Menuju konten utama

Thailand Tuding Kamboja Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata

Thailand tuding Kamboja melanggar kesepakatan gencatan senjata. Simak alasan tudingan Thailand serta pernyataan kedua negara.

Thailand Tuding Kamboja Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata
Seorang tentara Kamboja berdiri di atas truk yang membawa peluncur roket BM-21 buatan Rusia yang melaju di sepanjang jalan di Provinsi Oddar Meanchey pada 25 Juli 2025.. (Foto oleh TANG CHHIN Sothy / AFP)

tirto.id - Militer Thailand menuding Kamboja telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui pada Senin (28/7/2025). Kamboja dituduh memulai bentrokan di Provinsi Sisaket, Thailand, dekat perbatasan.

Tudingan tersebut diumumkan pihak militer Thailand pada Selasa (29/7) malam. Ini merupakan kali kedua Thailand menyatakan tudingan kepada Kamboja sejak Senin.

Melansir BBC Thailand, militer Thailand menyatakan bahwa pelanggaran ini merupakan perilaku yang tidak menghormati kesepakatan internasional.

"Tindakan tentara Kamboja kali ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata. Ia adalah kedua kalinya setelah perjanjian tersebut berlaku," tulis pernyataan militer.

Meskipun begitu, Kementerian Luar Negeri Thailand mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan tetap berkomitmen menyelesaikan situasi ini secara damai.

"Dan kami menyerukan kepada Kamboja untuk segera mengakhiri semua pelanggaran perjanjian gencatan senjata dan kembali sepenuhnya mematuhi perjanjian tersebut," bunyi pernyataan Kemlu Thailand.

Alasan Thailand Tuding Kamboja Langgar Gencatan Senjata

Tudingan Thailand atas pelanggaran perjanjian yang dilakukan Kamboja didasari atas tiga bentrokan yang terjadi di wilayah Provinsi Sisaket, dekat perbatasan yang diperebutkan.

Menukil media Thairath, sepanjang Selasa hingga Rabu (30/7), militer Thailand mendapatkan laporan dari unit di wilayah Sisaket tentang tiga serangan tentara Kamboja.

Serangan pertama diklaim dimulai Kamboja di wilayah Chong Khan Ma pada Selasa malam sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Tentara Kamboja disebut menggunakan senjata api ringan untuk menyerang pos militer Thailand.

Serangan kedua diklaim terjadi di wilayah Khao Phra Wihan, Phu Makhuea, dan Huai Ta Maria di Sisaket pada Selasa malam sekitar pukul 22.00 waktu setempat.

Tentara Kamboja dilaporkan melakukan serangan secara terus menerus dengan senjata ringan dengan peluncur granat yang siap sedia. Pihak Thailand menyebut bahwa mereka perlu menggunakan hak untuk merespons demi melindungi diri dari tembakan.

Serangan ketiga terjadi di Pha Mo E Daeng, Provinsi Sisaket pada Senin dini hari sekitar pukul 05.17 waktu setempat. Pihak Thailand mengaku mendapat serangan berupa lemparan granat tentara Kamboja ke wilayah perbatasan dengan Thailand.

Tiga serangan tersebut merupakan alasan mengapa militer Thailand kembali menuding Kamboja melanggar perjanjian gencatan senjata. Namun, Kamboja menolak tuduhan tersebut.

Kamboja Bantah Tudingan Langgar Gencatan Senjata

Kamboja membantah telah langgar kesepakatan gencatan senjata. Negara tersebut juga bersikeras bahwa mereka memegang teguh hasil kesepakatan tersebut. Hal tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Kamboja lewat pernyataan tertulis pada Rabu.

"Pemerintah Kerajaan Kamboja dengan tegas menolak tuduhan menyesatkan dan rekayasa yang mendistorsi perdamaian abadi," tulis pernyataan tersebut.

Dalam keterangannya itu, Kamboja juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk melanggar kesepakatan gencatan senjata.

"Tujuan utama kami adalah memastikan perdamaian tidak hanya terwujud, tetapi juga lestari, demi kepentingan kedua negara dan stabilitas seluruh kawasan," tulis mereka.

Sementara itu, mengutip Kampuchea Thmey Daily, Menteri Luar Negeri Kamboja, Chum Sounry, menyatakan bahwa negaranya akan menyelesaikan sengketa secara damai.

"[Kamboja] akan terus terlibat secara konstruktif dengan Thailand untuk mencapai perdamaian abadi," katanya.

Sebelumnya, gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja tercapai pada Senin lalu. Sesuai perjanjian tersebut, gencatan senjata ini berlaku efektif mulai Senin tengah malam.

Perjanjian tersebut tercapai setelah Penjabat (Pj) Perdana Menteri (PM) Thailand, Phumtham Wechayachai, dan PM Kamboja, Hun Manet, datang secara langsung dalam pertemuan yang diadakan di kediaman PM Malaysia, Anwar Ibrahim, di Putrajaya, Malaysia.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Flash News
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan