Menuju konten utama

Silsilah Keluarga Reza Rahadian dan Kisah Neneknya yang Viral

Silsilah keluarga aktor Reza Rahadian dan kisah neneknya Francisca Fanggidaej, seorang tokoh revolusioner yang viral di media sosial.

Silsilah Keluarga Reza Rahadian dan Kisah Neneknya yang Viral
Aktor Reza Rahadian berpose saat menghadiri acara jelang Festival Film Indonesia (FFI) 2017 di Jakarta, Senin (21/8). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Silsilah keluarga Reza Rahadian sedang disorot warganet saat ini. Pasalnya, banyak yang belum tahu bahwa Reza Rahadian adalah cucu dari tokoh revolusioner Indonesia Francisca Casparina Fanggidaej.

Reza sendiri juga dipandang sebagai aktor dan penyanyi yang vokal terhadap isu-isu sosial dan negara, terutama setelah ia turut serta dalam demo di Senayan pada Kamis (22/8/2024). Pada aksi tersebut Reza juga turut berorasi untuk menolak Revisi UU Pilkada DPR sekaligus kawal Putusan MK di depan Gedung DPR RI.

Selain keterlibatannya dalam gerakan sosial, Reza juga berkali-kali memerankan tokoh nasional dalam film-filmnya. Reza telah memerankan Presiden Ketiga Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie dalam tiga film Habibie dan Ainun.

Tak hanya itu, Reza juga pernah membintangi film Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015) dan berperan sebagai HOS Tjokroaminoto. Reza pun pernah memerankan tokoh Biru Laut dalam film pendek Laut Bercerita, adaptasi dari novel Leila Chudori, yang mengisahkan penghilangan aktivis pada masa Orde Baru.

Siapa Nenek Reza Rahadian dan Kisahnya?

Nenek Reza Rahadian dari pihak ibu adalah Francisca Fanggidaej. Ia adalah seorang tokoh revolusioner yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kisah nenek Reza sebagai seorang tokoh revolusioner tidaklah mudah. Peristiwa G30S pada tahun 1965, membuat Francisca Fanggidaej harus hidup dalam pengasingan di luar negeri selama puluhan tahun.

Francisca Fanggidaej lahir pada 16 Agustus 1925, di Noel Mina, Pulau Timor. Menurut Hersri Setiawan dalam buku Memoar Perempuan Revolusioner (2006), Fransisca menyebut dirinya sebagai anak “Belanda Hitam”, yang lahir dari pasangan Gottlieb Fanggidaej dan Magda Mael.

Sebutan “Belanda Hitam” merujuk pada orang pribumi yang statusnya disamakan dengan orang Belanda. Status ini sudah diperoleh keluarganya sejak masa kakek Francisca.

Hal ini membuat kehidupannya dibesarkan dalam budaya Indo. Ia juga bisa bersekolah di sekolah anak-anak kulit putih, yakni Europeesche Lagere School atau E.L.S.

Saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Francisca aktif dalam organisasi Pemuda Republik Indonesia (PRI) di Surabaya. Ia ikut serta dalam Kongres Pemuda Indonesia I di Yogyakarta, pada November 1945.

Ketika kongres berjalan, Pertempuran Surabaya pecah. Francisca bersama para pemuda lainnya lantas meninggalkan kongres untuk berangkat ke medan pertempuran.

Tak berhenti di situ, perjalanan Francisca berlanjut dengan bergabung Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). Di organisasi ini, Francisca menjadi bagian penerangan Dewan Pimpinan Pusat.

Ia bertugas memberikan informasi ke publik Internasional terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui radio Gelora Pemoeda Indonesia.

“Aku tidak lagi menoleh kanan-kiri, aku hanya mengabdi pada perjuangan yang kuyakini sebagai jalan benar dan luhur,” demikian Francisca selalu menegaskan posisinya.

Berkat keteguhan ini, Francisca terus terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sayangnya, ketika peristiwa G30S pecah pada 1965, Francisca terpaksa harus di pengasingan. Kala itu, Francisca sedang berada di Chile, untuk mewakili Indonesia dalam Kongres Organisasi Wartawan Internasional.

Ia mendengar berita tentang peristiwa tersebut dan takut kembali ke Indonesia karena stigma komunis melekat padanya. Pasalnya, dia memiliki kedekatan dengan Sukarno dan Pemuda Rakyat.

Akibatnya, ia terpaksa menghilang dan menghabiskan puluhan tahun di luar negeri. Sepanjang hidupnya, ia terus berpindah tempat tinggal, termasuk di Kuba, Cina, dan Belanda. Hal ini ia lakukan untuk menghindari penindakan pemerintah Orde Baru.

Peristiwa kelam 1965 juga membuat namanya terhapus dari buku-buku sejarah bikinan Orde Baru. Ita Fatia Nadia dalam pengantar buku Memoar Perempuan Nasional, mengatakan bahwa nama Francisca tak pernah ditulis dan teks sejarah Indonesia.

Namun, nama Francisca tercatat dalam buku peringatan Konferensi Kalkuta. Ia dikenal sebagai tokoh perempuan Indonesia yang berpidato untuk menyebarluaskan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Konferensi Kalkuta adalah embrio dari konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Setelah 38 tahun berada di pengasingan di Tiongkok dan Belanda, Francisca akhirnya kembali ke Indonesia pada tahun 2003.

Nenek Reza Rahadian ini meninggal dunia pada tahun 2013 di Zeist, Belanda, pada usia 88 tahun.

Silsilah Keluarga Reza Rahadian

Reza Rahadian lahir dari ayah berdarah Persia bernama Abdul Rahim dan ibu keturunan Ambon, Pratiwi Widantini Matuless. Pratiwi merupakan anak dari Francisca dengan suami keduanya bernama Supriyo.

Sebelumnya, Francisca menikah dengan S. Karno, seorang anggota dewan dari Pesindo. Suami pertamanya ini dijatuhi hukuman mati bersama Amir Sjarifuddin dan tokoh-tokoh kiri lainnya.

Anak sulung dari dua bersaudara ini mengaku tak pernah bertemu dengan ayah kandungnya sama sekali. Ayah Reza telah meninggalkannya sejak dirinya berusia enam bulan. Berikut ini silsilah ringkas keluarga Reza Rahadian:

1. Kakek buyut dari Ibu: Gottlieb Fanggidaej

2. Nenek buyut dari Ibu: Magda Mael

3. Nenek: Francisca Casparina Fanggidaej

4. Kakek/suami pertama nenek: S. Karno

5. Kakek/suami kedua nenek: Soepriyo

6. Bibi/anak dari suami pertama nenek: Nilakandi Sri Luntowati

7. Paman dan bibi/anak dari suami kedua nenek:

  • Godam Ratamtama
  • Nusa Eka Indriya
  • Savitri Sasanti Rini
  • Mayanti Trikarini

8. Ibu: Pratiwi Widantini Matulessy

9. Ayah: Abdul Rahim

10. Saudara tiri: David Jonathan Timothee Matulessy

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yonada Nancy & Dipna Videlia Putsanra