tirto.id - Perang sektarian melibatkan suku Druze dengan Sunni Badui terjadi di selatan Sweida, Suriah. Kerusuhan memicu intervensi militer Israel. Siapa suku Druze di Sweida, Suriah dan kenapa Israel melindungi suku Druze?
Penculikan seorang pedagang dari minoritas Druze memicu bentrokan selama berhari-hari antara milisi Druze dan pejuang Badui Sunni dijalan utama yang menghubungkan Sweida dan Damaskus, menurut laporan kantor berita BBC.
Penculikan itu terjadi pada hari Minggu, 13 Juli 2025. Sontak, insiden ini memicu kemarahan suku Druze hingga terjadi aksi saling culik.
Menanggapi hal tersebut, Reuters melaporkan pada hari Senin (14/7/2025), pasukan pemerintah Suriah dikirim ke wilayah Sweida untuk meredakan pertempuran antara pejuang Druze dan kelompok bersenjata Badui. Kemudian pecah bentrok dengan milisi Druze.
Druze mengancam bakal mengacaukan transisi politik. Kondisi keamanan Suriah kini sedang tidak stabil seiring upaya pemerintah baru untuk memaksakan kekuasaan atas wilayah itu.
Adanya pasukan pemerintah dipandang Israel sebagai keberpihakan Suriah terhadap suku Sunni Badui. Secara politik, suku Druze memiliki kedekatan dengan Israel.
Kemudian pada hari Selasa, 15 Juli, Israel melakukan intervensi militer. Mereka berdalih melindungi Druze dan menyerang pasukan pro-pemerintah. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mencatat sekitar 350 orang dilaporkan tewas di Suweida akibat bentrok sektarian sejak Minggu, 13 Juli 2025.
Asal Usul Suku Druze di Sweida Suriah
Suku Druze merupakan sekte keagamaan kecil yang berasal dari Timur Tengah. Suku Druze menganggap dirinya sebagai mowahhid, yang berarti percaya pada satu Tuhan.
Melansir laman Britannica, jumlah anggota Druze mencapai lebih dari 1.000.000 jiwa pada awal abad ke-21. Mereka tinggal di Lebanon, Suriah, dan Israel sebagai minoritas. Nama suku Druze diambil dari nama Muhammad ad-Darazi, seorang pemimpin agama terkemuka suku Druze di masa lalu. Suku ini memiliki kesetiaan yang kuat antar anggota.
Druze sebagai sekte merupakan cabang Syiah Ismailiyah yang muncul pada masa pemerintahan khalifah Fatimiyah keenam, al-Ḥakim bi-Amr Allah. Sekte tersebut membuat gagasan dan gerakan yang menyatakan al-Ḥakim sebagai sosok ilahi.
Agama Druze merupakan campuran filsafat Islam, Gnostik, Neoplatonisme, dan unsur-unsur dari agama lain, seperti Kristen, Hindu, dan bahkan unsur Yunani klasik.
Menurut keyakinan suku Druze, mereka tidak mengizinkan perpindahan agama. Selain itu, pernikahan di luar keyakinan Druze jarang terjadi dan sangat tidak dianjurkan.
Berbagai praktik keagamaan Druze cenderung tertutup. Hanya beberapa orang saja yang dapat berpartisipasi dalam ibadah keagamaan dan mengakses kitab suci Al-Ḥikmah al-sharifah, kitabnya suku Druze. Dalam sehari-hari, mereka tidak melakukan dakwah untuk menyebarkan keyakinan.
Secara umum, suku Druze berada di Dataran Tinggi Golan, tempat strategis yang direbut Israel dari Suriah selama perang enam hari pada 1967, sebelum secara resmi mencaplok pada 1981.
Mengutip laporan Britannica, lebih dari 700.000 jiwa total populasi Druze berada di Suriah pada awal 2020-an. Dengan berbagai pemberontakan yang terjadi, puluhan milisi Druze lokal terbentuk di tengah gejolak perang saudara di Suriah.

Alasan Israel Dukung Suku Druze
Israel melancarkan serangan udara dahsyat di Damaskus pada hari Rabu (16/7/2025), meledakkan sebagian gedung Kementerian Pertahanan dan menghantam dekat istana presiden sebagai dukungan terhadap Druze.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan melindungi suku Druze.
"Berkomitmen untuk mencegah bahaya bagi Druze di Suriah karena aliansi persaudaraan yang erat dengan warga Druze kami di Israel, serta ikatan keluarga dan sejarah mereka dengan Druze di Suriah", demikian bunyi peryataan, mengutip laporan CNN (15/7/2025).
Sementara menurut BBC, sekitar 130.000 warga Druze Israel tinggal di Karmel dan Galilea di utara Israel. Druze berusia di atas 18 tahun wajib militer sejak tahun 1957 dan sering kali menduduki jabatan tinggi.
Tak hanya itu, mereka banyak yang membangun karier di kepolisian dan pasukan keamanan. Hal ini terlihat bahwa Druze memiliki tingkat patriotisme yang tinggi terhadap Israel. Inilah alasan mengapa Israel mendukung Druze.
Melansir laman Misi Sabda, Israel berupaya memenuhi kebutuhan Druze dengan menghubungkan desa-desa Druze ke jaringan fasilitas, meningkatkan layanan kesehatan, dan mengambil inisiatif untuk meningkatkan pendidikan, terutama bagi para pelajar.
Meski dekat dengan Israel, Druze kerap kali memprotes kebijakan-kebijakan Israel yang dianggap diskriminatif dan mengancam identitas serta hak-haknya.
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo
Masuk tirto.id







































