tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti soal lonjakan harga minyak dunia imbas kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Sebab, kondisi tersebut bisa membuat realisasi asumsi makro yang telah ditetapkan dalam APBN meleset.
“Ini yang menggambarkan bagaimana volatilitas geopolitik dan keputusan-keputusan negara termasuk negara-negara yang berpengaruh bisa mempengaruhi harga minyak,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) senilai 71,1 dolar AS per barel dalam asumsi makro APBN 2025. Namun hingga akhir Maret lalu (year to date/ytd), realisasinya berada sedikit di atas proyeksi yakni mencapai 74,1 dolar AS per barel.
Sebaliknya, pada akhir 2024, realisasi ICP justru mencapai 71,6 dolar AS per barel dengan harga rata-rata di 78,1 dolar AS per barel. Angka tersebut lebih rendah dari asumsi makro APBN yang sebesar 82 dolar AS per barel.
“Tahun lalu kita menggunakan 82, dan asumsi itu kemudian terealisir di 71,6 dolar per barel atau year to date-nya,” jelasnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyebut sektor energi nasional tengah menghadapi tantangan dengan rendahnya realisasi lifting minyak dan gas. Hingga akhir kuartal pertama 2025, realisasi lifting minyak hanya mencapai 573,9 ribu barel per hari, di bawah target 605 ribu barel per hari dalam asumsi makro APBN. Demikian pula dengan lifting gas yang tercatat di angka 985,7 ribu barel setara minyak per hari, atau lebih rendah dari target 1.005.000 barel setara minyak per hari.
Karena itu, ia mendorong Pertamina beserta para kontraktor migas untuk menggenjot kinerja eksplorasi dan produksi agar tidak bergantung pada kondisi pasar global.
“Ini menjadi salah satu hal di mana Pertamina maupun KKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) yaitu mereka yang memegang konsesi untuk eksplorasi minyak dan gas untuk bisa terus meningkatkan lifting produksi dan lifting minyak di Indonesia,” ucapnya.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































