tirto.id - Anggota Wantimpres Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar hadir dalam acara deklarasi dukungan relawan Bravo Cijantung untuk pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin di Pilpres 2019. Acara itu juga dihadiri oleh warga kompleks Cijantung yang mayoritas berasal dari keluarga TNI.
Dalam kesempatan itu, Agum mengatakan, Jokowi layak memimpin Indonesia selama dua periode. Alasannya, kata Agum, Jokowi adalah orang yang sederhana, merakyat, tidak arogan, dan bisa menjadi kepala pelayan masyarakat.
Agum mengatakan, selama ini Cijantung memang identik dengan nama Kopassus. Tetapi, menurut dia, Cijantung tidak bisa diidentikkan dengan salah satu komandan saja.
"Jadi tidak benar kalau Cijantung dikonotasikan sebagai satu hanya Kopassus di situ dan hanya seorang komandan, satu komandan," kata Agum yang pernah menjadi Danjen Kopassus itu di Pasar Rebo, Jakarta, Selasa (5/2/2019).
Sebagai informasi, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto juga merupakan mantan Danjen Kopassus. Selama aktif di Kopassus, Prabowo dipanggil dengan kode 08. Kode tersebut melekat meskipun Prabowo sudah tidak lagi aktif di Kopassus.
Agum mengatakan, ada banyak orang yang pernah aktif sebagai komandan Kopassus, seperti Sintong Pandjaitan, Sarwo Edhy dan Agum sendiri. Menurut dia, setiap komandan juga memiliki semangat untuk membangun Kopassus lebih baik.
Namun, sebagai Ketua Umum Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI-Polri (Pepabri), Agum menegaskan, organisasi yang dipimpinnya itu tetap netral di Pilpres 2019 nanti. Akan tetapi, Agum mempersilakan setiap anggota untuk menyatakan dukungannya kepada salah satu paslon.
"Saya Ketua Umum Pepabri. Saya sudah koordinasi dengan PPAD, PPAL, dan PPAU Polri dan Veteran bahwasanya kita sebagai organisasi Pepabri, PPAD PPAL, PPAU sebagai satu kelembagaan kita akan bersikap netral sebagai lembaga," kata Agum.
Agum menyebut wajar apabila ada perbedaan pilihan. Setiap orang boleh mendukung paslon dan menggunakan hak pilih dalam Pemilu 2019. Agum berharap, masyarakat bisa kembali bersatu usai Pilpres 2019.
"Perbedaan memilih ini harus berakhir dan akan berakhir ketika pilpres berakhir. Begitu pilpres berakhir tidak ada lagi perbedaan. Hormati apa pun yang menjadi keputusan demokrasi," ucap Agum.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Alexander Haryanto