tirto.id - Budaya lokal biasanya didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal adalah ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal.
Sedangkan, menurut Britannica istilah budaya lokal biasanya digunakan untuk mencirikan pengalaman kehidupan sehari-hari di tempat-tempat tertentu yang dapat diidentifikasi.
Kata budaya lokal juga bisa mengacu pada budaya milik penduduk asli (inlander) yang telah dipandang sebagai warisan budaya, demikian menurut Kepala Subdin Kebudayaan Dinas P dan K Jawa Tengah.
Budaya lokal mengakui bahwa pengetahuan sehari-hari orang berasal dari berbagi pengalaman hidup dan informasi yang diterima dari keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, demikian menurut Wisconsin Teachers of Local Culture (WTCL).
Konsep budaya memiliki banyak definisi dan tafsir. Dalam tatanan sosial, ini sering digunakan secara luas untuk mewakili seluruh cara hidup. Termasuk dalam cara hidup seperti aturan, nilai, dan perilaku yang diharapkan.
Pada tingkat paling dasar, budaya dapat dilihat sebagai produk bersama dari suatu masyarakat. Produk-produk ini memiliki arti umum yang terakumulasi seiring waktu dan juga mencerminkan keterikatan bersama di antara anggota komunitas, demikian menurut PennState Extension.
Di Indonesia, budaya lokal biasanya selalu terikat batas-batas fisik dan geografis yang jelas. Misalnya budaya lokal di Jawa akan berbeda dengan budaya lokal di Bali. Oleh karena itu, batas geografis telah dijadikan landasan untuk merumuskan definisi suatu kebudayaan lokal.
Namun, dalam proses perubahan sosial budaya telah muncul kecenderungan mencairnya batas-batas fisik suatu kebudayaan. Hal itu dipengaruhi oleh faktor percepatan migrasi dan penyebaran media komunikasi secara global sehingga tidak ada budaya lokal suatu kelompok masyarakat yang masih sedemikian asli.
Ciri-Ciri Budaya Lokal
Ciri-ciri budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan sosial yang dimiliki oleh suatu suku bangsa. Kelembagaan sosial merupakan ikatan sosial bersama di antara anggota masyarakat yang mengoordinasikan tindakan sosial bersama antara anggota masyarakat.
Lembaga sosial memiliki orientasi perilaku sosial ke dalam yang sangat kuat. Hal itu ditunjukkan dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan anggota lembaga sosial tersebut.
Dalam lembaga sosial, hubungan sosial di antara anggotanya sangat bersifat pribadi dan didasari oleh loyalitas yang tinggi terhadap pemimpin dan gengsi sosial yang dimiliki.
Bentuk kelembagaan sosial tersebut dapat dijumpai dalam sistem gotong royong di Jawa dan di dalam sistem banjar atau ikatan adat di Bali, seperti dikutip dari Khazanah Antropologi 1 untuk Kelas XI SMA dan MA oleh Siany L dan Atiek Catur B terbitan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari