tirto.id - Buronan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Marimutu Sinivasan, dicegat di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kalimantan Barat, saat berupaya melarikan diri ke Kuching, Malaysia, Minggu (8/9/2024) sore. Lantas, siapa Marimutu Sinivasan dan kenapa jadi buronan Kemenkeu?
Marimutu Sinivasan masuk ke dalam subjek Pencegahan Kemenkeu lantaran dirinya tidak memenuhi kewajiban terhadap piutang negara. Dengan kata lain, Marimutu Sinivasan, sedang memiliki urusan perdata dengan Kemenkeu.
Setelah pelariannya berhasil dicegah, Marimutu Sinivasan, diserahkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham), kepada Kemenkeu.
“Kami menyerahkan MS ke Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu. Pencekalan yang bersangkutan terkait urusan perdata dengan Kemenkeu melalui Satgas BLBI,” kata Direktur Jenderal Imigrasi, Silmy Karim dalam keterangan tertulis, Senin (9/9/2024) dikutip Antara.
Melalui keterangannya, Silmy memberikan apresiasi kepada PLBN Entikong atas kinerja mereka. Ia menjelaskan bahwa petugas berhasil mencegah pelarian setelah melakukan pemindaian pada paspor Marimutu Sinivasan, didapati bahwa paspor milik konglomerat itu identik cekal 100 persen.
Kenapa Marimutu Sinivasan Jadi Buronan Kemenkeu?
Marimutu Sinivasan jadi buronan Kemenkeu lantaran dirinya tidak menyelesaikan kewajibannya terhadap piutang negara. Pada tahun 2021, ia termasuk ke dalam 24 obligor dana pelaksanaan bailout pada 1997 – 1999 yang dipanggil oleh Satuan Tugas (Satgas) Penagihan Hak Tagih Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Pada periode krisis moneter tahun 1998 silam, Marimutu Sinivasan, menerima bantuan dana. Namun, perusahaannya, Texmaco Group, menunggak utang BLBI, hingga Desember 2021 utang Texmaco mencapai Rp29 triliun ditambah 80,57 juta dollar AS.
Dalam upaya menyelesaikan utang piutang itu, Satgas BLBI melakukan penyitaan terhadap sejumlah aset milik Texmaco. Namun, aset Texmaco juga belum cukup untuk melunasi utang tersebut. Selanjutnya, pada 26 Januari 2022, Kemenkeu mencekal Marimutu Sinivasan.
"Dengan melakukan penyitaan aset, itu adalah bagian dari recovery sedikit saja recovery dari aset negara dengan jumlah utang Rp 29 triliun plus 80,5 juta dollar AS," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Januari 2021 dikutip Kompas.
Siapa Marimutu Sinivasan?
Marimutu Sinivasan lahir pada 17 Desember 1937 di Medan, Sumatera Utara. Ia menyelesaikan pendidikan hingga sekolah menengah atas (SMA) dan pernah mencicipi bangku kuliah di Universitas Sumatera Utara, tetapi tidak menuntaskannya.
Marimutu muda lebih memilih untuk bekerja di sebuah pabrik perkebunan. Tidak terlalu lama ia menjadi pekerja, Marimutu memutuskan untuk memulai bisnisnya pada tahun 1958. Industri tekstil menjadi langkah awalnya di dunia bisnis.
Dua tahun berbisnis, Marimutu memutuskan hijrah ke Ibu Kota. Ia mendirikan pabrik kain sarung. Sejak saat itu perjalanan bisnisnya terus melaju. Pada tahun 1967, Marimutu membuka perusahaan batik, lalu ia turut membuka pabrik penyelupan.
Selanjutnya, pada tahun 1972, Marimutu Sinivasan melebarkan sayap bisnis batiknya dengan dengan membeli pabrik batik di daerah Batu, Jawa Timur.
Ia lalu menjadi pemilik pabrik Texmaco yang berdiri di lahan seluas 1.000 hektar di Subang, Jawa Barat. Pabrik itu dilengkapi dengan sekolah Politeknik Mesin. Texmaco diresmikan oleh Menteri Perindustrian Indonesia periode 1983 – 1993, Ir. Hartarto.
Dengan Texmaco, Marimutu membuka pabrik Garmen di Ungaran. Pabrik itu lalu dikelola oleh adiknya, Marimutu Manimaren, yang diketahui telah meninggal dunia diduga karena bunuh diri dengan melompat dari lantai 56 Hotel Aston, Jakarta Pusat.
Marimutu Sinivasan lalu membuka pabrik alat berat dan mesin di Serang. Perusahaan ini adalah produsen Truk Perkasa, yang pernah dipesan sebanyak 800 unit.
Gurita bisnis Marimutu Sinivasan tidak sampai di situ, ia juga memperluas bisnis tekstilnya di Karawang, dengan mendirikan pabrik di lahan sekitar 250 hektar. Pabrik tekstil miliknya itu terkenal dengan produk Simfoni dan Texana, yang diekspor hingga ke mancanegara.
Namun, dunia bisnis tentu penuh dengan risiko. Perusahaan Marimutu Sinivasan dihantam masalah finansial saat krisis moneter di penghujung tahun 90an. Demi menyelamatkan perusahaan, Texmaco harus berutang kepada negara. Tetapi, utang yang seharusnya membantu tersebut tidak berjalan sesuai prediksi.
Pembayaran utang Texmaco macet, tunggakan membengkak, akhirnya Marimutu Sinivasan terlilit utang hingga hari ini.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra