Menuju konten utama

Purbaya Desak BEI Bereskan Aksi Goreng Saham Demi Investor Gen Z

Berdasarkan data BEI, dari total 7,56 juta investor pasar saham hingga akhir Agustus 2025, 54,23 persen di antaranya berusia muda atau di bawah 30 tahun.

Purbaya Desak BEI Bereskan Aksi Goreng Saham Demi Investor Gen Z
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (kiri) dan Dirut Kliring Penjaminan Efek Indonesia Iding Pardi (kanan) mengikuti dialog bersama pelaku pasar modal di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (9/10/2025).ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meminta PT Bursa Efek Indonesia (BEI) segera membersihkan pasar saham Indonesia dari praktik goreng-goreng saham. Ia khawatir jika pembersihan tidak segera dilakukan, investor dari kalangan Generasi Z (Gen Z) akan kabur dari pasar saham.

“Kalau ini nggak dibersihin, kan sayang aja. Nanti minat Gen Z atau generasi muda yang berinvestasi di pasar modal sekarang bisa hilang,” kata Purbaya dalam acara Media Gathering APBN 2025 di Novotel, Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/10/2025).

Berdasarkan data BEI, dari total 7,56 juta investor di pasar saham hingga akhir Agustus 2025, sebanyak 54,23 persen di antaranya berusia muda atau di bawah 30 tahun. Sementara investor berusia 31–40 tahun mencapai 24,82 persen dari total investor, usia 41–50 tahun sebanyak 12,26 persen, investor berusia 51–60 tahun sebanyak 5,74 persen, dan investor berusia di atas 60 tahun sebanyak 2,95 persen.

“Anggapannya, sekarang 50 persen (dari total investor) anak-anak muda, kan? Kalau itu hilang, ya sudah, pasar modal kita tidak berkembang lagi. Tapi kalau dirapikan, maka mereka akan berani masuk ke pasar saham,” tutur Purbaya.

Menurut mantan Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu, masuknya anak muda ke pasar saham tidak lepas dari anggapan bahwa pasar modal adalah tempat investasi yang adil. Ada pihak yang kalah ketika saham tertentu turun, dan ada yang menang saat saham yang dimiliki naik.

“Permainannya fair. Ada yang kalah, ada yang naik, ada yang turun, tapi nggak dimanipulasi sama kalangan tertentu,” sambungnya.

Purbaya menambahkan, jika pembersihan pasar saham berhasil dilakukan dan dalam waktu setidaknya setahun ke depan terlihat perkembangan positif, barulah pemerintah akan mempertimbangkan pemberian insentif bagi pasar modal. Insentif tersebut juga baru akan diberikan jika nilai transaksi di pasar saham meningkat dibandingkan saat ini.

“Apa jenis insentifnya nanti kita pikirkan. Mereka minta kalau di atas 10 persen pajaknya dikurangi, dan lain-lain. Terus ada lagi, transaksinya jangan dua kali pajaknya, sekali aja. Atau pada waktu ditarik aja. Ini kan jual bayar, beli bayar. Nanti kita lihat seperti apa, tapi saya bisa dukung itu kalau mereka bekerja lebih keras lagi untuk menjaga integritas pasar modal itu sendiri,” tutup Purbaya.

Baca juga artikel terkait BURSA EFEK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana