini murni kerja kolektif relawan.

Sementara tabloid Pembawa Pesan, yang ditemukan di wilayah Jakarta Selatan, disebar oleh relawan Caleg PDIP Findri Puspitasari pada 27 Januari 2019. Para relawan itu juga membagikan kalender dan stiker memuat foto sang caleg serta petunjuk pemilihan.

“Ada 15 tabloid yang kami temukan,” ujar Ardhana Ulfa Azis, anggota Bawaslu Jakarta Selatan, kepada Tirto. “Menurut pengakuan kurir kepada warga, target mereka 50 eksemplar untuk sekali pengiriman."

Puspitasari dipanggil oleh Bawaslu Jakarta Selatan soal penyebaran tabloid tersebut. Namun, Bawaslu tak menemukan Puspitasari melakukan pelanggaran kampanye. Meski begitu, tim penegakan hukum terpadu Bawaslu membawa tabloid Pembawa Pesan ke Dewan Pers guna memastikan isi tabloid tidak memuat materi kampanye.

Puspitasari membenarkan tabloid itu disebarkan relawannya kepada warga. Menurut dia, sebagai pendukung Jokowi-Ma'ruf, wajar belaka tim partai pengusung "menyosialisasikan" program kandidat petahana itu. Ia menerima file Pembawa Pesan dalam bentuk PDF lalu dicetaknya.

“Tabloid itu dibuat oleh relawan Jokowi,” kata Puspitasari, yang enggan mengungkap siapa relawan di balik Pembawa Pesan. “Pembawa pesan adalah metode canvasing yang saya buat. Salahnya di mana? Orang tidak ada yang salah, kok."

Alamat redaksi Pembawa Pesan merujuk sebuah kantor di The Promenade Building, Jalan Warung Buncit Raya, No. 98 Lot 2-3, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ketika kami ke sana, kantor itu tanpa penghuni. Alamat itu adalah markas eks Relawan Sejuta Teman Ahok, yang kemudian berubah nama menjadi Relawan Sejuta Teman buat mendukung Jokowi-Ma'ruf.

Seorang staf PT Graha Jaya Sentosa, perusahaan yang mengurusi Promenade Building, mengatakan gedung ini memang pernah dihuni oleh relawan Sejuta Teman Ahok. Tapi ia tidak mengetahui ada di situ jadi kantor sebuah redaksi tabloid.

Gedung itu, katanya, disewa atas nama Cyrus Network, lembaga survei dan konsultan politik yang pernah menangani pemolesan citra politik Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI Jakarta 2012.

Namun, sejak 28 Januari, baik Cyrus maupun Relawan Sejuta Teman pindah dari sana karena gedung Promenade kini dibeli oleh Yayasan Mercubuana milik Probosutedjo, pengusaha lingkaran keluarga Soeharto yang meninggal pada 26 Maret 2018.

Muhammad Fathony, koordinator Relawan Sejuta Tema, membantah berada di balik pembuatan Pembawa Pesan. Saat ini Relawan Sejuta Teman lebih banyak bergerak di sosial media, katanya.

“Enggak tahu kalau mengenai hal itu (Pembawa Pesan), karena bukan Sejuta Teman yang memproduksi tabloid tersebut,” kata Fathony kepada Tirto.

Hasan Nasbi Batupahat, pendiri sekaligus CEO Lembaga Survei Cyrus Network, tidak merespons upaya konfirmasi Tirto mengenai penerbitan Pembawa Pesan. Hasan tidak membalas pesan kami ke nomor ponselnya.

Infografik HL Indepth Tabloid Indonesia Barokah

Infografik Tsunami Tabloid Pilpres 2019. tirto.id/Lugas

Jaringan Alumni HMI di Belakang 'Pesantren Kita'

Sebagaimana tertera dalam kolom redaksi, Pesantren Kita beralamat di Jalan Kayu Manis VIII, Gg. Sengon IV, Matraman, Jakarta Timur. Lokasinya di tengah permukiman padat, dekat dari Pasar Pramuka. Cukup sulit ditemukan karena redaksi tidak mencantumkan alamat nomor rumah.

Tabloid ini berkantor di sebuah rumah petak berlantai dua seukuran 30-an meter. Di lantai dasar, tabloid yang kini dilarang beredar oleh Bawaslu itu menumpuk di atas meja. Ada dapur dengan perkakas kotor. Tak ada peralatan kantor.

Kami ditemani Achmad Haqqi, Masyhur, dan Miftahul Arifin--wartawan Pesantren Kita--ketika berjanji menemui Mohammad Sofa, pemimpin redaksinya.

Mereka berkata rumah petak ini disewa sejak enam bulan lalu. Ia jadi tempat rapat sekaligus mengerjakan tugas orang-orang di Pesantren Kita.

“Kalau untuk penjelasan, nanti Bang Sofa saja,” kata Miftahul.

M. Sofa berkata kepada kami bahwa "tidak ada yang kami tutup-tutupi" dari tabloid Pesantren Kita.

Orang-orang di belakang Pesantren Kita adalah alumni Himpunan Mahasiswa Islam, yang sebagian pernah terlibat dalam Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI). Nama-nama mereka termasuk Akhir Abdilah, eks-HMI Kendari; Mafatikhul Habibi, alumni LAPMI HMI di Semarang; dan Naila Fitria, Sekjen PBB HMI.

“Tawaran itu sudah ada saat saya menjabat. Tapi baru saya kerjakan setelah melepas jabatan di HMI,” kata Sofa, yang pernah menjabat Direktur Badan Koordinasi LAPMI HMI periode 2016-2018.

Penerbit Pesantren Kita adalah PT Pemalang Berdikari Jaya, beralamat di Jl. Piere Tendean, RT 02/ RW 06, Kelurahan Banjardawa, Kecamatan Taman, Pemalang, Jawa Tengah.

Sahamnya dimiliki Irfandi Syamsuddin dan Synta. Modal awalnya Rp50 juta dan berdiri pada April 2018. Tabloid ini terafiliasi dengan g-news.id, portal berita yang berbasis di Pemalang.

"G-News dikelola sendiri, pesantren dikelola sendiri,” ujar Sarwo Edy, pemimpin redaksi g-news.id kepada Tirto. Ia membenarkan kedua media itu di bawah payung PT Pemalang Berdikari Jaya.

“Kalau untuk pesantren, silakan tanya Bang Sofa,” ujarnya.

Dalam Direktorat Administrasi Hukum, Kementerian Hukum dan HAM, PT PT Pemalang Berdikari Jaya adalah perusahaan yang menggarap banyak bidang usaha, termasuk penerbitan, konsultan, konstruksi, hingga perdagangan dan pertanian.

Per lembar sahamnya senilai Rp100 ribu dan hanya dimiliki Irfandi Syamsuddin dan Syanta. Nama Synta tercatat sebagai pemimpin umum g-news.id.

Sarwo Edy menolak memberi nomor seluler Irfandi maupun Synta untuk kami konfirmasi lanjutan tentang g-news.id, yang diluncurkan April 2018, dan Pesantren Kita yang didirikan pada Agustus 2018.

M. Sofa mengklaim terbitan perdana Pesantren Kita pada November 2018 dicetak 22.000 eksemplar dan dibagi gratis ke seluruh pesantren via PT Pos Indonesia.

Ia juga berdalih Pesantren Kita "tidak ada hubungan dengan Pilpres 2019, apalagi dengan Indonesia Barokah."

Tapi mengapa laporan-laporan Pesantren Kita mengangkat lebih banyak program Jokowi?

Sofa beralasan karena Presiden Jokowi yang memiliki program terkait pesantren. “Tapi siapa pun presidennya nanti, kalau itu berkaitan dengan pesantren, akan kita tulis,” katanya, menambahkan Pesantren Kita akan terus terbit setelah Pilpres 2019.

'Media Umat' dan 'Kaffah' Terafiliasi dengan HTI

Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, selain tersebar Tabloid Indonesia Barokah, belakangan Badan Pengawas Pemilu menemukan tabloid serupa Indonesia Barokah yang juga sama menyasar pesantren dan masjid-masjid. Tabloid itu ialah “Media Umat” dan “Buletin Kaffah”.

Tabloid Media Umat berdiri sejak 2008 dan diketahui Bawaslu beredar di Kabupaten Bogor. Media ini terafiliasi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi kemasyarakatan yang dibubarkan oleh pemerintahan Jokowi pada Juli 2017.

Edisi terbaru tabloid ini dicetak pada Desember 2018 dan menampilkan halaman utama Reuni 212, mobilisasi politik di panggung Pilkada Jakarta 2017 yang berhasil menuntut pemenjaraan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama atas dakwaan "penodaan agama".

Pada edisi 24 Agustus-6 September, tabloid ini menampilkan halaman utama dengan foto Joko Widodo dan Ma'ruf Amin serta Megawati dengan judul “Pilpres 2019: Politisasi Ulama?”. Ia juga pernah merilis laporan berjudul “Freeport: Bohong Besar Rezim Jokowi”.

Pemimpin redaksinya adalah Farid Wadjdi, koordinator DPP HTI saat aksi demonstrasi di depan Balai Kota Jakarta pada 2013. Ia juga menjadi saksi fakta dalam sidang pembekuan HTI oleh pemerintah di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada 2017. Farid juga pernah hadir sebagai saksi dalam sidang uji materi PP Pengganti UU 2/2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas) di Mahkamah Konstitusi.

Penerbit Media Umat adalah Pusat Kajian Islam dan Peradaban. Pemimpin perusahaannya Anwar Iman, yang dikenal oleh kalangan HTI bernama Suwarno alias M. Anwar Iman. Ia pernah menjabat Direktur Agricultural Policy Watch dan Ketua DPP HTI.

Alamat kantor redaksinya di Gedung Menara 165 Lantai 4, Jalan TB Simatupang, Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Sebelum vakum berbarengan pembekuan HTI, tabloid memiliki versi daring www.mediaumat.com, juga berhenti beroperasi.

Belakangan, Ia aktif kembali, baik versi daring maupun cetak. Versi cetak dijual seharga Rp8.000 untuk pulau Jawa dan Rp11.000 untuk luar Jawa. Sementara versi online Tabloid kini beralamat di www.mediaumat.news.

Sebagaimana temuan Bawaslu Jawa Barat, tabloid Media Umat tersebar di masjid dan pesantren, dengan menggunakan jasa kurir dan ojek online.

Farid Wadjdi, pemimpin redaksi Media Umat, meluruskan tudingan Bawaslu yang menyebut surat kabarnya mirip Indonesia Barokah dan terkiat dengan Pilpres 2019.

“Tabloid ini sudah lama, artinya apa kita tidak ada hubungan dengan Pilpres sekarang ini?” ujarnya.

Ia berkata pandangan kritis redaksi terhadap pemerintahan Jokowi bukan kali pertama dilakukan mereka. “Di masa SBY, kami juga banyak mengkritik kebijakan-kebijakannya,” kata Farid.

Farid berkata Media Umat tak ada relasi secara organisasi dengan HTI. “Bahwa di situ ada teman-teman Hizbut Tahrir yang mengelolanya, iya benar,” ujar pria yang masih aktif sebagai anggota HTI ini.

Sementara buletin Kaffah juga terafiliasi dengan HTI. Redaksinya beralamat di Jalan Pancoran Barat I No. 12B, Jakarta Selatan. Edisi teranyar buletin ini terbit pada 8 Februari 2019 dengan judul “Siapa Pemimpin Diktator?”.

Pada 21 Januari, ia merilis artikel berjudul "Stop Mendukung Penguasa Gagal dan Ingkar Janji". Menampilkan foto Jokowi yang sedang membagikan kaus kepada warga, artikel itu menuding kegagalan pemerintahan Jokowi, dari utang hingga PHK pekerja.

Buletin ini terbit setiap Jumat, dan ikut ditautkan di situsweb Media Umat.

Sejatinya, ia adalah bentuk baru dari buletin Al-Islam milik HTI, media publikasi pertama HTI yang dijual Rp20 ribu dan menjadi sumber pendanaan. Sebarannya dari Jawa hingga luar Jawa.

Farid mengatakan, isi Kaffah "menarik" sehingga ditautkan di laman Media Umat. Tapi, ia mengklaim kedua media ini “berdiri sendiri-sendiri.”

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Politik
Reporter: Arbi Sumandoyo & Mawa Kresna
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam