Menuju konten utama

Ayat-ayat Al-Qur'an Tentang Rendah Hati dan Makna Sikap Bertawadhu

Ayat-ayat Al-qur'an tentang rendah hati dan makna bersikap tawadhu dalam kehidupan sehari-hari.

Ayat-ayat Al-Qur'an Tentang Rendah Hati dan Makna Sikap Bertawadhu
Ilustrasi. tirto.id/Nadya

tirto.id - Rendah hati termasuk dalam sikap yang terpuji, karena orang yang rendah hati tidak menyombongkan diri di hadapan manusia lain.

Dalam bahasa Arab, rendah hati disebut juga tawadhu dengan arti sikap yang menyayangi terhadap sesama dan patuh kepada perintah Allah.

Seseorang yang memiliki sikap tawadhu mampu mengukur pengetahuan dan kemampuan dirinya sendiri sehingga tak merasa lebih tinggi dibanding orang lain, laman bandung.go.id melansir.

Walau dirinya mempunyai banyak kelebihan dan kemampuan, namun ia menyadari bahwa semua kelebihan tersebut adalah karunia dari Allah Subhanahu wata’ala yang bisa sekejab saja hilang jika Allah SWT berkehendak.

Dengan tawadhu yang selalu tertanam di dalam diri, maka seorang muslim akan tunduk pada kebenaran yang disampaikan oleh pihak lain yang lebih sesuai dan berdasar pada Al-Quran dan hadis, walau pendapatnya sendiri berbeda dengan kebenaran yang disampaikan tersebut.

Ayat-Ayat AL-Qur'an Tentang Rendah Hati

Dikutip situs Walisongo, seorang yang tawadhu akan bersikap lemah lembut kepada kaum muslim dan orang-orang yang beriman lainnya, seperti disampaikan dalam QS. Al-Hijr ayat 88 berikut ini:

لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: "Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS. Al-Hijr: 88).

Seorang pemimpin jika memiliki sikap tawadhu, ia akan jauh dari sikap zalim, arogan dan sewenang-wenang, bahkan selalu merendahkan diri kepada pengikutnya,

QS. Asy-Syu’araa’ ayat 215 menyebutkan hal tersebut:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (QS. Asy-Syu’araa’: 215).

Rendah hati berbeda dengan minder (rendah diri), hal ini perlu diingat bahwa rendah hati adalah sikap yang terpuji sementara minder atau rendah diri bukan sikap terpuji.

Rendah hati bukan kehinaan namun merupakan sikap yang dianjurkan untuk meraih kemuliaan dan keselamatan dunia akhirat.

Surah Al-Furqan: 63 menjelaskan lebih lanjut tentang sikap rendah hati.

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. (QS. Al-Furqan: 63)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Tidak akan masuk surga siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar zarrah”. (HR. Muslim).

Zarrah adalah biji sawi yang ukurannya sangat kecil.

Tawadhu mencegah seseorang menjadi sombong, karena sejatinya yang berhak sombong di dunia ini hanya Allah Subhanahu wata’ala saja, karena Dia adalah pemilik segala dan menciptakan semua yang ada di alam semesta.

Sikap sombong dan memalingkan wajah dari seseorang karena merasa lebih baik, terlarang untuk dilakukan. QS. Luqman: 18 menjelaskan hal tersebut:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Merujuk pada tafsir Jalalain, makna dari ayat tersebut adalah orang yang tawadhu berjalan di muka bumi dalam keadaan haunan yaitu dalam keadaan tenang dan tidak angkuh.

Baca juga artikel terkait AYAT AL-QURAN atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Dhita Koesno