Menuju konten utama
Sains Populer

Kanker Usus Besar di Usia Muda: Gen Z & Millenial Perlu Pahami

Studi menemukan kanker kolorektal (usus besar) bukan lagi penyakit lansia, kini juga mengancam Gen Z dan Milenial. Berikut hal-hal yang musti kita pahami.

Kanker Usus Besar di Usia Muda: Gen Z & Millenial Perlu Pahami
kanker usus besar. foto/istockphoto

tirto.id - Kanker usus besar, atau dikenal sebagai kanker kolorektal, belakangan semakin sering menyerang generasi muda. Jika dulu kanker jenis ini lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia lanjut, sekarang para dokter justru mulai melihat peningkatan kasus di kalangan Gen Z dan Millenial, bahkan di usia 20-an.

Pada Mei 2021, U.S. Preventative Services Task Force menurunkan usia rekomendasi untuk skrining kanker kolon dari 50 tahun menjadi 45 tahun.

Perubahan ini adalah respons terhadap meningkatnya jumlah diagnosis kanker kolon pada kelompok usia muda. Kasus seperti yang dialami oleh Chadwick Boseman, aktor utama dalam film Black Panther, yang meninggal akibat kanker kolon pada usia 43 tahun, menyoroti bahwa kanker kolon dapat menyerang siapa saja, bahkan mereka yang tampak sehat dan aktif. Boseman didiagnosis empat tahun sebelum kematiannya, menunjukkan bahwa deteksi dini sangat penting.

Mengapa Kasus Kanker Kolon Meningkat di Kalangan Anak Muda?

kanker usus besar

kanker usus besar. foto/istockphoto

Kanker kolorektal mencakup kanker kolon (usus besar) dan kanker rektum. Penyakit ini terjadi ketika sel-sel di kolon atau rektum tumbuh tidak terkendali. Pada awalnya, pertumbuhan abnormal ini biasanya berupa polip yang terbentuk di dalam kolon atau rektum, yang seiring waktu bisa berkembang menjadi kanker. Menurut American Cancer Society, risiko mengembangkan kanker kolorektal adalah sekitar 1 dari 23 untuk pria dan 1 dari 25 untuk wanita.

Kanker kolorektal adalah penyebab utama kematian akibat kanker di kalangan orang di bawah usia 50 tahun. Menurut Dr. Vikram Reddy dari Yale Medicine, data menunjukkan peningkatan jumlah pasien kanker kolorektal yang didiagnosis pada usia muda.

Pada tahun 2023, American Cancer Society (ACS) melaporkan bahwa 20% dari diagnosis kanker usus pada tahun 2019 terjadi pada mereka yang berusia di bawah 55 tahun. Angka ini dua kali lipat dibandingkan tahun 1995, dan diagnosis kanker usus besar pada orang berusia di bawah 50 tahun meningkat sebanyak 3% setiap tahun.

Faktanya lagi, menurut laporan American Cancer Society pada tahun 2024, kanker kolorektal telah naik dari peringkat keempat penyebab kematian akibat kanker baik pada pria maupun wanita di bawah usia 50 tahun pada dua dekade lalu menjadi penyebab kematian pertama pada pria dan kedua pada wanita. (Kanker payudara adalah penyebab utama kematian pada wanita di bawah 50 tahun.)

Para ahli masih belum bisa memastikan penyebab peningkatan ini. Namun, gaya hidup yang kurang aktif, pola makan rendah serat dan tinggi lemak, konsumsi daging olahan, merokok, dan minum alkohol secara berlebihan diduga kuat berkontribusi. Meskipun faktor genetik dapat menjadi penyebab, banyak kasus pada orang muda yang bersifat sporadis dan tidak terkait dengan kondisi genetik tertentu seperti Sindrom Lynch.

Gejala yang Harus Diwaspadai

Menjaga kesehatan saluran pencernaan menjadi hal yang sangat penting, terutama bagi Gen Z dan Millenial. Berikut beberapa gejala yang harus diwaspadai:

Perdarahan Rektal

Jika menemukan darah saat buang air besar atau di toilet setelah buang air besar, hal ini tidak boleh diabaikan. Meskipun mungkin terlihat seperti wasir, segera periksakan diri jika perdarahan terus berlanjut.

Perubahan Bentuk Feses

Tinja yang berubah warna menjadi gelap atau hitam dapat menjadi tanda adanya perdarahan. Bentuk tinja yang tipis seperti pita juga bisa mengindikasikan adanya tumor yang menghalangi usus.

Gangguan Buang Air Besar

Konstipasi atau diare yang berlangsung selama lebih dari dua minggu perlu diwaspadai. Selain itu, nyeri perut yang berkepanjangan juga memerlukan perhatian medis.

Kelelahan Berlebih

Jika sering merasa lelah tanpa alasan yang jelas, ini bisa disebabkan oleh anemia karena kehilangan darah. Pada wanita muda, anemia kronis yang dikira disebabkan oleh menstruasi juga perlu diperhatikan.

Dr. Pantel dari Yale Medicine menekankan, "Jika ada perubahan kebiasaan buang air besar atau gejala lainnya, lebih baik segera periksakan diri." Jangan pernah mengabaikan gejala-gejala di atas, meskipun merasa masih terlalu muda untuk terkena kanker.

Pentingnya Skrining dan Deteksi Dini

kanker usus besar

kanker usus besar. foto/istockphoto

Meski kanker kolorektal semakin banyak menyerang generasi muda, skrining rutin bagi mereka yang berusia di bawah 45 tahun belum menjadi rekomendasi umum. Namun, jika memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan kanker kolorektal, dokter mungkin akan merekomendasikan kolonoskopi di usia yang lebih muda. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat efektif untuk mendeteksi dan menghilangkan polip yang mungkin berkembang menjadi kanker.

Bagi yang tidak puas dengan evaluasi dari dokter terkait gejala yang dialami, mendapatkan opini kedua atau bahkan ketiga adalah langkah yang bijak. Semakin cepat kanker terdeteksi, semakin besar peluang untuk sembuh. Meskipun persiapan untuk kolonoskopi bisa cukup merepotkan, prosedur ini bisa menyelamatkan nyawa.

Langkah Pencegahan Kanker Kolorektal untuk Gen Z & Millenial

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan generasi muda untuk menjaga kesehatan usus besar dan mengurangi risiko terkena kanker kolorektal:

Berhenti Merokok

Merokok meningkatkan risiko tidak hanya untuk kanker paru-paru, tetapi juga untuk kanker usus besar. Rokok elektrik atau e-cigarettes pun tidak bebas risiko.

Mengurangi Minum Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. American Cancer Society menyarankan agar pria tidak mengonsumsi lebih dari dua gelas alkohol per hari dan wanita tidak lebih dari satu gelas.

Aktif Bergerak

Gaya hidup yang kurang aktif meningkatkan risiko kanker kolorektal. Oleh karena itu, disarankan untuk aktif bergerak, baik dengan berolahraga atau aktivitas fisik lainnya.

Jaga Berat Badan Ideal

Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko terkena dan meninggal akibat kanker usus besar. Menjaga berat badan ideal dapat membantu mengurangi risiko ini.

Konsumsi Serat yang Cukup

Pastikan mengonsumsi setidaknya 25 gram serat setiap hari. Makanan seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan harus menjadi bagian dari menu sehari-hari untuk menjaga kesehatan pencernaan.

Menghadapi Diagnosis Kanker Kolorektal

Meskipun diagnosis kanker kolorektal terdengar menakutkan, banyak kasus yang dapat diatasi dengan baik, terutama jika ditemukan sejak dini. Pengobatan bisa melibatkan operasi untuk mengangkat bagian usus yang terinfeksi, kemoterapi, atau radiasi, tergantung pada stadium kanker. Pada pasien dengan kanker rektal, operasi bisa menjadi lebih rumit karena tumor terletak di area yang sensitif, dan menjaga fungsi kontrol buang air besar menjadi tantangan.

Secara emosional, diagnosis kanker dapat mengguncang mental siapa saja, termasuk generasi muda yang sedang fokus membangun karier atau berkeluarga. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, serta konseling sosial dan psikologis jika diperlukan. Banyak pasien kanker kolorektal yang mampu bertahan dan menjalani kehidupan yang normal berkat deteksi dini dan pengobatan yang tepat.

Kesehatan adalah investasi yang paling berharga. Dengan menjaga pola makan, rajin berolahraga, serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, kita dapat meminimalkan risiko terkena kanker kolorektal dan hidup dengan lebih sehat dan bahagia.

Semakin dini kanker terdeteksi, semakin besar peluang untuk sembuh dan melanjutkan hidup dengan kualitas yang baik. Jangan takut untuk berbicara dengan dokter jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh kita—lebih baik waspada daripada terlambat.

Infografik Kanker Usus Besar

Infografik Kanker Usus Besar

Baca juga artikel terkait SAINS POPULER atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Edusains
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Iswara N Raditya