Menuju konten utama

Ringkasan Cerita Rawa Pening, Tokoh, dan Pesan Moralnya

Cerita Rawa Pening menceritakan tentang asal usul Rawa Pening yang ada di Jawa Tengah. Berikut ringkasan cerita dan pesan moral yang terkandung.

Ringkasan Cerita Rawa Pening, Tokoh, dan Pesan Moralnya
Ilustrasi Cerita Legenda Rawa Pening. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Cerita Rawa Pening merupakan salah satu cerita rakyat yang bisa dijadikan sebagai materi ajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Guru bisa mengisahkan ringkasan cerita Rawa Pening singkat dan mengintegrasikannya dengan kurikulum pendidikan.

Cerita Rawa Pening berasal dari Jawa Tengah. Cerita ini menjadi bagian penting dari warisan budaya masyarakat setempat. Keberadaan cerita ini menunjukkan bahwa cerita rakyat Rawa Pening tidak hanya memiliki nilai sastra, tetapi juga berperan membentuk identitas dan kebudayaan suatu daerah.

Oleh karena itu, ringkasan cerita legenda Rawa Pening dapat menjadi bahan pembelajaran siswa, terutama dalam kajian sastra yang berkaitan dengan budaya lokal.

Cerita Rawa Pening menceritakan tentang legenda asal usul terbentuknya Rawa Pening. Konflik cerita Rawa Pening tergambar dalam kehidupan tokoh utama yang terkena kutukan dari penyihir jahat.

Lantas, bagaimana sudut pandang cerita Rawa Pening? Siapa saja tokoh cerita RawaPening? Simak ulasannya di bawah ini.

Rangkuman Cerita Legenda Rawa Pening

Pada zaman dahulu, terdapat seorang anak yang memiliki kekuatan sakti. Namun, ada penyihir jahat yang iri, kemudian menyihirnya hingga tubuh si anak dipenuhi luka dengan bau menyengat. Kondisi tersebut membuat orang-orang menjauhi si anak, bahkan tidak ada yang mau berkomunikasi dengannya.

Melalui mimpi, anak tersebut mengetahui bahwa ada seorang perempuan tua yang bisa menyembuhkan penyakitnya. Ia pun bertekad menemui si perempuan tua dengan bermodal petunjuk dari mimpi. Dalam perjalanan mencari perempuan tua tersebut, ia selalu ditolak dan diusir oleh penduduk kampung yang dilewatinya.

Akhirnya, si anak ini sampai di suatu kampung yang mayoritas penduduknya sombong dan tidak ramah kepada orang miskin. Ia menghadiri sebuah pesta di kampung tersebut, tetapi malah diusir dan dicaci oleh penduduk. Meskipun tersingkir, ia memberi pesan agar orang-orang lebih memperhatikan yang tak mampu.

Karena merasa diremehkan, anak itu mencoba membuktikan kesaktiannya. Ia menancapkan lidi ke tanah. Kemudian, dia mengumumkan bahwa tidak ada yang bisa mencabutnya selain dia sendiri. Semua orang meragukan ucapan si anak. Namun, saat penduduk setempat mencoba mencabut, tak seorang pun berhasil.

Beberapa hari kemudian, anak itu diam-diam mencabut lidi tersebut. Tanpa disangka, dari titik lidi itu ditancapkan itu muncul mata air yang mengalir cukup deras, tak henti-hentinya. Saking besarnya aliran air, semua orang yang menganiaya orang miskin di kampung tersebut terempas.

Dari banyaknya orang di kampung itu, hanya si anak yang selamat dari bencana air bah. Kemudian, ada perempuan tua yang memberikan tempat dan merawat anak tersebut.

Namun, penyihir jahat tidak bisa menerima kebaikan yang selalu mengarah pada si anak. Kemudian, ia menyihir lagi si anak menjadi ular besar dengan kalung genta di lehernya.

Genangan air yang berasal dari bekas tancapan lidi si anak yang dikutuk itulah yang kemudian diyakini sebagai asal muasal Telaga Rawa Pening. Sementara itu, ular bernama Baru Klinting itu juga menjadi legenda tersendiri bagi masyarakat sekitar. Nelayan yang melihat ular tersebut diyakini bakal mendapat keberuntungan.

Telaga Rawa Pening kini menjadi objek wisata populer di Jawa Tengah, terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa. Cerita ini tidak hanya menunjukkan keajaiban alam, tetapi juga mengandung nilai-nilai moral tentang kebijaksanaan, pertolongan, dan konsekuensi dari tindakan buruk.

Daftar Tokoh Cerita Rawa Pening

Terdapat beberapa versi cerita legenda Rawa Pening yang memberikan fokus pada tokoh utama yang berbeda. Penting untuk dicatat bahwa tokoh-tokoh cerita Rawa Pening bisa bervariasi, tergantung pada sumber atau versi cerita yang diikuti.

Berdasarkan ringkasan cerita legenda Rawa Pening singkat di atas, berikut daftar tokoh cerita Rawa Pening:

1. Anak sakti yang mengalami kudisan

Yang menjadi tokoh utama dalam cerita Asal Usul Rawa Pening adalah seorang anak yang memiliki kekuatan sakti. Ia disihir oleh penyihir jahat sehingga tubuhnya penuh luka dengan bau menyengat. Anak ini kemudian mencari perempuan tua yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Selama perjalanannya, ia mengalami penolakan dari masyarakat di berbagai kampung.

2. Perempuan tua penyembuhan

Seorang perempuan tua yang muncul dalam mimpi anak yang sakti. Dia menjadi harapan penyembuhan bagi anak tersebut. Namun, dalam beberapa versi, peran dan keberadaannya bisa berbeda, dan fokus cerita lebih pada perjuangan anak tersebut.

3. Penyihir jahat

Penyihir jahat adalah tokoh antagonis yang menyihir anak yang sakti menjadi penuh luka dengan bau menyengat. Setelah anak tersebut sembuh, penyihir jahat masih tidak terima dan menyihirnya menjadi ular besar dengan kalung genta di lehernya, yang kemudian dikenal sebagai Baru Klinting.

4. Baru Klinting (ular besar)

Setelah disihir oleh penyihir jahat, anak yang sakti berubah menjadi seekor ular besar yang dikenal sebagai Baru Klinting. Ular ini diyakini membawa keberuntungan bagi nelayan. Dipercaya pula bahwa ular tersebut sering keluar dari sarangnya pada tengah malam dengan dentingan kalung genta di lehernya.

Apa Pesan Moral Cerita Rawa Pening?

Cerita legenda Rawa Pening mengandung berbagai pesan moral yang dapat diambil sebagai pembelajaran. Meskipun variasi cerita dapat memberikan nuansa yang berbeda, beberapa pesan moral cerita Rawa Pening secara umum sama.

Berikut pesan moral cerita Rawa Pening:

1. Akibat keserakahan dan sikap sombong

Cerita menunjukkan akibat buruk dari sikap keserakahan dan sombong. Sikap sombong masyarakat desa yang tidak mau memberikan perhatian kepada anak yang sakti mengakibatkan terjadinya bencana. Dalam cerita ini, musibahnya berupa banjir. Hal ini mengajarkan pentingnya sikap rendah hati, empati, dan perhatian terhadap sesama.

2. Arti kehidupan dan kesejahteraan bersama

Pesan moral yang muncul dari kisah anak yang sakti adalah arti pentingnya kehidupan dan kesejahteraan bersama. Anak tersebut membawa pesan agar masyarakat lebih memperhatikan orang-orang yang kurang mampu dan tidak merendahkan mereka. Hal ini mencerminkan nilai solidaritas dan kepedulian terhadap kehidupan bersama.

3. Sikap pantang menyerah

Cerita ini menunjukkan betapa anak kecil yang lemah dan kelaparan dapat menghadapi tantangan yang besar dengan bantuan makhluk gaib dan penggunaan lesung yang diberikan oleh wanita tua.

4. Menghargai orang lain

Cerita ini mengajarkan tentang pentingnya menghargai orang lain dan tidak membeda-bedakan mereka berdasarkan penampilan fisik yang tidak sempurna.

Baca juga artikel terkait RINGKASAN CERITANOVEL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin