tirto.id - Mantan Wali Kota Bamban, Filipina, Alice Guo, yang jadi buronan sejak Juli lalu ditangkap di Tangerang, Indonesia, pada Selasa (3/9/2024). Menyusul kabar penangkapan itu banyak yang penasaran mengenai siapa sebenarnya Alice Guo, rekam jejaknya, dan kenapa dia jadi buronan?
Penangkapan Alice Guo dikonfirmasi oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Polri, Irjen Pol. Krishna Murti. Ia menyampaikan bahwa penangkapan tersebut merupakan bagian dari kerja sama dengan pemerintah Filipina.
“Penangkapan tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Polda Metro Jaya dan Polresta Bandung,” kata Krishna, Rabu (4/9/2024).
Namun, Krishna belum menjelaskan mengenai detail informasi tersebut. Ia meminta media untuk menunggu informasi lebih lanjut. Saat ini, Alice Guo diketahui berada dalam tahanan Kepolisian Indonesia di Jatanras Mabes Polri.
Sebelum ditangkap, pada 26 Agustus 2024, Alice Guo yang masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO) berhasil kabur dari Kantor Imigrasi Kelas I Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Batam.
Sejak lolos dari TPI Batam, pihak berwenang telah mengetahui bahwa mantan wali kota itu bertolak menuju Jakarta, dan langsung dilakukan pengejaran.
Kenapa Alice Guo Jadi Buronan Filipina?
Alice Guo menjadi buronan senat Filipina karena menolak hadir dalam penyelidikan kongres atas dugaan keterkaitannya dengan sindikat kriminal China.
Pada bulan Juli 2024 lalu, aset-aset miliknya dibekukan dan perintah penangkapannya dikeluarkan. Di bulan yang sama jabatannya sebagai Wali Kota Bamban, Provinsi Tarlac dicopot.
Kemudian pada 17 Juli dia dilaporkan melarikan diri dari Filipina menuju Malaysia. Lalu, dia melakukan perjalanan ke Singapura, dan akhirnya mendarat menggunakan kapal Feri ke Batam Indonesia. Pelariannya berakhir di Kota Tangerang saat ia ditangkap oleh Polri.
Mengutip laporan Channel News Asia (CNA), lembaga-lembaga penegak hukum Filipina, termasuk Dewan Anti Pencucian Uang atau Anti-Money Laundering Council (AMLC), bulan lalu secara bersama-sama mengajukan beberapa tuduhan pencucian uang terhadap Alice Guo dan 35 orang lainnya ke Departemen Kehakiman.
AMLC menuduh Alice Guo dan rekan-rekannya melakukan pencucian uang senilai lebih dari 100 juta peso atau sekitar Rp27 Miliar dari hasil kegiatan kriminal. Pengacara Alice Gue, Stephen David, belum memberikan tanggapan mengenai kasus yang sedang dihadapi kliennya itu.
Penyelidikan Senat dimulai pada bulan Mei setelah pihak berwenang menggerebek sebuah kasino di kota Bamban pada bulan Maret. Penegak hukum setempat mengatakan, tempat itu sebagai markas penipuan, di mana bangunannya berada di atas tanah yang sebagian dimiliki oleh walikota.
Seperti dilaporkan The Guardian, dalam penyelidikan kasus Alice Guo, pihak berwenang menemukan sekitar 1.000 pekerja, termasuk korban perdagangan manusia, bersama dengan vila-vila mewah, mobil-mobil kelas atas, dan cognac mahal.
Siapa Alice Guo?
Alice Guo memiliki nama lengkap Alice Leal Guo. Rincian awal kehidupannya dan latar belakang pendidikannya hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Menurut keterangan Alice Guo, ia lahir di rumahnya yang tidak dia ingat pasti lokasinya, tapi berada di Barangay Matatalabib, Kota Madya Tarlac pada 31 Agustus 1990.
Namun, berdasarkan dokumen aplikasi Special Investors Resident Visa (SIRV) dia diperkirakan lahir pada tanggal 12 Juli 1986 di Fujian, Tiongkok. Biro Investigasi Nasional (NBI) Filipina mengungkapkan bahawa terdapat tiga orang bernama Alice Leal Guo, yang semuanya lahir pada 12 Juli 1986.
NBI kemudian mengonfirmasi bahwa sidik jari Alice Guo dan Guo Hua Ping, seorang warganegara China cocok, yang mengindikasikan bahwa mereka adalah orang yang sama.
Berdasarkan fakta tersebut seorang senator melontarkan tuduhan selama dengar pendapat bahwa Guo bisa jadi adalah mata-mata Tiongkok atau penjahat. Tuduhan itu ditepis oleh Guo dengan mengatakan bahwa dia bukanlah mata-mata, melainkan seorang warga negara Filipina.
Menurut pengakuan Alice Gue ia dilahirkan sebagai anak di luar nikah dari seorang pria Tiongkok bernama Jian Zhong Guo dan Amelia Leal Guo, seorang pembantu rumah tangga dari Filipina. Alice Guo mengatakan, dirinya dibesarkan oleh ayahnya, di sebuah peternakan babi di Kota Tarlac.
Selain itu, catatan registrasi perusahaannya menunjukkan bahwa ia memiliki tempat tinggal di Marilao, Bulacan, Valenzuela, dan Metro Manila. Menurutnya orang tuanya memiliki bisnis di Metro Manila.
Namun, Senator Win Gatchalian mengungkap, tidak ada bisnis seperti yang disebutkan oleh Guo di sana, dan alamat rumahnya yang terdaftar di Valenzuela adalah milik keluarga Bayle.
Guo menyatakan dalam sebuah kesaksian pada investigasi Komite Senat Filipina bahwa dia menempuh pendidikannya dengan cara homeschooling. Namun dia tidak mampu memberikan detail mengenai penyedia homeschooling tempatnya menutut ilmu.
Hal janggal lain tentang kelahiran Alice Guo adalah fakta bahwa kelahirannya pertama kali didaftarkan pada tanggal 22 November 2005, sehingga menimbulkan keraguan tentang kehidupan awalnya karena tidak adanya catatan kelahiran di rumah sakit.
Selain rekam jejak masa masa lalunya, jejak kariernya sebagai pengusaha dan politkus juga tak luput dari sorotan publik saat ini. Diketahui, sejak tahun 2010, sebelum terjun ke dunia politik, Alice Guo dikenal luas sebagai pebisnis. Merujuk catatan Securities and Exchange Commision, Alice Guo merupakan pendiri sekaligus pemilk saham yang signifikan di setidaknya 11 perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangannya pada Desember 2023, yang terekam dalam Statement of Assets, Liabilities, and Net Worth (SALN), Alice Guo memiliki kekayaan bersih senilai 177,7 juta Peso atau sekira Rp48 Miliar.
Pada Oktober 2021, Alice Gou terjun ke dunia politik dengan menjadi kandidat independen untuk pemilihan Wali Kota Bamban, Tarlac. Ia menggandeng Leonardo Anunciacion, sebagai wakilnya.
Pada Mei 2022, Alice Guo berhasil menang dengan mengantongi 16.503 suara. Ia mengungguli saingan terdekatnya kapten barangay Anupul, Joey Salting yang hanya mendapatkan 16.035 suara. Alice Guo resmi menjabat sebagai Wali Kota Bamban, Tarlac, pada 30 Juni 2022.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra