tirto.id - Israel melakukan serangan ke Suriah pada Selasa (15/7/2025). Akibat serangan tersebut, ratusan orang di Suriah tewas. Mengapa Israel melakukan intervensi ke Suriah?
Konflik Israel dan Suriah masih berlangsung hingga hari ini. Awalnya, Israel memang hanya menyerang pasukan keamanan dan kendaraan di Sweida, Suriah. Namun pada 16 Juli kemarin, militer Israel menyerang Kementerian Pertahanan dan markas besar tentara Suriah di Damaskus.
Kenapa Israel Serang Suriah?
Dikutip dari BBC, penculikan seorang pedagang dari kaum minoritas Druze pada Minggu, 13 Juli di Sweida, Suriah ditengarai memicu serangan Israel. Setelah insiden tersebut, terjadi pertikaian antara kaum Druze dengan suku Badui Sunni di Sweida.
Israel menyebut intervensi militer mereka ke Suriah sebagai cara mereka untuk melindungi minoritas Druze. Pasukan pemerintah Suriah yang ditugaskan untuk menyelesaikan konflik yang menewaskan puluhan orang itu malah ikut menyerang kaum Druze.
Druze adalah salah satu agama yang penganutnya menyebar di Suriah, Lebanon, Israel, dan Yordania. Di Suriah sendiri, kelompok Druze lebih banyak tinggal di Sweida yang merupakan perbatasan dengan Israel.
Selain alasan letak geografis yang berada dekat dengan Israel, ikut campurnya Israel terhadap konflik minoritas Druze di Suriah ini juga dilandaskan atas dasar persaudaraan.
Kaum Druze banyak yang menjadi warga negara Israel. Mereka hidup berdampingan dengan kaum Yahudi, bahkan mereka juga ikut berperan dalam pemerintahan termasuk juga punya jabatan di kemiliteran.
Begitu mengetahui jika kaum Druze di Suriah terlibat konflik dengan Badui Sunni, dan pemerintahan di sana seperti turut memerangi Druze, Israel memberi bantuan dengan menyerang Suriah.
Israel tidak mau kaum Druze yang sudah mereka anggap sebagai saudara sendiri diperlakukan dengan tidak adil di negara yang menjadi tetangganya.
Update Serangan Israel ke Suriah
Hingga Rabu, 16 Juli kemarin, Israel masih melancarkan serangan militer ke tempat-tempat di Suriah. Awalnya memang mereka hanya menargetkan pasukan militer saja, namun target serangan melebar menjadi ke Kementerian Pertahanan dan markas besar tentara Suriah.
Menteri Pertahanan Suriah, Murhaf Abu Qasra, mengatakan bahwa, Pemerintah, setelah melakukan diskusi dengan para tokoh masyarakat, sepakat tidak akan melakukan serangan jika tidak diserang terlebih dahulu.
Setelah pengumuman itu, konflik masih terjadi di kawasan tersebut. Parahnya, laporan menyebut jika pasukan keamanan pemerintah juga melakukan pelanggaran terhadap warga sipil.
Dikutip AP News, Syrian Observatory for Human Rights, menyebut setidaknya 166 orang tewas sejak hari Minggu (13/7), termasuk 5 perempuan dan 2 anak-anak.
Kementerian Luar Negeri Turki turut memberikan pendapatnya terkait konflik Israel dan Suriah. Mereka menilai Israel harus menarik diri dari Suriah dan membiarkan pemerintahan Suriah untuk menyelesaikan konflik negaranya sendiri.
“Untuk membangun keamanan di seluruh kawasan, Israel pertama-tama harus meninggalkan kebijakan ekspansionisnya, menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan berhenti melemahkan upaya untuk membangun stabilitas di Suriah,” ucap keterangan resmi dari Kementerian Luar Negeri Turki seperti diberitakan Al Jazeera.
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Masuk tirto.id


































