Menuju konten utama

Tarif Resiprokal AS untuk Indonesia Berlaku Mulai 7 Agustus 2025

Airlangga mengklaim bahwa Indonesia bersama Malaysia, Thailand dan Filipina menjadi negara dengan tarif terendah di ASEAN.

Tarif Resiprokal AS untuk Indonesia Berlaku Mulai 7 Agustus 2025
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan keterangan pers terkait Joint Statement Indonesia-Amerika Serikat di Jakarta, Kamis (24/7/2025). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/agr

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan tarif resiprokal 19 persen yang dikenakan Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia akan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025. Pemberlakuan tarif perdagangan untuk Indonesia ini sama dengan banyak negara mitra dagang AS lainnya, baik yang sudah selesai melakukan negosiasi maupun yang belum.

"Kan sudah diumumkan, 92 negara sudah di apa ... dan Indonesia kan seperti kita ketahui, sudah selesai (negosiasi tarif) dan berlaku tanggal 7 dan seluruh negara asean hampir selesai," ujar dia, kepada para pewarta, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (1/8/2025).

Dengan ditandatanganinya lembar fakta terbaru, Airlangga mengklaim bahwa Indonesia bersama Malaysia, Thailand dan Filipina menjadi negara dengan tarif terendah di ASEAN. Namun, pengecualian berlaku untuk Singapura yang dipukul tarif resiprokal Gedung Putih sebesar 10 persen.

“Karena beberapa negara ASEAN kan paling rendah, negara yang memang dengan AS relatif baik, ya (mendapat tarif resiprokal) 19 persen,” tambahnya.

Kendati mendapat tarif yang sama dengan beberapa negara tetangga, Airlangga mengaku masih optimis Indonesia dapat bersaing. Apalagi, Indonesia memiliki sektor-sektor unggulan yang berbeda dengan Thailand dan Malaysia, kendati ada beberapa yang memang memiliki kemiripan.

Namun, tak dipungkirinya India menjadi salah satu negara kompetitor terberat untuk Indonesia. Meski begitu, pemerintah bisa sedikit lebih lega karena India dikenakan tarif resiprokal sebesar 25 persen oleh Presiden AS Donald Trump.

“Kan, selama ini juga sama, punya competitiveness terhadap Thailand maupun Malaysia dan sektornya agak mirip, tapi ada perbedaan juga. Yang penting India agak tinggi sedikit,” katanya.

Sementara itu, untuk mengantisipasi semakin ketatnya persaingan antara dengan Malaysia dan Thailand, Indonesia haknya bisa berusaha untuk meningkatkan daya saing industri pada sektor-sektor yang mirip dengan kedua negara itu. Tidak haknya itu, Indonesia juga harus lebih meningkatkan daya saing dari beberapa komoditas yang diberi Trump tarif lebih rendah dari negara lain.

“Bahkan, untuk copper, concentrat copper, katode di nol kan. Jadi itu yang sejalan dengan pembicaraan untuk mineral strategis, antara lain copper, dan itu US sudah umumkan juga. Jadi, itu yang Indonesia sebut industrial commodities. Jadi secondary process sesudah ore, jadi sudah sejalan dengan apa yang kemarin diumumkan juga oleh secretary commerce dari White House,” jelas Airlangga.

Baca juga artikel terkait TARIF TRUMP atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra