Menuju konten utama

Sri Mulyani Akui Tahun Ini Berat karena Penerimaan Pajak Negatif

Melambatnya setoran pajak ini diakibatkan oleh harga-harga komoditas utama seperti minyak sawit mentah dan batu bara mengalami penurunan.

Sri Mulyani Akui Tahun Ini Berat karena Penerimaan Pajak Negatif
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komisi XI DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2024). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/tom.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengakui beratnya kondisi perekonomian dunia di tahun ini telah membuat penerimaan pajak minus. Dari catatannya, penerimaan pajak per Oktober 2024 senilai Rp1.517,5 triliun atau hanya mencapai 76,3 persen dari target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar Rp1.988,9 triliun.

Realisasi setoran pajak tersebut tumbuh negatif 0,4 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp1.744,55 triliun.

“Kami telah sampaikan ke DPR Komisi XI, tahun ini memang tahun yang sangat berat dengan pertumbuhan pajak kita negatif,” ujar Sri Mulyani, di hadapan Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, di Gedung Parlemen, Rabu (13/11/2024).

Melambatnya setoran pajak ini diakibatkan oleh harga-harga komoditas utama seperti minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara mengalami penurunan, seiring dengan ketidakpastian yang tengah dialami dunia.

Mengutip data Tradingeconomics, harga CPO tercatat turun 3,16 persen pada penutupan perdagangan Selasa (12/11/2024), menjadi 5.031 ringgit Malaysia per ton. Harga CPO ini jatuh dari titik tingginya di Juni 2022 yang senilai 5.200 ringgit Malaysia.

Sedangkan harga batu bara kontrak Desember 2024 berdasarkan bursa ICE Newcastle turun 0,25 persen dan bertahan di level 143,75 dolar Amerika Serikat (AS) per ton.

“Kepabeanan dan cukai mendapatkan Rp231,7 triliun atau 72,2 persen. Tumbuh 4,9 persen dibandingkan tahun lalu. Bea dan Cukai mengumpulkan Rp220,9 triliun. Untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP), kita mengumpulkan Rp477,5 triliun rupiah. Ini sudah mendekati target (APBN 2024) Rp492, yaitu 97,1 persen. Meskipun PNBP ini growth-nya negatif,” rinci perempuan yang karib disapa Ani itu.

Negatifnya pertumbuhan PNBP disebabkan oleh anjloknya harga komoditas, sama dengan yang terjadi pada penerimaan pajak. Meski begitu, dengan realisasinya yang telah mendekati target, PNBP diperkirakan bakal melampaui target yang telah ditentukan pemerintah.

“Kita perkirakan mungkin akhir bulan November sudah melewati 100 persen. Jadi ini bagus untuk mengkompensasi penerimaan terutama dari pajak yang masih mengalami tekanan dari kinerja beberapa perusahaan-perusahaan,” pungkas Ani.

Baca juga artikel terkait PENERIMAAN PAJAK atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto