Menuju konten utama

Menyembuhkan Kanker dalam Hening

Meditasi menyelaraskan dan menyeimbangkan pikiran dan tubuh, sehingga diharapkan seluruh sistem neuropsikologis akan kembali berfungsi.

Menyembuhkan Kanker dalam Hening
Ilustrasi Sel Kanker. Foto/iStockphoto.

tirto.id - Meditasi sering digadang-gadang menyembuhkan kanker. Titiek Puspa (85 tahun), aktris dan penyanyi kawakan, salah seorang yang memercayai ‘kekuatan’ meditasi untuk mengatasi kankernya.

Dalam ceritanya di kanal Youtube Deddy Corbuzier, ia mengisahkan di usia yang ke-73 kanker itu menghampiri hidupnya. Dari mulanya diperkirakan stadium awal ternyata hanya dalam 2,5 bulan berobat justru meningkat menjadi stadium 3. Padahal ia sudah melakukan terapi pengobatan kanker di Singapura.

“Yang saya tidak kuat hadapi itu sakitnya. Anggaplah melahirkan anak hingga 100 sekali itu masih kalah dengan rasa sakit yang saya rasakan. The whole body rasanya sakit sekali,” ujarnya. Ia lantas sampai berdoa agar Tuhan segera memanggilnya. “Mau taruh di mana saja (surga atau neraka), saya pasrah,” doanya saking merasa tak kuat lagi.

Di titik terendah hidupnya itu Titiek Puspa mendapatkan informasi dari kenalan seorang anaknya tentang manfaat meditasi untuk penyakit kronis, termasuk kanker.

Tak dinyana setelah pelatihan meditasi hingga 5 jam selama 13 hari, ia merasa tubuhnya sehat. Penasaran, ia melakukan check-up kembali ke Singapura. Hasilnya, tubuhnya bersih dari kanker. Hingga di usianya yang kini menginjak 85 tahun, Titiek Puspa terus melanjutkan rutinitas meditasinya kanker di tubuhnya agar terus ‘tertidur’.

Benarkah meditasi sebegitu digdaya untuk mengatasi kanker?

Dipercaya Sejak Lama

Dokter Rachmat Budi Santoso, Sp.U, dokter spesialis urologi di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) dan MRCC Siloam, yang juga praktisi meditasi mendefinisikan meditasi adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang menyelaraskan dan mengharmonisasikan neuropsikologis tubuh. Neuropsikologis terkait dengan kerja sel atau saraf otak, hormon dan seluruh sistem dalam tubuh.

Meditasi memang lebih sering dikaitkan dengan budaya timur. Budaya India kuno sering dianggap melahirkan meditasi dan teknik atau metode terkait meditasi di dalam agama Hindu dan Budha.

Padahal, dalam catatan historikal era Yunani kuno pun tercatat Plato dan Socrates melakukan meditasi. Ada pula Stoic atau aliran Stoikisme yang merupakan perwujudan dari meditasi. Di masa Romawi malah Kaisar Marcus Aurelius tercatat menuliskan perenungan dan filosofi hidupnya dalam buku The Meditation.

Dokter yang akrab dipanggil Dokter Santo ini menuturkan, sebenarnya bisa dikatakan meditasi untuk membantu kehidupan manusia itu sudah terjadi sepanjang peradaban, baik dari sisi budaya, kepercayaan maupun lintas agama.

Tapi, mungkin penyebutan dan cara meditasinya saja yang berbeda-beda. “Para pendahulu kita sudah menyadari jika hidup selaras dan harmoni, apalagi dengan alam, hidup itu akan lebih baik,” ujarnya.

Ilustrasi Kesehatan Mental

Ilustrasi Kesehatan Mental. foto/Istockphoto

Peran Meditasi untuk Kanker

Sel kanker, dokter Santo menilai, itu sebenarnya sel yang berubah menjadi suatu sel yang tidak tunduk lagi pada perintah tubuh. Bila diibaratkan tubuh ini sebagai suatu sistem pemerintahan, maka sel yang membandel atas perintah. Sebenarnya bisa ditundukkan, karena ada sistem imun di dalam tubuh untuk melawannya. Tapi itu semua dapat terjadi jika ‘tata pemerintahan’ tubuh manusia dalam keadaan seimbang.

“Dengan kondisi tubuh yang tertata dengan baik atau seimbang itu akan membuat jika kita terluka, maka luka itu akan menutup sendiri. Kalau ada bibit penyakit masuk atau sel yang nakal juga tubuh akan memerintahkan sistem imun bekerja untuk melawan dan mematikannya, termasuk kalau misalnya ada sel kanker,” kata penulis buku Stop Nyeri Sekarang tersebut.

Jadi, kalau sel kanker sampai berhasil muncul itu berarti terjadi ketidakseimbangan di dalam tubuh. Apa penyebab terjadinya ketidakseimbangan itu?

“Inilah yang hingga kini masih menjadi misteri. Dari berbagai penelitian hingga sekarang belum ada satu pun yang menyebutkan secara pasti penyebab kanker. Kanker disebutkan dari berbagai literatur terjadi karena multifaktor, dari mulai pengaruh pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat, stres, gen dan sebagainya, yang ujung-ujungnya menimbulkan ketidakseimbangan tubuh. Ketika ini terjadi, sel kanker pun bisa leluasa timbul,” tutur Penulis buku Smart Healing, menjelaskan.

Nah, saat terjadi ketidakseimbangan tubuh, menurut Dokter Santo, ini yang menjadi peran dari meditasi.

Dengan meditasi yang merupakan aktivitas untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan pikiran dan tubuh itu diharapkan seluruh sistem neuropsikologis akan kembali berfungsi. Ini akan mengembalikan kemampuan tubuh untuk memerintahkan dan mengeliminasi sel kanker yang berkembang.

Antara Pengobatan dan Penyembuhan

Pada September 2021 lalu, Muaina Firdaus, seorang penyintas kanker stadium 2A merasakan nyeri di lengan kanannya semakin mengganggu. Gerak lengannya jadi terbatas akibat nyeri ini. Karena itu, ia segera mengeluhkan nyeri tersebut kepada dokter onkologi yang menjadi DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasian) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Ia sudah menjadi pasien kanker di RS ini sejak tahun 2015. Aina, begitu ia biasa dipanggil, diminta melakukan bone scan atau sidik tulang, yaitu pencitraan tulang dengan teknologi kedokteran nuklir.

Hasilnya? Ternyata dari pencitraan terlihat satu titik kecil di area lengan itu. Walaupun kecil ini pertanda sudah terjadi metastasis atau penyebaran kanker di area tulang. Namun, dokter onkologi berusaha menenangkannya. Ia diminta evaluasi tiga bulan lagi. “Siapa tahu titik ini hilang, Bu,” hibur dokternya.

Harapan tinggal harapan. Ketika dilakukan bone scan kembali ternyata titik tersebut kian membesar, bahkan bertambah di beberapa tempat. “Sedih rasanya mendapati hasil tersebut. Saya pun takut akan menghadapi kembali pengobatan kanker yang panjang dan memiliki efek samping yang ‘luar biasa’,” ujar perempuan 41 tahun ini.

Di saat inilah ia bertemu dengan komunitas healing yang anggotanya sebagian besar merupakan penyintas kanker. Healing yang dilakukan menggunakan meditasi berbasis olah nafas.

Dokter Santo memimpin meditasi ini. Sebelum pandemi, komunitas ini rutin berlatih meditasi bersama di RSKD setiap kamis atau jumat. Adanya pandemi, latihan pun dilakukan secara online.

“Ada beberapa anjuran latihan meditasi. Salah satunya adalah melatih nafas 6-6, yaitu menarik nafas selama 6 detik, lalu mengeluarkan nafas lagi selama 6 detik. Ini dilakukan beberapa menit. Disarankan melakukannya sewaktu bangun tidur di pagi hari dan di saat kapan pun saya merasa cemas dan khawatir. Semua anjuran saya jalankan. Dan ternyata saat saya dicek lagi beberapa bulan kemudian, ternyata semua titik di tulang hilang,” kenangnya, bahagia terhindar dari metastasis kanker.

Meski meditasi dapat membantu pasien kanker meraih kesembuhan dan kesehatan, dokter Santo menyarankan pasien kanker tidak lantas menghentikan pengobatan. Meditasi adalah upaya membantu penyembuhan, bukan mengganti pengobatan kanker.

“Kalau seorang pasien kanker memang harus diobati, ya, berobatlah, baik itu dengan kemoterapi, radioterapi, operasi atau pengobatan kanker lainnya. Jangan menghindar atau takut untuk melakukan pengobatan. Sepanjang menjadi dokter dan 10 tahun belakangan ini mempelajari berbagai metode meditasi dan healing, saya melihat tidak ada kanker yang sembuh dengan meditasi saja,” katanya, lugas.

“Ketika ukuran tumor kanker sudah besar misalnya, itu tidak akan cukup jika upaya hanya meditasi. Gangguan keseimbangan tubuh akibat keberadaan kanker itu terlalu besar, sehingga tubuh sulit memaksa untuk membangun kemampuan menyembuhkan dirinya sendiri. Di saat ini tetap butuh bantuan dari luar. Itulah lewat pengobatan kanker,” lanjutnya.

Di sisi lain, saat pengobatan kanker diterima, tetap saja pasien kanker harus berupaya agar sistem imunitas di tubuhnya bekerja. Tak bisa hanya memasrahkan seluruh penyakitnya kepada DPJP dan pengobatan kanker.

“Katakanlah sudah mendapat pengobatan terbaik, bahkan hingga ke luar negeri, tapi hidup orang tersebut masih belum seimbang, masih ada banyak ketakutan, kesedihan, dan kecemasan. Itu akan mengganggu keseimbangan tubuh, sehingga aliran pengobatan yang dilakukan pun terganggu dan imunitas dapat memburuk. Di sinilah peran meditasi sesungguhnya untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan tubuh agar upaya pengobatan mencapai sasaran dan sistem imunitas di dalam tubuh terbangun untuk melawan kanker,” lanjut dokter Santo, menerangkan.

American Cancer Society mengakui meditasi menjadi salah satu cara alternatif penyembuhan kanker. Untuk beberapa pasien kanker, meditasi telah terbukti membantu menghilangkan kecemasan, stres, kelelahan, dan meningkatkan kualitas tidur dan suasana hati, bila digunakan bersamaan dengan perawatan medis standar.

Infografik Meditasi untuk Kanker

Infografik Meditasi untuk Kanker. tirto.id/Quita

Selaras dan Harmoni

Ada banyak cara untuk bermeditasi. Beberapa praktisi meditasi merekomendasikan untuk mengulang kata atau frase dengan suara keras, sementara yang lain menggunakan gerakan fisik, seperti tai chi atau qi gong. Ada pula yang menyarankan meditasi hanya dengan mencari tempat yang tenang, memejamkan mata, dan memusatkan perhatian pada pernapasan atau elemen menenangkan lainnya.

Bagi dokter Santo, apa pun metode atau teknik meditasi boleh dilakukan sepanjang seseorang bisa mencapai keselarasan dan harmonisasi pikiran dan tubuh sebagai satu kesatuan yang koheren.

“Melukis, membuat kaligrafi, jalan kaki, bersepeda atau bahkan berlari bisa disebut meditasi jika saat melakukannya itu tercapai keselarasan dan harmoni yang melahirkan rasa hening dan mengalirkan kenyamanan. Dan, Anda pun enjoy melakukannya,” tegasnya.

Selain itu, ia pun menganjurkan melakukan perubahan gaya hidup, terutama untuk penyakit kronis dan degeneratif yang dipengaruhi lifestyle. Kanker termasuk salah satunya.

Berhenti merokok, mulai berolahraga, makan bergizi dan teratur, minum yang cukup, istirahat yang cukup, antara lain gaya hidup yang perlu diterapkan pasien kanker. Gaya hidup baru yang lebih baik akan mendorong proses penyembuhan.

Nah, agar berhasil melakukan meditasi, dokter Santo menyarankan agar menerapkan waktu dan tempat paling nyaman untuk melakukannya. Tujuan alokasi waktu khusus itu agar meditasi yang dilakukan tidak diganggu untuk kegiatan lain.

Anggaplah ini sebagai appointment schedule dengan diri Anda sendiri. Lima belas sampai 20 menit setiap hari sudah cukup. Yang penting, menepati jadwal yang telah dibuat sendiri. “Komitmen dan disiplin adalah kunci kesuksesan meditasi untuk menyembuhkan kanker,” tutupnya.

Baca juga artikel terkait HARI KANKER atau tulisan lainnya dari Yuniarti Tanjung

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yuniarti Tanjung
Penulis: Yuniarti Tanjung
Editor: Lilin Rosa Santi