tirto.id - Houthi Yaman termasuk salah satu faksi di Timur Tengah yang secara terang-terangan membela Palestina. Bagaimana latar belakang Houthi? Mereka termasuk Syiah atau Sunni?
Houthi Yaman sudah 3 kali melancarkan serangan ke Israel sejak meletusnya perang antara Hamas dengan tentara Israel yang dimulai Sabtu (7/10). Houthi menggunakan roket, rudal balistik, dan pesawat tak berawak untuk mengancam Israel.
Sejumlah pihak masih meragukan kemampuan Houthi yang ingin melibatkan diri secara langsung dalam perang melawan Israel. Pasalnya, wilayah mereka dipisahkan jarak sekitar 2.000 kilometer (1.240 mil) dari Yaman ke Israel.
Pada 2014, milisi ini melakukan kudeta terhadap pemerintahan transisi Yaman pimpinan Abed Rabbo Mansour Hadi, hingga menyebabkan perang saudara di dalam negeri.
Pemerintahan resmi Hadi yang dibantu koalisi Arab Saudi lantas melancarkan serangan ke Houthi. Perang di Yaman relatif mereda selama setahun terakhir. Namun, Houthi yang banyak dibantu senjata buatan Iran kembali mencuat setelah melepaskan rudal dan drone ke arah Israel dengan dalih ingin membela Palestina.
Houthi Yaman: Syiah atau Sunni?
Sejak abad ke-9 atau selama seribu tahun lamanya, Yaman dipimpin oleh seorang pemuka agama sekaligus politisi, yakni Zaydi yang berpusat di utara.
Namun, militer Yaman yang dibantu Mesir berhasil menggulingkannya dan sistem pemerintahan diganti menjadi republik. Zaydi dicap sebagai ancaman oleh pemerintah baru dan menjadi sasaran penindasan.
Mulai 1990-an, wilayah di Yaman selatan kemudian bergabung dengan Yaman utara hingga membentuk Republik Yaman. Eksistensi Zaydi tetap ada di utara dan mayoritas menguasai wilayah tersebut.
The Conversation melaporkan berdasarkan data CIA tahun 2010, 65 persen penduduk Yaman adalah penganut Sunni. Sedangkan 35 persen lainnya merupakan Syiah.
Mayoritas Syiah adalah klan Zaidi. Kurang dari 1 persen lainnya pengikut Yahudi, Bahais, Hindu, dan Kristen.
Demi mengurangi dominasi Zaydi di utara, pemerintah setempat pernah mendorong warga Salafi dan Wahabi, dua cabang Sunni, untuk mulai membuka pemukiman di wilayah Zaydi.
Pada 1999-an, pemberontakan Houthi mulai muncul. Hal ini dipicu oleh aksi perlawanan warga Zaydi terhadap pengaruh Salafi dan Wahabi yang semakin membesar di utara.
Hussein Badreddin al-Houthi, putra ulama Zaydi, mulai menyatukan dukungan di antara para pengikutnya sebagai pembela dan pembaharu agama serta budaya Zaydi.
Pasukan keamanan lalu dikirim untuk menangkap Hussein al-Houthi hingga memicu perang pertama dengan Houthi.
Hussein tewas dan kepemimpinan diteruskan ke ayah Hussein hingga ke adik bungsu Hussein, Abdul-Malik Badreddin al-Houthi. Abdul-Malik mengubah total gerakan Houthi menjadi kekuatan tempur yang besar.
Dalam catatan Wilson Center, Houthi pernah menyeberang ke Arab Saudi pada 2009 ketika mereka mulai memberontak terhadap pemerintahan Yaman.
Tentara Saudi lalu dikerahkan ke luar negeri untuk pertama kali tanpa bantuan sekutu. Mereka melancarkan serangan udara ke wilayah yang dikuasai Houthi. Lebih dari 130 warga tewas akibat kejadian tersebut.
Pada periode kedua, pertempuran Saudi melawan Houthi dimulai lagi selama bulan Maret 2015. Namun, Saudi kali ini tidak sendirian lantaran turut dibantu Uni Emirat Arab.
Laman PBS menuliskan berdasarkan laporan Dewan Keamanan PBB tahun 2015, Houthi memiliki 75.000 pejuang bersenjata. Jika ditambah para loyalis yang tidak bersenjata, jumlah mereka bisa mencapai 100.000 hingga 120.000 orang.
Houthi selama ini fokus untuk melindungi wilayah Zaydi di Yaman utara dari kontrol pemerintah.
Mereka juga kerap menjalin koalisi dengan kelompok-kelompok lain, bahkan beberapa di antaranya Sunni dan tidak puas dengan tingginya angka pengangguran serta korupsi di Yaman.
Dalam versi lain, Arab Saudi yang Sunni, bersama para sekutunya, termasuk AS, menuding Houthi selama ini didukung Iran yang Syiah secara secara finansial dan militer.
Iran sempat membantah keras tudingan tersebut, kendati Angkatan Laut AS menyatakan telah mencegat beberapa kapal yang membawa persenjataan Iran dan dicurigai sedang menuju Yaman.
"Hubungan Houthi dengan republik Islam (Iran) lebih menyerupai hubungan Iran-Hamas daripada hubungan Iran-Hezbollah," ucap seorang analis, seperti dikutip NBC News.
"Houthi adalah mitra otonom yang biasanya bertindak sesuai dengan kepentingan sendiri, meskipun sering kali dengan senjata Iran yang diselundupkan dan bantuan tidak langsung lainnya," lanjutnya.
Penulis: Beni Jo
Editor: Yulaika Ramadhani